Tiga Puluh Tiga

813 50 2
                                    

"Kamu ngak suka sama coklat yang mas bawain tadi pagi?" Tanya Teddy sambil membawa makanan yang dipesankan oleh Alexa.

"Belum coba sih mas."

"Kenapa?" Tanya Teddy lagi yang sekarang sudah duduk di kursi samping ranjang Alexa.

"Karena mas ngak balas-balas pesan aku, kan aku ngak tahu itu coklat dari siapa. Ntar aku makan terus ada racunnya gimana? Aku belum buat surat ahli waris loh."

Teddy tertawa pelan mendengarkan jawaban Alexa.

"Emangnya ada yang bakalan bawain kamu coklat selain mas?"

"Banyak dong."

"Siapa?" Mata elang Teddy menatap teduh kepada Alexa.

Alexa segera menutup mata Teddy dengan telapak tangannya.

"Mas jangan natap aku kayak gitu dong. Takut tahu!"

"Kamu takut liat mas?"

"Bukan, aku takut ngak bisa lepas dari mas kalau udah ditatap kayak gini." Mendengar perkataan Alexa, lagi lagi membuat Teddy tersenyum salah tingkah dan segera melepaskan tangan Alexa menggenggamnya.

"Mas memang tidak akan melepaskan kamu sampai kapanpun."

"Udah mas udah. Nanti aku serangan jantung di bom sama gombalan 'halo dek'."

"Kalau kamu bukan 'halo dek', tapi 'halo mas'."

"Udah, ya mah. Mana sendoknya biar aku suapin. Lama amat makannya." Ucap Alexa meminta sendok yang sejak tadi Teddy genggam tapi tidak dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Biar mas saja. Kamu kan sakit."

"Udah ngak sakit nih." Ucap Alexa langsunh melepaskan infusnya yang membuat Teddy tersentak kaget dan segera berdiri.

"Kenapa di cabut Alexa!" Pekik Teddy segera memegang tangan Alexa yang tadinya di infus.

Alexa tertawa terbahak melihat reaksi Teddy karena kelakuannya itu.

"Kenapa ketawa? Ini tidak lucu yah Alexa! Bagaimana kalau kamu kenapa-kenapa?!" Ucap Teddy marah membuat Alexa menghentikan tawanya dan menunduk menahan air matanya.

"Maaf mas." Ucapnya bergetar.

"Kenapa infusnya di cabut?!" Teddy masih dengan nada amarahnya.

"Aku cuma mau bercandain mas. Tadi infusnya udah dilepas sama suster tapi aku minta di tempelin aja, biar pranknya berhasil." Ucap Alexa masih tertuntuk tetapi sudah sedikit terisak.

"Kamu menangis?" Tanya Teddy yang mulai menurunkan nada bicaranya.

Bukannya membalas pertanyaan Teddy, Alexa semakin terisak lebih nyaring dari sebelumnya.

"Kenapa nangis?" Ucap Teddy meletakkan makanan yang dia pegang di atas nakas rumah sakit dan segera mendekati Alexa.

"Mas marahin aku. Hiks hiks hiks."

"Mas ngak marah kok."

"Tadi barusan mas marah, padahalkan aku cuma bercanda. Tapi mas langsung marah."

"Mas tidak marah, Alexa." Ucap Teddy menenangkan Alexa lalu memeluknya sambil mengelus belakang Alexa.

"Mas cuma tidak mau kamu ada apa-apa. Mas ngak mau lihat kamu lagi kayak waktu itu, Alexa. Mas merasa bersalah banyak sama kamu. Maaf yah." Lanjut Teddy.

Alexa masih terdiam tidak menanggapi perkataan Teddy.

"Mau maafin mas ngak nih?" Bisik Teddy saat tangisan Alexa sudah meredah.

TraumaWhere stories live. Discover now