Prolog

303 11 0
                                    

Sepasang mata menatap nanar kearah dua sejoli yg sedang duduk berbicara di bangku taman belakang sekolah.
Dia baru tahu tentang satu fakta yg sangat melukai hatinya, ternyata selama ini orang yg di cintai dengan tulus menjadikannya objek bahan taruhan bersama teman - temannya.
Arunika tidak menyangka bahwa cowok yg selama ini dia anggap tulus mencintai dan menerima dia apa adanya ternyata adalah orang yg telah membuatnya patah hati untuk pertama kalinya, padahal selama ini Devian selalu menunjukkan sikapnya yg lembut dengan segala perhatian yg mampu membuat Arunika terbuai, apalagi perjuangan Devian yg pantang menyerah agar bisa mendapatkan cintanya.
Ketulusan yg Devian tunjukkan ternyata hanya semu belaka, seperti halnya, 'Senja yg indahnya hanya sementara dan di gantikan oleh gelap gulita.'
"Dev apa kamu sudah kasih tau pada Arunika kalau sebenarnya kalian jadian karena sebuah taruhan dengan teman - temanmu?." tanya Clarissa gadis yg selama ini bersahabat baik dengan Arunika dan sepupu jauh Devian.
Deg
Pertanyaan dari Clarissa membuat gadis yg berdiri tidak jauh di belakang mereka mematung di tempat, niat hati ingin menemui kekasihnya yg sedang berada di taman belakang sekolah bersama sahabatnya tapi malah dia yg di buat terkejut dengan pertanyaan Clarissa tadi.
"Belum, aku gak tega mau kasih tau dia." jawab Devian sambil mengusap wajahnya kasar, jika mengingat alasan Devian dulu mendekati kekasihnya membuatnya frustasi, dia ingin berkata jujur tapi dia juga tidak ingin sampai di tinggal pergi kekasihnya yg pasti akan kecewa mendengar alasan dia dulu mengejarnya.
"Sampai kapan kamu mau sembunyiin ini dari dia, cepat atau lambat dia pasti bakal tau alasan kamu nembak dia, aku harap dia tidak kecewa dan mau mendengarkan penjelasanmu." Clarissa menatap manik mata Devian dengan lembut seolah menyampaikan perasaan yg tersirat di hatinya.
"Itu yg aku takutkan Ris, dia kecewa dan pergi ninggalin aku." Devian menghela nafas panjang sambil menatap ujung sepatunya.
"Sebaiknya kamu kasih tau dia alasan yg sebenarnya sampai ikut taruhan itu, jangan sampai Arunika tau dari orang lain, aku yakin kok kalo Arunika bakal mengerti kalo kamu ngejelasinnya pelan - pelan." Clarissa tersenyum tipis sambil menepuk pundak Devian untuk memberi semangat.
"Kamu benar aku juga berniat mau menceritakan semua pada Arun saat pesta promnight tiga hari lagi, aku akan buat pengakuan sekaligus mengutarakan perasaanku yg sesungguhnya pada Arun, semoga dia tidak kecewa dan mau mendengarkan penjelasanku." jawab Devian mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Clarissa dengan teduh.
"Good luck, aku akan selalu ada buat kamu dan support kamu." Clarissa mengembangkan senyum termanisnya.
Di lihat dari tatapan Clarissa ke Devian, Arunika dapat melihat ada binar bahagia apabila Clarissa berada di dekat Devian, sorot matanya tidak bisa menampik jika ada perasaan sayang yg di pendam untuk kekasihnya itu, perasaan sayang yg tidak terucap tapi bisa di rasakan, karena Arunika juga cewek yg pernah merasakan itu saat berada di dekat orang yg dia sayang.
"Thanks Ris, kamu selalu bisa mengerti aku, jadi makin sayang." ucap Devian terkekeh sambil mengacak surai hitam milik Clarissa, Devian mengungkapkan rasa sayangnya terhadap Clarissa karena sudah dia anggap seperti adik sendiri nyatanya di salah artikan oleh Clarissa, hal itu membuat perasaan Clarissa yg awalnya pesimis jadi melambung tinggi karena bisa di sukai balik oleh Devian, hingga Clarissa berniat ingin mendapatkan hati Devian tanpa memikirkan jika Devian adalah kekasih dari sahabatnya yg juga sepupu jauhnya.
"Aku juga sayang kamu Devianku." balas Clarissa yg dengan spontan memeluk erat tubuh Devian sambil tersenyum cerah, tidak lupa binar bahagia yg terpancar dari sorot matanya.
Deg Deg Deg
Jantung Arunika berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya, mendengar ungkapan sayang dari Clarissa untuk kekasihnya membuat hatinya serasa di hantam palu godam, tubuhnya terhuyung ke belakang hingga menyandar pada tembok pembatas, sambil memegangi dadanya yg terasa perih tubuh Arunika bergetar.
Sungguh, Arunika tidak menyangka ini semua terjadi padanya, kenyataan yg selama ini kekasihnya tutupi darinya perlahan terkuak bersamaan dengan ungkapan sayang dari sahabatnya untuk kekasihnya.
Arunika pikir selama ini kedekatan mereka hanya karena saudara sepupu ternyata Clarissa menyalah artikan perhatian Devian untuknya.
Dari awal Clarissa datang memang Arunika sempat menaruh rasa curiga pada sahabatnya yg sering kali menanyakan perihal tentang apa yg di sukai dan tidak di sukai oleh Devian, tapi Clarissa beralasan menanyakan itu semua karena mereka sepupuan, dia hany ingin mengenal sepupunya yg baru di ketahuinya itu.
Dan ternyata feeling Arunika terbukti, sahabatnya itu menyukai kekasihnya.
Harusnya Clarissa bisa menghargainya sebagai sosok sahabat, tidak ada yg namanya sahabat merebut kekasih sahabat sendiri, meskipun dia tau bahwa sahabatnya hanya di jadikan bahan taruhan, tidak seharusnya dia menikungnya, sahabat yg baik justru selalu ada disaat suka maupun duka, memahami perasaan sahabatnya dan mendukung yg terbaik buat sahabatnya.
Tak terasa lelehan air mata membasahi pipi mulusnya, dia ingin berlari dari tempatnya berdiri namun kakinya terasa lemas tak bertulang, Arunika kecewa pada dirinya sendiri, kenapa dia bisa menjadi bodoh karena cinta, dua tahun menjalin hubungan dengan kekasihnya tanpa ada perselisihan yg berat, dia kira sang kekasih memahaminya karena selalu bersikap dewasa dan mengalah padanya, nyatanya tidak serius dalam menjalin hubungan, andai saja Arunika tidak memutuskan untuk mencari keberadaan kekasihnya entah sampai kapan dia akan terus di bohongi oleh kekasihnya dan sifat munafik sahabatnya.
Arunika masih tidak terima dengan fakta yg di dengarnya jika dia hanya di jadikan bahan taruhan dan di tikung sahabatnya sendiri.
Dengan sisa tenaga yg di miliki Arunika memilih beranjak pergi meninggalkan tempat itu dengan sejuta luka di hatinya, dia berlari kencang sambil menyeka air matanya yg tidak berhenti menetes.
"Maksud kamu apa Ris, jangan panggil aku begitu nanti kalo ada yg dengar bisa salah paham." ujar Devian yg melepas pelukan Clarissa dengan paksa.
"Maaf Devian aku hanya mengutarakan rasa sayangku padamu." kata Clarissa sambil menundukkan wajah sedihnya.
Baru saja dia merasa bahagia mendapat balasan atas perasaannya, namun sekarang harus di hempaskan oleh kenyataan dengan penolakan Devian.
"Tapi aku sudah punya kekasih Ris, dia juga sahabatmu, lagian kita itu saudara tidak mungkin bisa bersama." jelas Devian.
Sejujurnya Devian terkejut dengan aksi Clarissa yg tiba - tiba memeluknya, Devian bukan cowok polos yg tidak bisa mengartikan tatapan dan perhatian Clarissa selama ini padanya, hanya saja dia tidak mau ambil pusing, dia juga sering berkata jika sudah menganggap Clarissa sebagai adiknya.
Pikir Devian, seiring berjalannya waktu perasaan Clarissa padanya akan hilang berganti rasa sayang terhadap saudara, ternyata perasaan itu malah tumbuh subur karena sikap dan perhatian Devian padanya, sekarang Devian bingung bagaimana caranya menegaskan pada Clarissa jika dia tidak punya perasaan lebih seperti ketertarikan lawan jenis.
Belum lagi masalahnya dengan kekasihnya yg semakin hari semakin di hantui dengan perasaan bersalah.
"Kenapa tidak bisa Devian?, kita hanya saudara jauh sedangkan hubungan kamu sama Arunika hanya sebuah taruhan." cecar Clarissa sambil menitikkan air mata.
"Karena aku mencintai Arunika." jawab Devian tegas.
Devian bangkit dari duduknya melangkah pergi, baru beberapa langkah Devian berhenti dan menoleh ke belakang ke arah Clarissa yg sedang menangis sesenggukan.
"Buang perasaanmu itu jauh - jauh jika masih ingin ku anggap sebagai saudara, karena sampai kapanpun aku tidak akan mengganti nama Arunika dengan cewek manapun."
Setelah mengucapkan kalimat ultimatum buat Clarissa, Devian melangkah pergi tanpa menoleh lagi ataupun menghiraukan Clarissa yg saat ini sedang menangis tergugu karena patah hati.
"Devian hiks.. hiks.. kenapa harus Arunika yg kamu cinta, kenapa selalu dia yg mendapatkan apa yg aku ingini, tidak kamu tidak semua orang selalu berpusat padanya, mengagumi dan memuja apa yg dia raih, padahal disini masih ada aku yg juga ingin di anggap ada seperti dia hiks.. hiks.. aku benci dia hiks.. hiks.. benci selalu kalah dari dia hiks.. hiks.. ." lirih Clarissa sambil menangis tersedu - sedu meratapi kisah cintanya.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now