penyerangan

4K 436 5
                                    

Perut Gladiola rasanya seperti di aduk aduk. Mual, pusing, juga lemas menjadi satu karena dia mabuk kuda. Tidak tau sih disebutnya mabuk kuda atau apalah itu, yang jelas dia merasa tidak kuat hingga akhirnya dia menutup mata dan tertidur pulas. Awalnya dia kira saat bangun tadi mereka sudah sampai. Tapi nyatanya tidak, ada yang agak aneh dia merasa tidurnya lama dan jarak hutan barat menurut Brian tidak terlalu jauh, kenapa mereka belum sampai juga?.

"Kau masih ingin tidur?" Pertanyaan Brian membuat mata Gladiola terbuka sepenuhnya.

"Tidak." mana mungkin aku kembali tidur dan membuatmu bergadang sendirian. "Apakah kita sudah sampai hutan barat? Kapan kita turun dan memulai mencari kayu bakar?"

Brian tertawa, entah kenapa akhir-akhir ini dia mudah tertawa di depan Gladiola. "Aku rasa mencari kayu bakarnya tertunda."

"Kenap--" ucapan Gladiola terpotong oleh sebuah anak panah yang nyaris mengenai keduanya. Namun berkat kepekaan Brian juga pretty ketiganya mampu menghindari anak panah tersebut.

"What the hell!"Gladiola memekik melihat panah itu nyaris mengenai dirinya, hanya meleset beberapa inci, kalau tidak meleset dia yakin lengan atau bahkan kepalanya mungkin akan terkena alat tajam tersebut.

Brian sudah memperkirakan ini. Memperkirakan bahwa mereka akan di susul oleh rombongan yang entah kenapa mengintainya akhir-akhir ini. Dia santai sebab hal seperti ini adalah hal yang biasa baginya. Tapi melihat bagaimana reaksi Gladiola. Pekikan yang Brian rasa mampu memecahkan kaca, dan raut terkejutnya kompilasi yang sangat pas untuk menghibur dirinya.

"Why you smile like that?!" Ujar Gladiola menatap Brian tajam.

"Kau berbicara apa sih?" Tanya Brian heran sebab sedari tadi Gladiola terus mengucapkan kalimat asing di telinganya.

"Maksudku kau masih bisa tersenyum di keadaan seperti ini? Kau gila?"

Brian tertawa, tapi tangannya menarik pelana pretty hingga kuda putih itu menambah kecepatannya.

Gladiola melotot. Sialan lo Brian, gue mau muntah kampret.

"Aku tau kau mengumpati ku di dalam hati." Brian memutar bola mata malas melihat ke arah Gladiola.

"Memangnya manusia waras mana yang tidak mengumpatimu di saat-saat seperti ini hah?"

Gladiola menoleh ke belakang matanya menyipit menghitung kuda yang saat ini mengejar mereka.

Satu. Dua. What lima?!.

Gladiola suka membaca novel genre fantasy, film favorit nya adalah film ber-genre action. Dia sering membaca dan menonton lusinan novel maupun film yang latarnya jaman kerajaan seperti ini. Di novel sering di deskripsikan kalau biasanya orang-orang yang suka menyerang atau mengejar bangsawan di deskripsikan menggunakan pakaian serba hitam dengan penutup wajah untuk menutupi identitas.

Tapi ko mereka pake pakaian putih dan gak menutupi wajahnya sama sekali?

Gladiola masih menoleh ke arah belakang dengan padangan kosong sebab otaknya sedang berfikir. Dia terkejut ketika tiba-tiba Brian menarik tubuhnya menjadi tegap kembali. Saat dia menoleh, batang pohon di depannya tertancap anak panah membuat punggungnya semakin menegak.

Ternyata dia nyaris terkena anak panah lagi. "Oh nona tolong berhati-hati." Brian berbicara dengan nada mengejek.

Apa mereka gila?.

"Kenapa mereka mengejar kita?"

Brian tersenyum tapi senyumnya terlihat menyeramkan. Dan entah sejak kapan Gladiola baru menyadari pandangan Brian yang menajam bahkan Gladiola sedikit tidak nyaman merasa aura mencekam yang Brian keluarkan. "Setelah nyaris terkena dua anak panah kau baru bertanya?"

PetrichorWhere stories live. Discover now