letter

1K 159 19
                                    

"Darimana barang-barang tersebut berasal?" Brian kini mengganti pertanyaan.

"Dari wilayah sel---" belum sempat melanjutkan kata-katanya sang kusir langsung mengarahkan belati yang entah dia dapat dari mana ke arah leher dan menggoroknya secara cepat. Brian bergerak cepat, hendak menahan tangan kusir itu namun semuanya terlambat.

Kusir tersebut bunuh diri. Dia lebih memilih mengakhiri hidupnya ketimbang membuka rahasia yang memang seharusnya ditutupi.

Brian berdecak, merasa kesal namun setidaknya dia sudah memiliki sedikit clue.

Brian kembali ke tempat pertama, mendapati Ragana dan anggota mereka dengan pakaian bersimbah darah. Di sekitar mereka beberapa mayat para kesatria bayaran yang bergeletak di tanah dengan kondisi mengenaskan.

"Ada yang terluka?" Tanya Brian pada anggotanya.

Semua diam.

"Ku anggap kalian semua aman." Ujar Brian lagi.

"Kami semua aman Tuan, hanya ada beberapa luka kecil." Sid mewakili semuanya.

"Kerja bagus." Puji Brian dengan datar namun berhasil membuat para kesatria tersenyum lebar. Brian jarang sekali memuji bawahannya, jika ia memuji tandanya Brian sangat puas dengan apa yang di lakukan.

"Perlu kita kemana kan sampah ini?" Ragana menatap kereta kuda barang di depannya.

"Tentu saja memusnahkan nya." Ujar Brian seraya membuka pintu kereta barang tersebut.

Saat pintu terbuka Brian mendapati banyak sekali jenis bahan obat-obatan terlarang yang bersifat mentah alias belum di olah. Bahkan ada beberapa jenis bahan obat terlarang yang sebenarnya  dijaga ketat oleh Kekaisaran Arkal untuk proses jual-beli. Kekaisaran Arkal juga membatasi peredaran obat terlarang tersebut karena banyak di salahgunakan, yang awalnya untuk pengobatan beberapa oknum malah menggunakan barang-barang tersebut untuk kebutuhan diri sendiri sebagai pelarian dan pemuas.

"Tapi tuan, sebanyak ini bagaimana cara kita memusnahkannya?" Salah satu kesatria bertanya dengan raut bingung.

"Lepaskan kuda-kuda tersebut dari keretanya." Titah Brian yang langsung di laksanakan oleh yang lainnya.

Ringkikan kuda langsung terdengar nyaring membuat Brian menoleh melihat Port yang kesulitan mengendalikan kuda yang baru saja ingin dia lepaskan talinya.

"Hei tenanglah." Port berusaha memenangkan namun tidak berhasil kuda tersebut malah mengangkat kedua kaki depannya membuat beberapa kesatria di dekat kuda ikut kompak menjauh takut.

Port merasa panik. Bukan, bukan karena kuda di depannya ini sulit di tenangkan dan nyaris mengamuk. Kuda yang meringkik takut adalah hal yang biasa karena kuda tersebut terganggu dengan kehadiran Port yang notabene orang baru. Tapi masalahnya saat ini Tuan Duke alias Brian sedang menatapnya dan memperhatikan seluruh gerak-geriknya untuk menenangkan kuda mengamuk ini.

Dia yang awalnya pede dan biasa menenangkan kuda mendadak gugup bukan main. Otaknya blank antara takut dipecat sebagai kesatria karena tidak berguna juga pada kuda di depannya yang terus memberontak.

Brian menghampiri kuda tersebut, membuat Port mundur memberi jarak. Kuda itu masih meringkik, bahkan mengundang beberapa kuda lainnya ikut meringkik.

"Stttt. Tenanglah." Brian mengusap kuda tersebut dengan lembut, diam-diam Brian mengalirkan energi sihirnya untuk membuat tubuh sang kuda menghangat. Kebetulan cuaca saat ini sudah mulai memasuki musim hujan yang mana suhu di malam hari memiliki hawa lebih dingin dari musim panas.

Kuda tersebut yang perlahan-lahan merasakan kehangatan mulai berhenti menggangkat kedua kaki depannya lalu menatap Brian seolah-olah bingung darimana mendapatkan rasa hangat tersebut.

PetrichorWhere stories live. Discover now