02 Tiba-tiba Rival

14 4 2
                                    

Kantin dipenuhi dengan mahasiswa dari berbagai tingkat. Di sini jelas terlihat klasifikasi kelas sosial tiap orang, mulai dari yang berduit—para influencers, sampai yang sederhana—para penerima beasiswa. Natasha termasuk dalam kelas terendah dan Tiara dalam kelas tertinggi, tetapi mereka mematahkan aturan tak tertulis menahun itu dan justru menjadi trendsetter di universitas negeri ternama Indonesia ini.

Tidak ada yang tidak mengenal Natasha maupun Tiara. Keduanya memiliki pengaruh yang kuat meskipun masih tergolong mahasiswa baru. Karena itu mereka disebut Duo SS, Sun and Star. Namun seperti pada kenyataannya, semua orang lebih suka melihat bintang daripada matahari. Bintang adalah Tiara, sementara matahari adalah Natasha. Jika dibandingkan lebih jauh, Tiara adalah seorang putri dan Natasha adalah pengawalnya. Semua orang memprediksi bahwa keduanya akan berjaya di kalangan mahasiswa sampai mereka lulus.

Hanya saja, kembalinya Alan dari masa magang ke kampus mengacaukan dunia Natasha. Pemuda yang sudah sedari dulu menjadi idola bagi para mahasiswi itu kini mendominasi perhatian. Kantin yang damai menjadi ramai, seperti sedang kedatangan idola K-Pop.

"Ya ampun, Ra, Ra. Seandainya gua tahu dari awal kalau ada makhluk astral kaya dia, gua ngga bakalan kuliah disini." Natasha menggeleng-geleng, lalu memijat dahinya. "Kita udah susah-susah bikin kedamaian disini, mempersatukan kelas atas sama bawah, eh dia bikin rusuh."

Tiara menyengir geli. "Ya kamunya ngga nanya, gimana aku bisa beritahu?" ujarnya tanpa merasa bersalah.

Natasha memasukkan potongan kecil bakso ke dalam mulutnya. Sambil mengunyah ia berkata, "Kalau aja kejadian kemarin ngga ada, gua masih bisa tolerir situasi ini. Tapi kesan pertama yang dia kasih ke gua beneran ngga bisa hilang. Udah label jelek lah."

"Alan orangnya baik kok," ucap Tiara mencoba menetralkan perasaan sahabatnya. Ia menambahkan saus ke mangkoknya saat merasa kuah baksonya kurang pedas.

"Ngga perlu berusaha. Dia udah masuk ke blacklist gua." Natasha menolak mendengar bujukan Tiara untuk memahami pemuda itu. "Betewe, jangan kebanyakan makan pedes, napa? Tahu punya maag juga. Udah ah. Siniin sausnya." Ia merebut botol saus itu dari tangan Tiara.

"Ini engga sepedes itu kok, Nat. Tenang aja. Aku ngerti batasanku."

"Batasan apaan? Ini tuh pasti pedes banget." Natasha mencicipi kuah bakso milik Tiara dan menjulurkan lidahnya. "Nah kan, pedes banget! Udah, lu makan punya gua aja." Ia menukar mangkok miliknya dengan milik Tiara.

"Aaaah," Tiara mengeluh tidak suka.

Di tengah momen yang tampak seperti ibu dan anak itu, suara bising semakin mendekat hingga mereka tak bisa bicara. Tiba-tiba Alan duduk di meja mereka, berhadapan dengan kedua gadis populer itu. Seluruh mata di kantin pun tertuju pada mereka.

Mata garang Natasha menatap kesal mendapati kehadiran rival barunya. "Nga-pa-in lu di-si-ni?" Ia mengucapkan pertanyaan itu dengan penekanan per suku kata.

Tampak santai dan tak terpengaruh oleh intimidasi, Alan tersenyum dan menjawab, "Mau cek adek kesayanganku lah. Ya kali mau ketemu kamu," katanya sinis.

Natasha mendengus tak percaya. "Yee, dia bilang Tiara adeknya. Cucu kali! Lu bukan oppa, double 'p', tapi haraboji alias kakek-kakek!" ucapnya dengan lantang, sengaja membiarkan semua orang mendengar.

Alan merasa geram, tetapi ia pantang menyerah begitu saja. Ia tetap memasang senyuman tenang lalu membalas, "Hah. Emang ya, preman itu ngga bisa jaga mulut. Elegan dikit lah. Masa cewe suaranya sekeras toa?"

Orang-orang yang ada di sekeliling mereka dan mendengar sarkasme itu pun terkikik. Tetapi mereka langsung terdiam dengan sekejap saat Natasha melemparkan pandangan tajam.

Pacarku Op(p)a SahabatkuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon