01 Pacar Baru

38 4 4
                                    

"Gimana, gimana? Lu nyuruh gua pacaran sama opa-opa? Anjir. Becanda lu," Natasha menoyor pipi Tiara, sahabatnya. Ia mengalihkan pandangan ke gedung di seberangnya. "Mendingan gua jomblo seumur hidup. Opa-opa mana bisa berdiri?"

Tiara yang selalu berpikiran negatif langsung menutup telinganya. "Eh, vulgar amat sih jadi orang?" Ia memarahi gadis yang memang mulutnya tidak terfilter itu.

Natasha menyandarkan badannya di tembok pembatas dan menyengir heran. "Lu sukanya nonton film porno sampai mikirnya ke situ ya?" ujarnya menyindir kawannya yang polos.

"E-eh, engga gitu. Aku cuman nonton drama Korea ya. Sembarangan," katanya membela diri. Wajahnya langsung cemberut. "Jadi orang jangan skeptis dulu. Tuh lihat fotonya." Ia menyodorkan HP-nya pada Natasha.

Belum sampai sedetik kemudian, mata Natasha melotot seakan hampir copot dari tempatnya. "I-ini... opa lu? Seriusan? Kok mirip oppa-oppa Korea," sahutnya tak percaya.

Tiara mengangguk. "Tuh orangnya dateng," katanya dengan gestur kepala menunjuk ke arah belakang Natasha.

Begitu Natasha membalik badannya, sesosok pemuda tampan nan tinggi berotot tampak berjalan mendekat. Jika ini adalah adegan di film kartun, hidungnya pasti sudah mimisan. Ia seperti sedang melihat idola K-Pop yang digandrungi kaum hawa haus yang akan belaian.

"Hei, Lan. Ini Natasha, yang kuceritain kemarin." Tiara memperkenalkan keduanya.

Yang disapa langsung menunduk sedikit menatap gadis yang lebih pendek lima belas centimeter darinya itu. "Halo. Aku Alan," sapanya sambil menyodorkan tangan.

Natasha terlalu terpesona hingga tak mendengar apa kata sang pemuda.

Alan melirik ke Tiara dan bertanya dengan sedikit berbisik, "Dia normal kan?"

Tiara mendesah kesal lalu memukul pelan punggung Natasha. "Nat, hei. Sadar," ujarnya.

Baru saat itulah Natasha kembali ke alam nyata. "Lu gantengnya ber-damage banget sih. Gua jadi ngga fokus kan. Sorry," katanya blak-blakan tanpa rasa malu sedikitpun. "Kenalin. Gua Natasha Wong. Jurusan Bahasa Inggris, tapi suka digital art. Dan gua, pacar lu." Ia menjabat tangan Alan dengan remasan kuat penuh keyakinan.

Alan dengan cepat membalas, "Alan Kim. Jurusan pariwisata. Semester akhir," katanya lalu buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman Natasha.

"Wah, namanya beneran kaya orang Korea aja." Natasha terkikik geli, tapi masih terbuai akan ketampanan sang pemilik nama.

"Sebentar. Aku perlu ngomong sama Tiara." Alan menarik tangan Tiara dan membawanya agak menjauh dari Natasha.

"Apaan?" ujar Tiara tidak merasa enak hati karena opanya tampak tidak tertarik pada sahabatnya. "Jangan bilang—"

"Kamu cari cewek kok yang kaya gini sih?" Alan memotong perkataan Tiara. "Kan aku udah bilang cari yang cantik dan lembut. Nonik-nonik boleh, pribumi boleh. Terserah. Tapi bukan yang kaya preman gini dong."

Tiara mendesah kesal. "Jahat banget sih kalau ngomong. Dia bukan preman. Emang bawaannya gitu. Kesannya dari luar doang. Tapi dia pinter, baik, dan bisa masak malahan. Bukannya itu kriteria utama yang kamu minta ya? Lagian mama kamu juga ngga nuntut secara fisik kan? Asal kamu punya calon istri aja kan?" Ia membalikkan perkataan Alan yang didengarnya kemarin. Opanya sedang dalam keadaan terdesak akibat permintaan unik keluarganya.

Alan adalah keturunan blasteran Korea, Cina, Amerika dan Bali, Indonesia. Tiga darah asing itu datang dari almarhum papanya. Ia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Mamanya yang kini berusia tujuh puluh tahun melahirkan dirinya pada umur empat puluh delapan tahun. Itu memang sebuah mujizat. Mengingat usia senja mamanya, ia diharapkan untuk segera menunjukkan calon istri dan menikah setelah selesai kuliah jika memungkinkan.

Pacarku Op(p)a SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang