45 Hardikan Keras

5 3 2
                                    

Agnes mendatangi Alan dengan geram. Ia sudah seperti orang yang kesetanan dengan wajahnya yang memerah. Berhenti di depan adik angkatnya itu, tangannya melayang cepat dan menampar pemuda itu.

"Kak!" seru Natasha lalu berdiri di antara sang kekasih dan kakak angkatnya.

"Minggir! Siapa kamu? Ini urusan keluarga, dan kamu orang asing!" Agnes melampiaskan emosinya pada gadis yang jauh lebih muda darinya itu.

"Saya tahu saya bukan anggota keluarga ini, tapi tanpa mengurangi rasa hormat saya ngga akan tinggal diam kalau Kakak menyakiti orang yang saya sayangi." Natasha membela tanpa takut.

Agnes hendak melayangkan tangannya untuk menampar Natasha juga. Tetapi Alan dengan sigap menahannya. "Lepas!" bentaknya.

Alan menatap wanita yang lebih pendek darinya itu. "Kak, Kakak boleh tampar aku. Tapi Alan ngga akan biarin kalau Kakak menyakiti Natasha," katanya dengan tegas.

"Bergaya ya kalian. Sok saling ngelindungin. Anak kecil, tahu apa tentang cinta?" Agnes menghardik kedua orang muda di hadapannya.

Sementara itu Tiara yang adalah cucu Agnes tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bersembunyi sambil menangis di samping Merry, yang lebih lagi tidak mungkin mencampuri urusan keluarga ini.

"Hah! Gara-gara kalian, perusahaan papa jadi imbasnya." Agnes memfokuskan kembali pada tujuannya datang. "Denger ya, kalian. Skandal hubungan kalian itu udah menghancurkan perusahaan papa. Bisa-bisa tinggal hitungan bulan, atau bahkan minggu, perusahaan bakalan collapse. Kalau kamu sayang keluarga ini, angkat kaki dari perusahaan segera, Alan."

Perkataan kasar itu membuat semua yang mendengarnya terhenyak. Agnes tidak segan mengusir adik angkatnya sendiri.

"Apa hakmu, Agnes?" Suara rendah Astika menyela percakapan mereka.

Semua mata langsung tertuju pada wanita yang sudah lanjut usia itu. Natasha dan Alan bergeser, memberi ruang untuk Astika berdiri di dekat mereka.

"Ma, gara-gara mereka—"

Astika mengangkat tangannya setengah tiang, menghentikan Agnes bicara. "Duduk," perintahnya dan semua menurut. Ia duduk di sofa yang posisinya menjembatani kedua kubu tersebut. "Pertama, kamu ngga punya hak untuk bicara kaya tadi ke Alan."

"Tapi Ma—"

Lagi-lagi Astika menyuruhnya diam hanya dengan gestur tangan. "Kamu dan Adrian jelas menolak untuk lanjutin perusahaan ini dengan berbagai alasan dari awal. Kenapa sekarang kamu protes?" tegasnya.

"Karena Alan dan perempuan asing ini kerjaannya cuman bikin skandal sampai bawa warisan papa di ambang kehancuran!" Kali ini Agnes bisa mengungkapkan kekesalannya secara utuh.

"Dari mana kamu tahu itu cuman kerjaan mereka?" Astika mengembalikan tuduhan itu pada anak pertamanya.

Agnes terdiam.

"Dua, kamu maupun Adrian ngga tahu betapa beratnya Alan sudah kerja keras. Dia kurang tidur cuma untuk mikirin gimana caranya mempertahankan perusahaan ini. Mama minta dia gantiin Mama karena korupsi yang dilakuin sama temen-temen kamu itu. Ngerti?" Astika ganti menyudutkan putrinya itu dengan fakta yang membuatnya tercengang.

"M-maksud Mama?"

Astika melipat kedua tangannya di atas perutnya dan bersandar pada kepala sofa. "Orang-orang yang kamu rekomendasikan dan selama bertahun-tahun jadi jajaran pimpinan mengalokasikan dana sembarangan dan ambil bagian untuk mereka pribadi," ungkapnya. "Mama ngga tahu ternyata mereka main diam-diam di belakang Mama, sampai Alan yang menemukan kejanggalan itu."

Agnes terperanjat lebih lagi. Ia sempat melirik kepada adik angkatnya itu tapi segera mengalihkan pandangannya kembali pada sang mama.

"Selama beberapa bulan terakhir ini, dia melakukan yang terbaik untuk balikin nama perusahaan ini. Dan Natasha, yang kamu sebut perempuan asing ini, berkontribusi tanpa pamrih. Dia yang bukan keluarga melakukan yang terbaik, jauh lebih baik dibanding kamu dan Adrian yang adalah anggota keluarga asli." Astika melemparkan tatapan tajam pada putrinya.

Pacarku Op(p)a SahabatkuWhere stories live. Discover now