Hug

765 131 17
                                    

Brian terus memukul laki-laki di depannya dengan brutal. Tidak ada yang melerai atau menahan gerakan laki-laki itu. Brian terlihat menyeramkan dan kalap melampiaskan emosinya.

Wajah Brian memerah, keringat muncul di dahinya hingga membuat sebagian rambut yang jatuh di dahi ikut basah.

Vernon, korban dari amukan Brian hanya pasrah menerima semua yang Brian lakukan. Tidak ada perlawanan, Vernon hanya berusaha melindungi bagian-bagian vital yang memang seharusnya terlindungi.

Satu pukulan melayang mengenai hidung Vernon hingga hidungnya mengeluarkan darah. Vernon memejamkan mata meresapi rasa nyeri yang merambat.

Tidak terlalu memperhatikan situasi, Vernon membuka mata saat tidak merasakan Brian tidak lagi menyerangnya. Ternyata Kaisar Vijendra menarik sang adik menjauh dari Vernon.

Verta yang ada di lokasi langsung menghampiri Vernon. Merogoh saku celananya sejenak, Verta berniat memberikan sebuah sapu tangan pada Vernon.

"Marquess anda bisa menggunakan ini." Usulnya seraya menyerahkan sapu tangan tersebut.

Vernon menerima uluran tersebut tanpa kata. Tangannya yang sedikit gemetar perlahan mengelap darah yang terus mengalir dari hidungnya.

"Tuan Duke benar-benar tidak menahan diri." Komentar Verta seraya meringis membayangkan sakit yang Vernon rasakan.

"Hmm." Vernon berdeham mengiyakan. "Tapi sepadan oleh kesalahanku."

"Kau bisa membunuhnya." Kaisar Vijendra memegangi Brian. "Kembali ke dalam dan mari bicarakan dengan kepala dingin. Ku rasa kau sudah cukup puas membuat Vernon tidak bisa bangkit setidaknya untuk tiga jam ke depan."

Baru beberapa langkah Kaisar Vijendra melangkah menarik Brian ikut, suara Vernon menghentikan langkah mereka.

"Maaf." Ujar Vernon pelan.

Berusaha bangkit di bantu Verta, Vernon kembali terduduk merasa nyeri dan ngilu sekaligus di area perutnya.

Brian enggan menoleh. "Aku sudah memberimu kuasa. Kau merasa dapat menyanggupinya. Tidak membunuhmu dengan tanganku saja, sudah sebuah toleransi." Kali ini suara Brian jauh dari kata ramah. Suaranya terdengar dingin.

"Aku langsung mencarinya setelah mendengar kabar dia hilang." Vernon mengabaikan ucapan Brian dan lebih memilih memberitahukan informasi yang dia dapatkan.

"Aku yakin saat ini gadisku tidak baik-baik saja mengingat siapa lawan kita. Demi tuhan membayangkannya saja, aku benar-benar kembali ingin memukuli mu sampai nafas terakhir."

Brian benar-benar marah. Tangan ya terkepal erat dengan nafas yang masih memburu. informannya memberitahukan tentang  penculikan Gladiola, kemungkinan besar pelaku yang menculik Gladiola adalah pelaku yang sama dengan orang-orang yang membuat wilayah netral berantakan seperti kemarin.

Jika wilayah netral bisa dibuat sehancur itu. Maka tidak sulit bagi mereka melukai Gladiola.

Dan hal itu mampu membuat emosinya melambung tinggi.

"Aku sudah tahu titik terang tentang kasus itu." Vernon kembali berusaha bangkit dengan bantuan Verta. Kali ini dia bisa berdiri meskipun tubuhnya mesti condong ke depan menahan nyeri perut.

Mendadak jadi manusia paling peka, Verta tidak melepaskan pegangannya pada Vernon agar bisa memastikan laki-laki itu tetap berdiri dengan baik.

Jika di posisi yang tidak genting seperti ini, Vernon yakin dia akan menendang Verta sampai terpental beberapa meter karena berani menyentuhnya.

"Kau mengalihkan pembicaraan." Kaisar Vijendra angkat bicara. Dia takut Brian semakin marah karena sedari tadi Vernon mengabaikan ucapan Brian.

"Aku tahu aku salah. Aku yang menawarkan diri untuk melindungi Gladiola da kini aku lalai. Izinkan aku menebusnya dengan memberikan infomasi valid tentang penculikan itu." Suara Vernon terdengar frustasi. "Aku juga khawatir pada Gladiola, jadi mari kita bekerjasama mencari Gladiola."

Petrichorحيث تعيش القصص. اكتشف الآن