Tujuh Belas

1.1K 72 5
                                    

Sejak dari rumah Alexa hingga kini mereka sudah di parkiran mall, tidak ada pembicaraan sama sekali yang terjadi antara mereka.

Alexa sibuk memikirkan pertemuannya dengan Riki dan Indah kemarin, dan pertanyaan Teddy sewaktu mereka masih di rumah yang hingga kini belum dia jawab.

Sementara Teddy yang fokus mengendarai mobilnya dan mencuri pandang pada Alexa, hanya bisa terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa.

"Alexa, kita sudah tiba." Akhirnya Teddy memulai pembicaraan.

Alexa dan Teddy tetap melanjutkan rencana mereka ke mall hari ini. Selain ingin refreshing, Alexa juga akan mencarikan kado untuk anak Mentari yang besok akan ulang tahun.

"Oh iya Pak. Yaudah yuk turun." Ajak Alexa tanpa menatap Teddy.

Mereka lalu mulai berjalan ke sebuah stand mainan anak-anak terlengkap di mall itu.

Tetap tidak ada pembicaraan dari mereka berdua hingga Alexa membayar belanjaannya.

"Biar saya yang bawa." Ucap Teddy yang dengan sigap membawa kotak berisi hadiah itu, Alexa hanya tersenyum singkat membalasnya.

"Pak, saya mau makan di tempat yang lebih privat. Boleh?" Akhirnya Alexa mulai pembicaraan.

Dia bukan tipe orang yang suka menunda menyelesaikan masalah, dan sepertinya dia memang harus membicarakan hal ini dengan Teddy segera.

"Boleh. Kamu mau makan dimana?"

"Kenjiro saja Pak." Jawab Alexa.

Lalu mereka berdua segera kembali meninggalkan mall itu dan pergi ke tempat yang Alexa maksud.

______________________

Sudah sekian menit pesanan mereka diantarkan oleh pelayanan, tapi tidak ada yang menyentuh makanan itu.

Mereka masih terdiam seperti tadi.

Alexa menarik napas panjang lalu menghebuskannya pelan.

"Pak."

"Iya Alexa?" Jawab Teddy lembut.

"Pak, boleh ngak jawabnya jangan lembut-lembut gitu? Bicaranya kayak pas Bapak dinas aja, saya liat Bapak garang kok kalau lagi dinas." Ucap Alexa out of the topic.

"Kalau sama kamu, saya harus lembut.".

"Kok gitu?"

"Ya kan tadi pagi saya udah bilang, saya izin mau ..." Ucapan Teddy terpotong karena Alexa segera membungkam mulutnya.

"Pak, jangan dibahas lagi yah. Saya masih geli soalnya." Ucap Alexa yang perlahan menurunkan tangannya dari mulut Teddy.

"Saya kira kamu mau makan disini karena ingin membahas hal itu." Ucap Teddy terkekeh pelan.

"Hmm, iya Bapak bener." Ucap Alexa yang kembali menarik napas panjangnya sebelum melanjutkan ucapannya.

"Pak, saya sebenarnya ngak tahu mau jawab Bapak gimana, takutnya saya langsung jawab "ngak boleh" tapi Tuhan bolehin kan kesannya saya jadi lawan Tuhan yah. Tapi saya juga ngak bisa langsung jawab "iya" karena ada banyak pertimbangan yang saya pikirkan. Selama saya hidup, saya tidak pernah menjalin hubungan lebih dari teman dengan siapapun, dan alasannya karena..." Alexa menghentikan penjelasannya karena memori bersama Rian malam itu kembali ke ingatannya.

Air mata Alexa perlahan jatuh dan membuat Teddy terkaget, dia segera berdiri untuk duduk di sisi Alexa.

"Kalau masih ngak bisa cerita tidak apa-apa Alexa, saya tidak mau kamu harus mengingat memori yang ingin kamu lupakan." Teddy menenangkan Alexa sambil menepuk pelan punggungnya.

TraumaWhere stories live. Discover now