Sepuluh

1.3K 65 7
                                    

Teddy memasuki rumah dinas Pak Prabowo dengan muka muram. Kejadian di rumah Alexa tidak ada dalam bayangannya.

Dia mengakui kesalahannya, tapi Alexa belum mendengarkan penjelasannya.

"Kok paperbagnya dibawa lagi Bang? Loe ngak jadi ke rumah Alexa?" Ucap Agung yang baru saja mengambil minuman dingin dari dapur.

"Jadi, tapi ngak jadi ngembaliin." Jawab Teddy singkat.

"Maksudnya dia nyuruh loe pake pakaian ini?" Mendengar pertanyaan Agung, Teddy segera menjitak kepalanya.

"Eh ngak gitu juga! Dia masih marah sama gue karena gue ninggalin dia di lapangan di Manado kemarin."

Uhuk... uhuk...
Agung yang sedang minum, tersedak mendengar jawaban Teddy.

"Bang, loe serius ngelakuin itu?" Tanyanya tak percaya

"Ya mau gimana lagi, pas gue lagi joging berdua si Rezky nelpon gue katanya ada urusan mendadak disini, jadi gue langsung balik dari lapangan dan ninggalin dia."

"Gue setuju sih sama Alexa, loe emang pantas di marahin." Kata Deril sambil menepuk bahu Teddy dari belakang.

"Tapi kan ini tugas gue sebagai ajudannya Bapak. Gue ngak bisa pentingin yang lain daripada Bapak."

"Tapi handphonennya juga terbawa di loe kan?" Tanya Deril dan di jawab sebuah anggukan oleh Teddy.

"Nah disini masalah utamanya. Dia itu wanita, dan loe ninggalin dia di tempat yang dia ngak tahu tanpa alat komunikasi sama sekali. Loe kira sekarang masih bisa berkabar pake merpati? Ngak kan. Untung aja si Alexa ngak kenapa-kenapa dan masih bisa balik ke Jakarta. Loe ngak bisa mikirin dia kalau diapa-apain orang?" Ucap Deril panjang lebar, sepertinya dia sudah pro akan hal ini.

"Denger tuh bang kata si pujangga. Emang sih tugas menjaga Bapak harus loe pentingin, tapi tugas menjaga wanita juga penting buat TNI kan? Coba Bapak tahu apa yang loe lakuin ke Alexa. Dia pasti negur loe." Agung ikut menimpali.

"Gue udah coba minta maaf, tapi dia ngak maafin dan ngak mau denger penjelasan gue."

"Loe udah coba jelasin lewat chat dulu? Kan bisa aja dia baca, meskipun dia ngak mau bicara sama loe." Usul Deril.

"Handphonenya masih ada disini." Kata Teddy lalu mengeluarkan sebuah handphone yang menggunakan cash bunga ungu dari kantongnya.

"Aduh bang, kok handphonenya juga loe ngak balikin sih. Gila emang loe." Agung menepuk jidatnya melihat kelakuan sang mayor.

"Ya tadi dia ngak mau ngambil Gung, jadi gue bawa pulang. Mamanya juga bilang kalau gue harus balikin sendiri, ngak boleh dititip biar masalah gue sama Alexa ngak makin runyam."

"Betul juga sih kata mamanya, kalau loe nitipin, si Alexa makin ngak mau berurusan sama loe, dan masalah loe bakalan makin panjang." Deril menyetujui respon dari Sinta, mama Alexa.

"Yaudah bang, loe sekarang istirahat aja dulu. Besok kita bakalan sibuk banget." Lanjut Deril yang kembali di jawab anggukan dari Teddy.

_____________________

"What Mam? Serius handphone aku ngak di kembaliin sama Pak Teddy?" Kaget Alexa saat mamanya mengatakan bahwa handphonenya dibawa kembali oleh Teddy karena dia menolak untuk mengambilnya.

"Bukan salah Mam kan? Tadi katanya adek ngak mau ngambil kan?" Bela Santi.

"Ya kan dia maksa mau di maafin, ya adek ngak maulah. Semudah itu minta maaf?" Sewot Alexa yang masih tidak ingin memaafkan mayor tampan itu.

"Dek, kamu belum denger alasan diakan? Dan adek juga tahu dia seorang ajudan dan TNI. Dia ngak bisa selalu ada untuk adek."

"Mau gimana pun alasannya tetep aja dia udah merendahkan harga diri adek. Adek ngak mau urus dia kerjaannya apa dan bagaimana, itu urusan dia. Intinya dia yang ngajak harusnya dia yang tanggung jawab, bukan malah ninggalin kayak sampah." Alexa masih kukuh dengan pendiriannya.

TraumaWhere stories live. Discover now