Empat Puluh Tujuh

789 89 14
                                    

"Ma, adek udah mau pergi loh. Masak mama ngak mau peluk adek dulu?" Rengek Teddy pada Patris.

Minggu terakhir sebelum Teddy berangkat dia sisihkan untuk pergi ke Solo menemui kedua orang tuanya.

Meskipun sudah hampir sebulan komunikasinya dengan Patris tidak terlalu intens, bukan berarti membuat dia harus pergi tanpa restu orang tuanya bukan?

"Ma, ngak kasihan liat adek?" Tanya Giyono, membantu putranya itu.

"Hmm." Akhirnya Patris memeluk Teddy dengan muka datar.

"Senyum dong Ma, seminggu lagi adek ngak bakalan bisa dipeluk sampai setahun ke depan loh Ma. Ntar kalau kangen nyesel ngak bisa peluk adek, ya kan Pa?"

"Iya iya." Sekali lagi Giyono membantu Teddy.

Patris tersenyum lalu mengeratkan pelukannya.

"Dek, nanti pas pendidikan baik-baik yah. Ingat jaga kesehatan dan pola makannya. Fokus pendidikan dulu, ngak usah urus yang lain. Tapi kalau masih sempet cari kabar soal Alexa, lebih baik lagi, dek. Sudah 4 bulan dia tidak ada kabar apapun, mama juga sudah tanya sama Mamanya Alexa, mereka juga belum dapat kabar apapun."

"Mama masih bisa berhubungan sama keluarganya Alexa?" Tanya Teddy yang kaget karena hubungan orang tua mereka yang masih baik.

"Yang nyakitin Alexa itu kamu, Dek. Bukan Mama. Jadi dengan alasan apa keluarganya Alexa ngak suka sama Mama? Karena mama, mama kamu? Mama aja ada di pihak Alexa bukan kamu." Penjelasan Patris membuat Teddy terdiam.

"Udah udah, kita makan malam dulu. Nanti baru bahas masalah ini." Ucap Giyono memecah keheningan itu.

______________________

Layla menggendong bayi cantik yang baru dilahirkan beberapa jam yang lalu ini.

"Cantik banget Tar! Tapi kayak ngak mirip loe sama Rio yah?" Ucap Layla pada Mentari yang saat ini masih dengan posisi tidur.

"Lebih mirip muka Alexa ngak sih Mbak?" Tanya Mentari.

"Hmm, iya. Mirip Alexa. Hidungnya mancung, persis kayak COO gila kerja kita." Ucap Layla tersenyum tetapi terlihat raut sedih.

"Mbak, gue kangen banget sama Alexa. Dia harusnya baik-baik aja kan? Bisa-bisanya dia pergi ngak bilang-bilang. Dia juga udah janji nemenin gue lahiran, nyatanya dia pergi sebelum gue lahiran." Mentari mulai menitikkan air mata karena Alexa.

"Udah udah, kita doain yang terbaik buat Alexa. Dia pasti aman dimana pun dia sekarang kok. Loe ngak boleh cengeng di depan anak loe! Ntar dia ngerasa loe nyesel lagi lahirin dia, ngak baik. Kalau Alexa ada disini dia bakal bilang "Tar, kalau loe nangis anak loe gue ambil nih" hahahaha." Ucap Layla menirukan gaya bicara Alexa.

"Hahaha, ada-ada aja loe mbak."

______________________

"Loe Mila?" Tanya Febi saat seorang wanita membuka pintu rumah Teddy.

"Iya, anda siapa? Temennya Mas Teddy?" Jawab Mila.

"Hahaha, brengsek emang si Teddy! Mana Teddy? Gue mau bicara sama dia."

"Maaf mbak, Mas Teddy lagi ke Solo. Kalau ada keperluan bisa bicara sama saya, nanti saya sampaikan saat dia kembali."

"Apa hak loe tahu pembicaraan gue sama Teddy?! Suruh dia temuin gue sama Axel setelah dia balik! Kalau sampai loe ngak nyampein ke dia! Loe yang kenapa-kenapa!" Ancam Febi lalu segera meninggalkan teras rumah itu.

"Siapa wanita gila itu? Berani-beraninya ngancam gue." Ucap Mila sebelum masuk kembali ke rumah.

______________________

"Kak, pas aku pergi. Kakak bisa bantuin aku?" Tanya Teddy pada Tika saat mereka berdua berada di pinggiran kolam ikan milik Teddy yang berada di rumah orang tua mereka.

"Bantuin apa dek?"

"Bantuin cari info soal Alexa kak. Aku ngak tahu mau minta bantuan siapa lagi sekarang."

"Dek, kakak sebetulnya masih bingung sama kamu. Kamu masih cari info tentang Alexa, tapi kamu sampai sekarang masih berhubungan dengan Mila, bahkan izinin dia tinggal di rumah kamu, ya meskipun kamu tinggal di apartemen kakak sekarang. Sebetulnya mau kamu gimana?"

"Kak, aku sama Mila ngak ada apa-apa, dan ngak akan pernah ada apa-apa. Aku bantuin dia real karena dia adiknya Syaril, ngak ada alasan lain. Di Jakarta dia ngak punya siapapun, dan sekarang dia lagi terapi buat kankernya, masa iya aku ngak bantuin. Sedangkan Alexa, kakak tahu kan gimana aku dapetin dia? Ngak mungkin aku sia-siain. Masalah ini ada karena kami kurang komunikasi."

"Tapi kakak rasa kamu emang udah keterlaluan sama Alexa. Kamu tahu perjuangan kamu dapetin dia, tapi setelah dapat, kamu malah ngebiarin dia, dan kamu buat dia kayak bersaing sama Mila dalam hidup kamu. Alexa itu wanita indepedent, dek. Dia ngak bakalan bertahan sama hal yang buat dia membuang waktunya."

"Aku juga merasa bersalah banget kak. Tapi aku udah ngak tahu harus lakuin apa sekarang."

"Selesaiin masalahmu sama Mila sebelum kamu berangkat kalau kamu mau kakak bantuin kamu. Percuma aja buat Alexa kembali kalau kamu ngak ada perubahan, kakak juga ngak mau dia sakit lagi."

"Hmm."

______________________

Teddy memarkirkan mobilnya di parkiran rumahnya, lalu segera turun dan berjalan ke arah pintu utama.

"Cewek sialan ini emang ngak bisa move on yah, hahaha. Pake acara balikin cincin dan ngasih masakan buatannya lagi. Hahaha. Alexa Alexa, usaha gue buat dapetin Mas Teddy lagi ngak mungkin kalah sama usaha loe ini. Gue udah bayar banyak dokter buat bilang ke Mas Teddy gue sakit kanker, gue harus dapetin dia." Perkataan Mila di dalam rumah sangat terdengar jelas di telinga lelaki ini.

Wajah Teddy sudah sangat merah menahan amarahnya mendengar perkataan Mila barusan.

Teddy mendobrak keras pintu rumah itu, dan benar saja, sedang ada Mila dengan sebuah paper bag di tangannya dan sebuah cincin yang dia pegang.

Teddy segera merampas kasar cincin dan paper bag itu.

"Benahi semua barang kamu, dan keluar dari rumah saya!" Tegas Teddy pada Mila.

Mila yang masih kaget dengan kedatangan Teddy, mengambil ancang-ancang untuk memainkan actingnya.

"Tapi mas kan..."

"Kamu mau bilang saya dan Axel yang mau bantuin kamu setelah Syaril pergi kan? Saya rasa, saya sudah membantu kamu selama ini. Sekarang saya sudah tidak bisa membantu orang yang sudah menyakiti orang yang saya cintai!"

Mila hanya terdiam tertunduk mendengar perkataan Teddy yang marah besar ini.

"Kamu tidak mendengar apa yang saya katakan? Beresin semua barang kamu, dan pergi!"

______________________

Teddy mengendarai mobilnya mencari jejak Alexa. Dia yakin Alexa masih belum jauh dari rumahnya.

Makanan yang dia bawah pun masih hangat.

"Sayang, tolong tungguin Mas." Ucap Teddy penuh harap.

Setelah hampir 2 jam dia mencari Alexa, hasilnya tetap nihil. Dia tidak menemukan apapun yang bisa menjadi jejak wanitanya itu.

"Maafin Mas, tolong kembali." Ucap Teddy mencium cincin pemberiannya pada Alexa.

■■■■■■■■■■■■■■

Kalau kalian jadi Alexa maunya pulang kapan nih gess???

Maaf yah baru update lagi hehe

Tolong di vote dan komentnya yaa gess

Selamat membaca

See youu🥰

TraumaWhere stories live. Discover now