perkenalan

2.7K 269 3
                                    

Gladiola duduk di sofa dengan Brian di sampingnya. Dari sini Gladiola bisa melihat tepat di belakang meja kerja Brian terdapat jendela besar yang menampilkan view taman. Ruangan ini seharusnya nyaman karena terdapat banyak buku-buku yang mana Gladiola sangat gemar membaca. Suasana yang hening juga mendukung kenyamanan tersebut, namun entah mengapa rasa Dejavu dengan jantung yang berdegup kencang miliknya tidak memudar sama sekali.

Gladiola melirik kanan kiri untuk menghindari tatapan tajam dari sosok mengesalkan yang sialnya lumayan tampan itu. Hingga tanpa sengaja dia melihat lukisan yang menarik perhatiannya.

Hanya sepintas, selebihnya mata Gladiola kembali bergulir kesana kemari

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Hanya sepintas, selebihnya mata Gladiola kembali bergulir kesana kemari.

Suasana mendadak canggung. Entah Gladiola saja yang merasakannya atau orang-orang di sekitarnya juga. Ketika datang di ruangan ini Gladiola mendapatkan dua sambutan. Sambutan baik dari Brian dan laki-laki berambut coklat sedangkan sambutan kurang baik Gladiola dapatkan dari laki-laki yang err-- terus menatapnya tajam sedari tadi.

Brian berbicara mengatakan Gladiola untuk berkenalan dengan dua bawahannya. Si pria berambut coklat menyambutnya dengan senang hati.

"Saya Hansaton Pixhton Nyonya, anda bisa memanggil saya Hans." Hans memperkenalkan diri dengan membungkuk sembilan puluh derajat setelah itu Hans kembali berdiri dengan memberikan senyum simpul yang terkesan ramah.

Gladiola berdiri dari posisi duduknya untuk menyambut tangan dari Hans keduanya bersalaman.

"Halo Hans aku Gladiola Senna, cukup panggil Gladiola saja." Gladiola berujar ramah.

Namun hal itu mendapatkan protesan dari Brian melewati padangan mata.

"Tidak bisa Nyonya. Itu tidak sopan." Tolak Hans dengan halus.

Gladiola menghela nafas, demi tuhan ini sangat menggelikan. Setiap di panggil Nyonya Gladiola merasa dirinya seperti wanita tua penyedia psk yang berdandan menor dengan tampilan seksi. Dia benar-benar tidak bisa menghilangkan itu dari pikirannya. "Panggil Nona, atau tidak sama sekali." Tegas Gladiola.

Sebagai jawaban Hans hanya tersenyum seraya mengangguk.

"Dan kau...?" Pertanyaan Gladiola sempat mengambang karena lagi-lagi tatapan tajam menghujami dirinya. Hanya dirinya yang menyadari itu.

Yatuhan apa aku yang dulu melakukan kesalahan pada laki-laki ini? Kenapa dia terus menatapku tajam? Bajingan ini ingin ku tampar rasanya!!!!

"Saya Ragana Oza Nona Gladiola." Jawab Ragana di susul hormat membungkuk sembilan puluh derajat.

Ternyata laki-laki yang sedari tadi menatapnya dingin adalah Ragana sosok tangan kanan Brian yang pernah beberapa kali Brian bicarakan dengannya.

Gladiola menyambut tanga Gladiola hingga keduanya bersalaman. "Gladiola." Ujar Gladiola pelan.

PetrichorOnde histórias criam vida. Descubra agora