feel like a movie

2.7K 317 52
                                    

Gladiola menatap Kara dengan pandangan kaget, gerakannya yang tiba-tiba pun membuatnya mendesis sakit.

Apa kekuatan Kara yang memiliki sihir suci bisa mengetahuinya yang berstatus jiwa tersesat?  Kapan gadis itu mengetahui jati diri Gladiola yang sebenarnya? Bukankah ini bukan pertama kalinya Kara mengobati Gladiola yang terluka?

"Aku sudah mengetahui sejak awal kita bertemu." Seolah bisa menebak pikiran Gladiola Kara mengatakannya dengan santai. "Santai saja, aku tidak akan membocorkan nya kok." Kara kembali berbisik.

"Kau tahu? Sejak kapan? Maksud ku kenapa kau tidak membocorkannya? Bisa saja aku seorang mata-mata." Bisik Gladiola.

"Ehm sejak kapan ya??" Kara bertingkah menggoda Gladiola.

"Kau jangan menguji kesabaran ku ya!" Ujar Gladiola yang sudah mulai segar setelah kembali di obati Kara.

"Mana ada mata-mata yang jatuh cinta dengan targetnya sendiri?" Sindir Kara.

"Siapa yang jatuh cinta? Aku? Dengan siapa?" Tanya Gladiola dengan ekpresi penasaran.

"Tentu saja Kak Ola."

"Tidak aku tidak ---"

"Belum menyadari. Bukan tidak menyukai tapi belum menyadari bahwa kau suka dengan kakak ku." Tembak Kara to the point.

"Aku..." Gladiola melipat bibir bingung melanjutkan apa sedangkan dia saja tidak mampu menjawab.

Dia tidak tahu hatinya menyukai Brian atau tidak. Dia nyaman berada di sisi Brian . Dia merasa aman dan Brian layaknya sebuah rumah. Rumah yang terlalu mewah hingga kadang-kadang membuatnya merasa tidak yakin mampu tinggal di rumah yang mewah sedangkan rumah sederhana saja sudah cukup.

Dia tidak mau bersinggungan dengan apa yang sulit seorang Gladiola gapai.

Hidupnya di dunia ini belum jelas, tidak tahu untuk apa, tidak tahu bisa kembali atau tidak. Jatuh cinta hanya akan memperumit hidup Gladiola. Dia tidak mau mencintai Brian karena laki-laki itu terlalu sempurna untuknya yang hanya beban.

"Aku tidak mencintainya. Aku tidak akan berusaha untuk membalas perasaannya." Jawab Gladiola dengan pelan.

"Kenapa menjawabnya dengan pelan? Dan apa-apaan nada ragu itu? Kak Ola tidak menyukainya kan? Katakan dengan lantang supaya Kak Brian juga mendengarnya." Tantang Kara.

Gladiola diam tidak menurut.

"Kak Ola meragukan kekuatanku? Aku tahu apa yang Kak Ola rasakan, lihat, pikirkan. Semua aku tahu karena jiwa Gladiola sudah mengadaikan tubuhnya. Hingga mudah bagi kami saintess memeriksa rekap hidup mu."

Gladiola membuang pandangan enggan menatap Kara, dalam hatinya terus bertanya-tanya.

Aku mencintainya?

Aku?

Mencintainya?

Tapi kenapa? Kenapa hati ini berkhianat? Bukankah aku sudah berkomitmen untuk memanfaatkan Brian tanpa melibatkan perasaan?

Tanpa sadar aku jatuh, jatuh ke tempat yang begitu dalam.

Dan kau dibawah sana menangkap ku dan mengurungku dalam ketidakpastian bernama cinta.

Sebab ujungnya hanya dua. Sakit hati tidak berkesudahan atau rindu tidak bisa bertemu sampai rasanya ingin berpulang.

Rindu yang ku maksud saat aku harus kembali ke tempatku.

Gladiola terdiam. Tidak berniat berbicara lebih lanjut dan hal itu membuat Kara mengartikannya bahwa Gladiola setuju dengan kata-kata yang dirinya ucapkan.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang