pesta

1K 131 36
                                    

Hal pertama yang menyambut Ragana saat sampai di wilayah netral adalah sebuah hiruk-pikuk pasar besar. Bukan, bukan sejenis pasar yang menjual segala pakaian, atau pasar sayuran. Melainkan pasar perdagangan manusia.

Ragana akui, Brian memang laki-laki dengan pemikiran out of the box pertama yang dia temui. Sesampainya mereka di wilayah netral semuanya sudah tersusun rapih oleh laki-laki itu. Entah tentang penginapan mereka. Lokasi tentang 'pasar-pasar' yang akan dia kunjungi. Bahkan status penyamaran mereka semua sudah Brian siapkan.

Ragana merasa tidak berguna. Dia yang tangan kanan Brian bahkan tidak tahu tentang rencana ini semua.

"Tuan Duke benar-benar luar biasa." Ujar Port, kestaria yang akhir-akhir ini aktif bertanya tentang kegiatan yang akan mereka lakukan.

"Aku tidak menyangka semuanya sudah dipersiapkan sebegitu baiknya." Sahut yang lainnya.

"Untuk apa kita hadir ke tempat sepeti ini Tuan Duke?" Tanya port dengan penasaran.

"Tentu saja meraih ikan." Sahut Brian.

"Apa penjelasan tentang ikan kemarin masih berlanjut?" Tanya Sid.

"Tugas kita kemari untuk meraih ikan dan membakarnya hidup-hidup. Bukan begitu Ragana?" Brian menatap Ragana sekilas.

"Betul." Sahut Ragana cepat.

Mereka saat ini sedang menyamar. Dengan Ragana yang berakting layaknya saudagar kaya raya serta Brian yang dan yang lainnya yang pura-pura menjadi kestaria sewaan milik Ragana.

Ragana sangat amat tertekan memerankan peran menjadi saudagar sebab Tuannya, Tuan yang ia layani dan mengajinya malah berperan menjadi kestaria dengan pakaian sederhana sedangkan dia berpakaian sangat hedon juga berat demi mendukung acting yang dia sendiri tidak meyakini kemampuan miliknya itu.

"Tu---"

"Ravel. Panggil aku Ravel." Potong Brian dengan pelan namun tajam.

"Tapi itu nama saya Tuan." Ujar kesatria Ravel takut-takut.

"Aku pinjam sebentar." Ujar Brian tidak mau kalah.

"Lalu aku dipanggil dengan nama apa?" Ujar Ravel bingung.

"Kall, panggil dirimu sendiri Kall selama misi ini berjalan." Titah Brian tidak ingin dibantah.

"Baiklah Tuan Duke--- maksud saya Ravel." Ravel yang di pelototi Brian menunduk takut karena lupa memanggil Brian dengan nama samarannya.

"Panggil aku Ravel Ragana. Aku tidak ingin bantahan." Brian menatap Ragana sekilas kemudian mengarahkan jalan mana yang harus mereka lewati.

"Mana bisa!" Ragana mendesis lirih. "Saya tidak bisa bersikap tidak sopan pada anda!"

"Bukankah kau kesal padaku tempo hari? Hari ini kau menjadi bos dalam waktu sehari tidak ingin berusaha membalas dendam? Nikmatilah." Brian menyeringai melirik Ragana dengan ekor mata, diam-diam menikmati raut tertekan dari tangan kanannya tersebut.

"Tuan kumohon, jangan seperti ini. Aku sangat frustasi memerankan---"

"Selamat malam!!!" Sapaan dari pengeras suara terdengar kencang.

Ucapan Ragana terpotong saat mereka membelokan tubuh mereka ke arah kiri dan memasuki sebuah ruangan yang mirip ballroom. Sapaan dari pembawa acara membuat mereka semua mendadak teralihkan dan menatap sang pembawa acara.

"Selamat datang di acara gebyar indah para penguasa!!!!!" Ucapan sang pembawa acara disahuti oleh tepukan dan teriakan para hadirin yang berada di dalam ballroom tersebut.

"Bahkan mereka sangat bahagia bersorak tanpa rasa takut akan tertangkap. Benar-benar nyali yang besar." Desis Brian pelan.

"Baiklah tanpa menunggu atau berlama-lama lagi saya akan memamerkan barang-barang indah dan langka di Kekaisaran Arkal juga Negri Seberang!!!"

PetrichorDove le storie prendono vita. Scoprilo ora