Hantu

706 113 21
                                    

Kara menjauh setelah memeriksa keadaan Gladiola. Dia memeriksa seluruh bagian tubuh Gladiola yang cedera. Begitupun kepala yang katanya berkemungkinan cedera.

Namun hasil pemeriksaanya menunjukan Gladiola baik-baik saja--- tidak dalam artian dia sehat hanya saja cedera dan luka-luka yang Gladiola alami sudah mulai membaik.

Alasan kenapa gadis itu hilang kesadaran dan demam adalah jiwa gadis itu sedang berkelana meninggalkan raganya. Gladiola-- ah Kara sadar betul penghuni raga itu bukan Gladiola asli. Gadis itu sedang meninggalkan raganya dengan alasan yang tidak Kara tahu penyebabnya

Namun melihat reaksi tubuh yang di berikan, gadis itu sedang tidak baik-baik saja di alam bawah sadarnya.

"Semuanya baik-baik saja kak. Kepala Kak Ola tidak cedera seperti yang sempat di asumsikan." Terang Kara pada Brian yang berada di sampingnya.

"Apa kau yakin? Ingin periksa sekali lagi?" Tanya Brian masih tidak tenang.

"Aku sudah memeriksa dengan hati-hati bahkan memeriksa ulang. Penyebab demam yang Kak Ola alami kurang jelas asalnya." Atau lebih tepatnya kau tidak boleh tahu alasan Kak Ola demam. Tambahnya dalam hati.

"Lalu bagaimana menurunkan demam yang Ola alami? Gadis itu bahkan kehilangan kesadarannya. Ramuan yang tabib berikan juga tidak membantu sama sekali."

"Kak Ola akan membaik jika---" jika jiwa gadis itu kembali ke raga Kak Ola.

"Jika?" Tanya Brian dengan dahi berkerut.

"Jika dia tetap di bawah pengawasan dan terus mengonsumsi ramuan sesuai standar kesehatan. Tidak boleh berlebihan karena itu akan berefek buruk pada tubuh Kak Ola." Ujar Kara seraya mendelik menatap Brian.

Pasalnya laki-laki itu sempat memaksa tabib terus memberikan obat pada Gladiola yang tidak sadar dengan asumsi agar lekas membaik padahal semua ramuan memiliki porsi dan aturan yang tidak boleh di langgar.

"Iya-iya." Ujar Brian seolah mengerti tatapan yang Kara lemparkan padanya.

"Aku sudah menyalurkan beberapa mana sihirku untuk menjaga kestabilan pada tubuh Kak Ola karena penurunan kesadaran yang dialami Kak Ola terlalu signifikan, detak jantungnya  juga melemah." Kara berkata jujur meskipun dia awalnya ragu.

Brian menghela nafas seraya menunduk. "Tubuhnya juga agak membiru di beberapa bagian, entah karena luka-luka memar atau karena kondisinya yang saat ini tidak sadarkan diri." Brian mengadu atas beberapa memar tidak wajar yang muncul di tubuh Gladiola.

"Kak." Panggil Kara agak bersimpati melihat raut sedih Brian. "Mungkin itu efek cedera."

"Apa benar-benar tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya-- ah tidak, maksudku membuatnya kembali sadar dan membuka mata? Jika kondisi nya tidak terlalu baik setelah membuka mata pun aku akan merawat Gladiola dengan suka rela dan penuh kasih sayang."

Kara menggeleng menjawab pertanyaan kakaknya. "Untuk saat ini kita hanya menyerahkan semuanya pada Kak Ola. Apakah dia ingin kembali membuka mata atau tidak, dia pasti sedang berjuang untuk bangun." Dia berusaha melemparkan kata-kata penenang yang nyatanya tidak membuat Brian lekas tenang.

"Kau akan tetap disini untuk mengawasi perkembangan Ola kan?" Tanya Brian serius.

"Aku akan tetap disini." Titahnya yakin.

"Tapi kau harus terjebak dengan Vernon dengan waktu yang lama." Ujar Brian menatap sang adik dengan tatapan teduhnya, dia tahu betul tentang kisah romansa sang adik dengan kawan lamanya itu yang berujung cinta sepihak. "Aku tidak mau membebankan tapi tidak bisa memindahkan Gladiola dalam keadaan seperti ini."

PetrichorWhere stories live. Discover now