Satya

640 119 33
                                    

Gladiola merasa terusik dengan suara tangis yang sedari tadi memenuhi pendengarannya. Ingin rasanya dia membuka mata dan memarahi siapapun yang menganggu istirahatnya namun entah mengapa matanya terasa berat.

Setelah berusaha beberapa kali akhirnya mata gadis itu terbuka, ketika sudah sadar sepenuhnya bau tanah adalah hal yang masuk dalam indra penciumannya.

Memastikan bahwa bau yang dia cium betulan tanah Gladiola mengerjapkan mata beberapa kali berusaha matanya yang masih berbayang.

Benar! Bau yang dia cium adalah bau tanah basah sebab posisinya saat ini adalah tertidur di atas tanah dengan posisi miring. Berusaha bangkit dari posisinya tersebut, Gladiola juga menyadari jika saat ini tangan dan kakinya terikat.

"Shhh." Desis Gladiola kesakitan saat merasakan tangan dan kakinya terasa sakit saking kencangnya tangan dan kaki tersebut diikat.

"Tolong.... Lepaskan.." Suara tangisan itu kembali terdengar membuat Gladiola yang masih dalam posisi miring menahan pergerakannya.

Dia harus mengetahui situasi terkini dahulu sebelum bertindak.

"DIAM!" Suara bentakan itu berasal dari suara laki-laki. "Kau hanya membuat kupingku panas. Menangis tidak akan membuatmu di lepaskan secara cuma-cuma! Dasar jalang!" Suara laki-laki itu terdengar sangat kasar apalagi menggunakan kata makian.

"Aku ini bangsawan!!" Teriakan wanita kembali terdengar. "Terkutuk lah kalian para manusia rendahan! Kau memperlakukan bangsawan dengan sangat tidak hormat!"

Prang!!!

Suara pecahan membuat Gladiola tersentak. Entah apa yang di lempar tapi suara itu mampu membuat jantungnya berdetak dengan kencang.

Plak!!

Tidak lama kemudian suara tamparan yang keras mengudara membuat Gladiola yakin wanita tadi baru saja mendapat tamparan.

"Kau pikir statusmu kali ini akan menyelamatkan nyawamu! Hahahaha." Suara tawa tersebut terdengar sangat menyeramkan, suara khas antagonis. "Kalian semua, bangsawan yang berada disini akan mati! Tanpa terkecuali."

Suara tangisan mulai kembali terdengar dan kali ini lebih kencang bahkan bersautan antara satu suara dengan suara lainnya.

"Ya menangislah. Ratapi umur kalian yang tidak akan lama lagi."

Suara langkah menjauh membuat Gladiola membuka mata dan mengintip. Mendapati sekarang tidak ada siapa-siapa selain para wanita bangsawan yang terikat.

Mengamati sekitar, Gladiola yakin jika saat ini mereka berada di tengah hutan melihat di sekelilingnya kini hanya ada banyak pepohonan dengan tumbuhan liar yang menghiasi hampir semua area sekitar.

Mereka semua duduk di atas tanah tanpa alas. Terdapat jeruji besi yang mengurung mereka untuk memastikan Sandra tidak akan melarikan diri. Semua tangan tahanan juga terlihat diikat.

Gladiola mengamati satu persatu wajah para tahanan, tidak ada yang dia kenal. Semua wajah terlihat asing, dari mana para bangsawan ini?

Tatapannya jatuh pada gadis bergaun putih yang terlihat bersandar jeruji besi, wajah itu.... Itu Ruella. Batin Gladiola terkejut.

Gladiola langsung menggerakkan tubuhnya dengan cara menyeret tubuhnya.

"Sial, sakit sekali bokongku." Gerutu Gladiola karena bokongnya benar-benar sakit harus terkena kerikil saat mengesot.

Setelah perjuangan penuh drama atau bisa dibilang penuh makian, akhirnya Gladiola sampai di samping Ruella yang masih memejamkan mata, Gladiola tebak gadis itu juga pingsan.

PetrichorWhere stories live. Discover now