60 Akhirnya Bahagia (Final)

4 1 2
                                    

Di depan ruangan persalinan, Tiara dan Astika menunggu dengan harap-harap cemas. Ketuban Natasha pecah saat sarapan dan segera dilarikan ke klinik. Sudah sekitar tiga puluh menit gadis itu dan Alan di dalam sana.

Beberapa menit kemudian, suara tangisan bayi terdengar begitu keras. Tiara bangkit dari kursinya dengan cepat, sementara Astika, hanya tubuhnya yang menjadi lebih tegak.

"Oma, oma! Itu ponakan aku udah lahir! Eh, salah. Tante aku!" seru Tiara sangat bahagia. Ia menjadi geli sendiri karena silsilah keluarga yang kompleks tersebut.

Astika mengembuskan napas lega. Tangannya mengelus bagian dadanya sambil tubuhnya menyandar kembali ke sandaran kursi.

Tidak lama setelah itu seorang asisten bidan muncul. "Ibu Astika?"

Yang namanya disebut segera beranjak dari kursi. "Ya, saya," sahut Astika.

"Ibu diminta untuk masuk," beritahu wanita tersebut.

Astika bersemangat untuk masuk dan berjalan mendekati anggota keluarganya yang baru. Matanya tertuju pada bayi yang masih merah tapi sudah dibungkus dengan kain bersih itu. Air matanya segera pecah begitu Alan menyerahkan si kecil padanya.

"Ma, lihat Joan, Ma. Bener kata Mama. Dia cantik kaya Natasha," ucap Alan yang pipinya sudah basah dengan air matanya.

Senyuman lebar terpatri di wajah Astika. Ia mengagumi sosok mungil tersebut. "Iya, cantik banget," katanya. "Selamat ya, Alan, Natasha. Kalian sekarang sudah jadi orang tua."

Alan menggandeng Natasha yang masih dalam posisi berbaring dan mengecup punggung tangannya.

Salah seorang asisten bidan pun kemudian meminta agar bayi tersebut diberikan untuk dibersihkan. Setelah Astika memberikannya, ia mendekat pada Natasha setelah Alan bergeser memberi ruang baginya. "Kamu hebat, sayang. Kamu hebat," pujinya dalam keharuan.

"Makasih, Ma." Natasha terisak dalam tangis juga.

"Mama bangga sama kamu, sayang." Astika membelai kepala gadis itu. Ia kemudian menarik tangan Alan dan meletakkannya di atas tangan Natasha. "Kalian berdua, good job. Lanjutkan ya."

Alan merangkul sang mama. Ia merasa tidak ada hari yang lebih indah dari hari itu.

Begitu juga dengan Natasha yang sudah hilang rasa sakit dan lelahnya karena tergantikan momen berarti seperti sekarang.

"Oke. Kamu istirahat ya, Natasha. Alan, jagain terus. Mama mau istirahat. Capek juga nungguin kalian ternyata," ujar Astika terkekeh. "Mama kayanya mau pulang duluan. Berbaring lebih enak."

"Oh? Sama Tiara kan, Ma?" tanya Alan mengonfirmasi, pasalnya ia dan Natasha berangkat lebih dulu sebelumnya.

Astika mengangguk. "Iya. Kalian fokus disini aja. Palingan besok udah bisa pulang. Kita ketemu di rumah ya," katanya.

"Iya, Ma. Hati-hati di jalan ya, Ma." Natasha yang membalas.

~~~

Tenggelam dalam kebahagiaan membuat Alan dan Natasha tidak siap menerima kabar dari Tiara. Malam itu juga Astika mengembuskan napas terakhirnya. Ia ditemukan dalam keadaan tersenyum, seperti sedang tertidur pulas saja; seakan-akan menyiratkan harapan terakhirnya yang terpenuhi.

Di atas nakas samping ranjangnya, sebuah buku terbuka bertuliskan pesan terakhir Astika ditemukan.

'Jangan nangis berlebihan ya, Alan, Natasha. Keinginan Mama sudah terwujud. Mama puas bisa lihat cucu Mama sebelum pulang. Ini hari bahagia kalian. Jadi, jangan isi dengan tangisan duka. Biarkan Joan merasa bahagia juga ke depannya, di setiap hari ulang tahunnya. Ingat aja selalu, kalau Mama sayang banget sama kalian bertiga. Suatu kali nanti, kita akan ketemu lagi.'

Pacarku Op(p)a SahabatkuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon