Sup & Kentang

4.7K 465 1
                                    

Brian Gilberta Majeed. Siapa yang tidak mengenalnya? Hampir semua kalangan mengenalnya, baik kalangan atas seperti bangsawan maupun kalangan bawah seperti rakyat biasa.

Apa yang mereka ketahui? Duke Gilbert yang tampan?

Duke Gilbert yang bengis?

Duke Gilbert yang jago berperang?

Duke Gilbert yang tidak segan membunuh orang-orang yang mengusik hidupnya?

Duke Gilbert yang tetap sendiri tanpa pasangan meskipun saat ini dia sedang berada di puncak?

Duke Gilbert yang berhasil me-merdeka-kan wilayah sibyl?

Atau Duke Gilbert yang statusnya sebagai adik seorang kaisar Vijendra?

Orang-orang hanya tau tentang Duke Brian Gilberta Majeed dari berita simpang siur yang sering terdengar santer di berbagai kalangan terutama di kalangan bangsawan.

Dan Brian mengira bahwa perempuan ini, yang belum dia tau namanya juga begitu. Mungkin saja setelah tau bahwa dia adalah Duke Gilbert perempuan itu akan ketakutan, atau sekedar bersikap sopan layaknya rakyat biasa pada bangsawan. Tapi pertanyaan yang baru saja perempuan itu lontarkan membuat Brian menganga dengan raut penuh ketidak percayaan.

"Kau baru saja mengusirku?" Tanya Brian dengan ekpresi sukar di tebak.

"Tentu, apa perlu ku ulang?" Jawaban yang terlalu santai. Padahal jelas dia tau bahwa Brian bisa saja dengan mudah mengayunkan pedangnya untuk melepaskan leher dari tubuh tersebut.

Gapapa kan pedangnya udah aku sembunyikan hihihi. Batin Gladiola.

"Aku seorang Duke!"

"Iya, aku tau?"

"Kau harusnya bersikap sopan."

"Ah saya minta maaf Duke atas ketidaksopanan saya dalam bersikap, ampuni saya." Gladiola memasang wajah mengejek. "Kau mau aku berbicara seperti itu?"

"Kau ini!" Brian memasang wajah yang benar-benar terkejut. Baru kali ini ada yang berani bersikap tidak sopan padanya. Bahkan kakaknya yang notabene Kaisar saja selalu bersikap sopan pada dirinya yang seorang Duke. "Siapa namamu?"

"Apa penting?" Gladiola masih bersikap sombong karena ya dia sudah berhasil menyembunyikan pedang Brian.

Jadi.... Setidaknya lehernya akan aman untuk saat ini. Kapan lagi menggoda tokoh kejam dan begis begini?

"Jawab saja pertanyaan ku---"

"Gladiola Senna." Ucapan gladiola memotong pembicaraan Brian. "Itu namaku."

"Kenapa kau terus bersikap tidak sopan? Bukankah aku belum selesai berbicara?"

"Di wilayah kekuasaanmu, aku berhak untuk menghormati mu. Tapi di wilayah kekuasaanku, aku tidak berhak menghormatimu. Sekarang kau berada dirumahku jika kau lupa."

Brian terdiam, dan diamnya Brian mulai membuat Gladiola ketakutan.

Apa Brian marah? Apa dia benar-benar kelewatan?.

Gladiola bangkit, kemudian meletakan gelas di depan Brian juga teko berisi minuman jahe yang dia buat tadi. "Aku membuat ini, sudah tidak hangat tapi rasanya masih enak. Aku rasa menyalakan kembali tungku api bukan ide bagus di malam-malam seperti ini."

"Apa ini?"

"Namanya minuman jahe, terdiri dari air, jahe, juga pemanis hingga rasanya agak hangat di tenggorokan tapi manis. Cocok untuk kau yang sedang sakit."

Sebenarnya Gladiola sengaja menawari minuman ini untuk mengalihkan suasana hening nan canggung tersebut juga sebagai sogokan agar Brian tidak marah.

Gladiola menuangkan satu gelas untuk Brian, dan satu gelas lagi untuk dirinya. Tangan Brian tidak kunjung menarik gelas yang sudah di sediakan membuat Gladiola agak kesal. Apa menurutnya buatan Gladiola tidak layak makan?

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang