missing u

3.6K 330 2
                                    

Vernon memasang wajah kesal menatap Brian dan Gladiola yang pergi meninggalkannya dengan amanat menjaga anak kecil yang sayangnya terlalu imut untuk Vernon tinggalkan. Dia sangat suka anak kecil namun belum bisa untuk membuatnya---bukan tidak bisa sih lebih tepatnya belum ada partnernya.

"Baiklah, kau ingin kemana? Atau kau ingin ikut ke mansion ku?" Vernon bertanya seraya menatap Rala.

Rala menautkan kedua tangannya dia menatap Vernon ragu. "Apa boleh aku pergi?"

Vernon menatap Rala intens karena dia tidak mengerti ucapan anak itu. "Maksud mu?"

"Aku ingin mencari bunga untuk kakak Tuan Marquess." Rala menundukkan pandangannya takut. "Bi-bisakah aku mencari bunga untuknya dan mampir ke rumahnya sebentar?" Pinta Rala.

Vernon mengangguk. "Tentu, kau mau pergi sekarang?"

Rala mengangguk pelan.

Vernon berbalik menatap pemilik toko butik ini. "Aku akan pergi, kirim sisanya ke penginapan milikku atas nama diriku."

"Baik Tuan." Jawab pemilik butik seraya membungkuk memberi salam.

Vernon hanya mengangguk kemudian pergi. Namun setelah sepuluh menit perjalanan Vernon menoleh ke belakang dia lupa menyadari bahwa sekarang beberapa kesatria mengikutinya.

"Kalian bisa kembali ke mansion." Titah Vernon. "Aku akan kembali nanti."

Para kesatria membungkuk untuk sebuah salam hormat. "Baik Tuan."

Vernon kembali melanjutkan perjalanannya dengan rala yang saat ini ia gandeng. Dia sebenarnya sadar betul anak kecil itu kesulitan menyamai langkahnya yang lebih besar dan lebih cepat namun anehnya Rala tidak protes atau berbicara apapun.

"Kau takut denganku?"

Rala menggeleng.

"Lalu mengapa sedari tadi kau diam saja?"

Rala menggaruk pipinya dengan pelan dengan tangan yang terbebas. "Aku sedang fokus mengikuti langkah besar Tuan Marquess." cicitnya.

Vernon tertawa kemudian tanpa bisa di duga oleh Rala, Vernon mengangkat Rala ke gendongannya. "Tuan Marquess, apakah ini boleh?"

"Apanya?" Tanya Vernon walaupun dia tau jelas makna dari arti yang Rala katakan.

"A-ku di gendong." Rala memberontak meminta turun. "Ini tidak sopan untuk rakyat rendahan seperti aku."

Vernon berdecih mendengar ucapan Rala. "Berapa umurmu?"

Rala berpikir sejenak, ekspresinya yang seolah berfikir keras membuat Vernon gemas bukan main. "Kalau tidak salah enam tahun."

"Enam tahun?!" Vernon meninggikan suaranya karena terkejut dengan ungkapan gadis itu.

"I-iya." Jawab Rala dengan takut.

"Tubuhmu tidak menggambarkan anak enam tahun." Vernon kembali menatap Rala seperti scanner yang sedang meng scan. "Benar-benar kurus dan pendek." Ejeknya.

"Tidak apa-apa." Rala tersenyum. "Kakak bilang tidak perduli bagaimana tampilan ku, aku akan terlihat indah bagi mereka yang bisa menghargai ku."

Vernon mengangguk membenarkan. "Betul. Kepercayaan dirimu bagus juga."

Rala semakin tersenyum lebar. "Terima kasih Tuan Marquess."

"Baiklah, kemana kita sekarang?"

"Danau!" Rala memekik saking bersemangatnya. "Disana ada bunga berwana merah muda kesukaan kakak."

Vernon kembali mengangguk, senyumnya terpasang lebar melihat keceriaan Rala. "Sebentar lagi kit sampai."

Tidak lama kemudian mereka sampai di danau. Mereka berjalan ke pinggir danau yang terpampang deretan pohon maupun bunga yang indah. Rala langsung turun dari gendongan Vernon dan mulai mencari bunga yang dia tuju.

PetrichorWhere stories live. Discover now