36 Kunjungan Teman Baru

6 3 2
                                    

"Kenapa dia ngikut kesini sih, Nat?" bisik Alan saat ia bertemu kembali dengan kekasihnya di bandara, tetapi di sampingnya ada seorang pemuda yang bukan Bobby.

Greyson mendadak memutuskan untuk ikut ke Bali karena merasa rindu Indonesia. Setidaknya itulah alasan yang disebutkannya. Ia akan menghabiskan akhir pekan disini dan kembali di hari Minggu sore.

"Nanti aja," bisik Natasha balik dengan kekehan. "Grey, ini pacar gua yang gua sebutin waktu itu. Namanya Alan. Dan Alan, ini Greyson yang semalam aku ceritain."

Pemuda yang tampak seperti backpacker itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. "Oh... Jadi ini si Alan?" Greyson kemudian berhenti sejenak, memikirkan sebutan yang diucapkannya itu. "Si Alan, sialan. Eh, duh, kok jadi beda arti." Ia tertawa kecil, menganggapnya lucu.

Sontak hal itu membuat si pemilik nama cemberut.

"Heh. Gua tendang balik negara lu ya sekarang. Enak aja lu main-mainin nama pacar gua." Natasha bertingkah seperti akan menggetok kepala pemuda itu, tapi tentu saja tidak benar-benar dilakukan.

"Ya maap. Ngga maksud gitu," ujar Greyson. "Tapi kan mendingan gue daripada si Bobby itu. Lo ngga tahu kan, Lan, kalau Bobby itu bertingkah seolah pacarnya Natasha waktu di S'pore?" Ia menatap Alan dengan gerakan kepala singkat.

Alan mengernyit. "Maksudnya?"

Natasha mendesis kesal. "Eh, ngga usah ngeghibah napa? Baru juga nyampe di Bali," keluhnya. "Ngga usah dengerin, Lan. Nanti aku yang ceritain aja. Kalau dari dia, bisa-bisa banyak karangannya."

"Wei, gue bukan orang kaya gitu kali. Gue jujur di depan," Greyson memprotesnya.

"Sshh. Udah. Kalau lu masih mau bahas itu, udah ngga usah ikut kita berdua," ancam Natasha dengan mata melolot.

Greyson langsung melunak. "Jangan dong. Kan gue ngga kenal siapa-siapa disini," ujar memohon sambil cengegesan.

"Ya udah, diem lu. Ayo pergi sekarang." Natasha menggandeng Alan yang menarik koper untuknya.

Greyson menyamakan langkahnya ke samping Natasha, tidak mau berjalan di belakang pasangan itu.

Ketiganya masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan bandara. Tujuan pertama mereka adalah makan siang. Demi tidak harus menyetir terlalu jauh dan bolak-balik menghabiskan waktu di perjalanan, mereka berhenti di restoran yang dekat dengan hotel dimana Greyson menginap.

Restoran itu tampak agak ramai di hari Sabtu. Mereka mendapatkan meja yang kurang strategis, agak jauh dari kasir maupun toilet. Tetapi beruntung mereka tidak harus duduk dekat jendela dimana sinar matahari terik bisa menyengat menembus kaca.

HP Alan bergetar, menandakan panggilan masuk. Ia melihat nama Tiara tertera disana lalu memberikan benda persegi panjang itu pada Natasha. "Palingan dia mau nanyain tentang kamu. Kamu aja yang jawab sekalian," jawabnya atas pertanyaan sang kekasih meskipun belum sempat diucapkan.

Natasha mengatakan 'ah' tanpa suara lalu menjawab panggilan itu. "Halo, Ra. Iya, setengah jam lalu nyampe. Ini sekarang lagi mau makan siang di Beach Plate. Engga, barusan banget kok. Nyusul aja ngga papa. Oke, take care." Lalu ia menyelesaikan percakapannya.

"Mau nyusul dia?" tebak Alan sembari menerima HP-nya kembali.

"Iya tuh."

"Kangen berat sama kamu tuh anak," Alan berpendapat. Ia sangat kenal dengan cucunya itu. Pasalnya Natasha adalah satu-satunya teman perempuan yang bertahan di sisinya tanpa kepalsuan.

Natasha terkekeh. "Udah pasti."

"Gue udah tahu mau makan apa. Kalian?" Greyson memberitahu. Ia menutup buku menu yang tadi dilihatnya.

Pacarku Op(p)a SahabatkuWhere stories live. Discover now