ladies night.

2.6K 295 59
                                    

Happy reading!














Ragana menggeleng tidak habis fikir. Bagaimana bisa Gladiola yang merengek meminta seluruh bawahannya untuk ikut menyamar malah memberitahukan alamat asli tinggalnya pada pengrajin tanah liat? Tentu saja mereka menjadi pusat perhatian. Mereka langsung menatap Gladiola secara terang-terangan seraya berbisik ria.

Kebanyakan omongan dari para rakyat adalah hal yang positif seperti rambut Gladiola yang unik, Gladiola yang cantik, Gladiola wanita hebat yang mampu meluluhkan Duke Brian dan masih banyak lagi.

Tapi karena kondisinya sudah tidak nyaman untuk Gladiola berjalan-jalan mereka terpaksa putar balik dan pulang. Padahal Gladiola belum lama datang ke pasar tapi lihat dia sudah mengacaukan semua rencana yang dibuatnya bersama Rala.

Kini mereka sedang berada di kereta kuda yang di isi Rala, Gladiola, Via dan Sera. Sebenarnya pelayan dilarang satu kereta dengan nyonya mereka tapi atas permintaan Gladiola Via maupun Sera tidak bisa menolak. Malam sudah menjelang, perjalanan ke pasar yang lumayan jauh karena Gladiola memilih pasar tradisional untuk kunjungannya membuat mereka membutuhkan waktu lama di perjalanan.

"Rala." Panggil Gladiola. "Maafkan Kak Ola ya rencana jalan-jalan kita gagal."

Rala tersenyum. "Tidak apa-apa kok, lebih baik kita pulang daripada terjebak seperti tadi. Kak Ola pasti tidak akan nyaman."

Gladiola tersenyum haru Rala ini benar-benar anak manis yang jauh dari label bocah kematian. "Besok kita akan buat kue bersama sebagai gantinya. Bagaimana?"

Senyum Rala mengembang. "Setuju!" Jawabnya semangat. "Tapi apa boleh?"

"Tentu saja. Nona saja bisa mengamuk agar di turuti ke pasar apalagi hanya sekedar meminjam dapur." Celetuk Sera.

Via yang sedang menyimak melotot kaget, spontan memukul paha Sera kencang. "Demi tuhan Sera!" Pekik Via kelewat kesal. "Nona adalah Nyonya kita bersikaplah sopan!" Tekannya.

Sera meringis, sadar baru saja melakukan kesalahan lagi. "Ampuni saya Nona!"

Sera hampir saja menunduk mencium lantai kereta kuda namun sebelum kepalanya benar-benar menyentuh lantai suara Gladiola menginterupsi. "Kau akan mencium lantai lagi? Apa kebiasaanmu selalu begitu jika membuat kesalahan? Supaya aku iba dan tidak menghukum mu?"

Hening tidak ada suara. Mereka tidak berani menjawab sebab baru kali ini Gladiola terlihat sangat tegas apalagi nada yang di keluarkan begitu tajam. Biasanya Gladiola selalu mengeluarkan sikap ramah atau mentok-mentok datar.

"Ma--"

"Maaf tidak akan merubah apapun! Apa maafmu akan membuat waktu berputar dan kau tidak akan mengulangi kesalahan yang barusan kau lakukan?"

Gladiola agak sensitif karena dia tidak jadi jalan-jalan ke pasar di tambah perasaannya sedari tadi resah entah karena apa. Karena Sera ikut bertingkah jadilah Sera sasarannya.

"Jawab!" Sentak Gladiola.

"T-tidak Nona." Jawab Sera dengan gelagapan mendengar sentakan Nonanya.

"Belajar dari kesalahan dan meng-upgrade diri menjadi lebih baik jangan hanya minta maaf!"

"Apa itu up ---up apa nona?" Tanya Sera takut-takut.

"Maksudnya belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya serta berusaha menjadi lebih baik lagi!" Gladiola menjelaskan dengan frustrasi. "Mereka sangat kuno soal pengetahuan bahasa Inggris!"

"Bahasa apa itu?" Celetuk Rala.

Gladiola tersenyum paksa. "Rala, Kak Ola sedang tidak ingin menjelaskan. Nanti saja ya?"

PetrichorWhere stories live. Discover now