59 Anugerah Untuk Semua

4 1 2
                                    

Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Asisten rumah tangga pun dipekerjakan secara khusus demi menghindarkan Natasha dari bekerja keras. Alan benar-benar serius ketika ia berjanji untuk menjadikan sang istri bak ratu selama mengandung.

Namun baru tiga minggu berada dalam lingkungan istana buatan suaminya, Natasha sudah merasa sangat bosan. "Ma, Natasha capek nggak boleh ngapa-ngapain," keluhnya pada Astika saat duduk di depan TV, menonton drama Korea bersamanya.

Astika tertawa geli. "Ya maunya kamu gimana? Bilang dong sama Alan," ucapnya enteng.

"Masalahnya Alan tuh ngeyel banget, padahal Natasha udah bilangin."

"Heran ya?"

"Hmm?" Natasha mengerutkan kening.

"Cowo yang tadinya nyebelin dan dingin sama kamu jadi segininya sama kamu." Astika menjelaskan apa maksudnya.

Natasha jadi terkekeh. "Iya sih, Ma. Aneh banget," sahutnya setuju. Kemudian ia menggeliat, membetulkan celananya yang terasa tidak nyaman. "Kok rasanya udah kekecilan ya?"

Jentikan jari Astika tiba-tiba terdengar keras, mengejutkan sang lawan bicara. "Nah! Pakai alasan ini aja. Kamu telepon Alan sana. Bilang, mau jalan-jalan beli baju baru," usulnya.

Ide tersebut sama sekali tidak terdengar buruk bagi Natasha. "Wah, bener juga. Mama emang paling jago," katanya dengan kekehan. "Oke, oke. Natasha telepon Alan dulu deh."

Perawat muda yang dipekerjakan oleh Alan dengan sigap menyahut, "Saya ambilkan HP-nya, Bu. Ditaruh dimana?"

"Udah, nggak usah, Nisa. Saya ambil sendiri." Natasha menolak.

"Tapi, Bu, nanti saya dipecat sama Pak Alan. Soalnya beliau bilang supaya ngawasi Bu Natasha supaya nggak kerja keras." Nisa melarangnya untuk berjalan dengan menghadangnya.

Astika hanya tertawa melihat pemandangan itu.

"Ya ampun. Kamu tuh harus bisa bedain dong, Nisa, mana yang kerja keras, mana yang cuman jalan. Saya tuh cuman jalan ke kamar tidur aja. Anak bayi juga jalan kan." Natasha jadi kesal sendiri jadinya. Ketika tersadar, ia pun meminta maaf. "Jangan takut. Pak Alan nurut sama saya. Nggak akan mecat kamu kok."

Pada akhirnya Nisa menurut dan membiarkan majikannya untuk melakukan keinginannya.

~~~

Segala cara Natasha lakukan untuk mendapatkan kelonggaran dari Alan. Jika tidak bisa, ia menyogok Nisa sedikit agar dibiarkan mengerjakan keinginannya. Astika pun tidak menghalangi, selama apa yang dilakukannya bukan sesuatu yang membahayakan.

Ketika memasuki bulan ke delapan, semua hal demi kelancaran kelahiran sudah dipersiapkan. Alan betul-betul menjaga istrinya dengan baik. Natasha tidak bisa memungkiri bahwa masa kehamilannya adalah sebuah hak teristimewa dalam hidupnya.

"Ma, Alan mau nunjukin Mama sesuatu." Alan mendatangi Astika dengan senyuman yang sangat lebar. Ia memberikan sebuah kertas kecil padanya.

Mata Astika berbinar melihat foto janin di kandungan Natasha. "Ya ampun, lucunya. Perempuan kan ini? Cantiknya udah kelihatan kaya Natasha," pujinya bahagia.

Duduk di sofa seberang, Natasha tertawa puas. "Nah, denger kan, babe? Cantiknya kaya aku. Mama aja tahu," candanya menyambung mertuanya.

"Tapi yah, kata orang, anak cewek itu selalu mirip papanya loh." Alan membalas candaan itu, tidak mau kalah.

Astika meninggalkan Alan dan beranjak ke sisi menantunya.

"Yah, ninggalin Alan gitu aja si Mama ini?" Alan menggeleng heran tapi geli. Tetapi ia suka memperhatikan interaksi Astika dan istri terkasihnya.

Pacarku Op(p)a SahabatkuWhere stories live. Discover now