16 Kesepakatan

4 3 2
                                    

Tugas Natasha dan Alan dalam keterlibatan mereka di Edu Fair adalah menaikkan popularitas kampus. Namun kepribadian dan penampilan fisik keduanya adalah poin plus yang sanggup menarik popularitas kepada mereka sendiri. Selain berhasil meningkatkan jumlah pendaftar calon mahasiswa baru ke universitas mereka, jumlah pengikut di media sosial keduanya bertambah beberapa kali lipat.

Rupanya dalam hal media sosial, Natasha dan Alan sama-sama berpikiran sederhana. Mereka memberi nama akun yang sesuai dengan nama asli mereka sendiri hingga mudah dicari oleh para penggemar baru mereka yang mengikuti acara ini.

"Eh, Lan. Lu kan yang biasa dikejar-kejar penggemar ya. Gua mau tanya dong." Sambil memegang HP, Natasha duduk lebih condong ke arah Alan. "Gua lagi serius nih, jadi tolong lu jawab serius juga."

Alan memicingkan matanya. "Tanya apaan?" Ia sedikit skeptis setelah beberapa waktu terakhir ini dikerjai oleh Natasha dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak dan sia-sia.

"Gua kebanjiran DM, entah dari cewe atau cowo yang nanyain banyak hal. Contohnya apa gua udah punya pacar, dan itu banyak banget dari cowo-cowo brondong. Terus, dari yang cewe, mereka tanya apa lu udah punya pacar apa belum. Kalau lu ada di posisi gua, lu bakalan ngapain?"

Begitu mendengar keseriusan dalam perkataan Natasha, Alan merasa mantap untuk memberi jawaban kali ini. Kadar bangganya pun naik seratus kali lipat karena dipercaya mengerti solusi untuk masalah ini. "Ada dua pilihan yang kamu bisa lakuin. Sebenernya tiga, tapi di posisi kita saat ini jadi duta kampus, ini ngga applicable."

"Apa yang ngga applicable?"

"Ignore semua DM itu. Gampang. Tapi dengan gitu kita akan dapat kesan sombong, dan calon mahasiswa potensial itu nantinya bisa mundur cuma gara-gara ini. Padahal peran kita disini kan justru sebaliknya."

"Bener juga sih." Natasha mengangguk-angguk. "Dan lagian semua DM itu udah gua buka dan baca. Makanya gua bisa centa sama lu tentang isinya."

Alan terperangah. "Kamu tuh kepo apa bego sih? Kalau kira-kira ngerti apa isi semua DM itu, ya ngga perlu sampai dibuka semua lah."

"Tapi kalau sampai ada DM yang penting gimana? Misal tanya tentang gimana kampus kita di mata mahasiswa, buat ngeyakinin mereka. Ada tuh satu yang tanya sampai detail banget kampus kita oke apa engga. Dan dia tanya di DM karena biar dapat jawaban asli. Kalo di stage katanya bisa aja settingan untuk promosi."

"Emang ada berapa yang beneran tanya gitu?"

"Satu sih. Sisanya cuman di awal doang, modus tanya kampus tapi ujungnya tanya status."

Alan terkekeh sinis. "Ya gitu emang manusia milenial,"ujarnya. "Tapi karena udah terlanjur kamu buka semua, ya gini aja. Nanti jawaban kamu dijadiin IG story aja, biar ngga perlu jawab satu-satu."

Natasha mengangguk, siap mendengarkan.

"Yang pertama kamu bisa jawab 'Maaf, itu ranah privasi. Jadi saya ngga akan jawab ya. Mohon pengertiannya.' Masuk akal?"

"Yes. Oke tuh. Yang kedua?"

Kali ini Alan memulai dengan berdehem. "Yang kedua, sebenernya ini juga menguntungkan buat aku. Hmm, gimana ya ngomongnya?"

Natasha mengernyit. "Susah amat ngejelasinnya? Emangnya apa sih?"

"Kita... kompakan jawab kalau udah punya pacar." Jawaban Alan membuat Natasha membelalak. "T-tapi ngga usah sebut siapa. Biarin mereka menebak-nebak sendiri aja."

Tidak ada respons dari Natasha. Ia hanya terdiam seribu bahasa. Tangannya menopang dagu, dengan telapak tangan menutup bagian mulutnya.

Alan pesimis seketika. Ia merasa bahwa ide ini buruk bagi gadis itu dan ia akan menolaknya. "Ya kan itu dua pilihan. Sama-sama bagus menurutku. Pilih aja," tambahnya.

Pacarku Op(p)a SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang