Tiga Puluh Tujuh

967 98 17
                                    

Pukkk

Alexa memeluk Teddy.

"Maaf ya Mas sudah buat kamu ingat masa lalu kamu." Ucap Alexa.

"Kamu ngak salah Alexa. Mas yang salah, mas serius sama kamu harusnya dari awal udah mas bahas hal ini." Ucap Teddy.

"Aku juga punya trauma mas, jadi aku tahu kamu pasti juga butuh waktu untuk bahas ini ke aku."

"Kamu tahu?" Tanya Teddy sambil melepas pelukannya agar dapat menatap wajah Alexa.

Alexa mengangguk mengiyakan.

"Kok bisa?" Tanya Teddy lagi.

"Aku udah bilang kan, aku ngak mau cuma diusahain, aku juga harus ngusahain Mas. Mungkin belum semuanya aku ketahui tentang Mas, contohnya tentang Jesica. Tapi tentang Mbak Wita aku sudah tahu Mas, bahkan ternyata aku sudah ketemu sama dia waktu kita di Papua."

"Kamu udah ketemu Wita? Kok ngak bilang sama Mas?"

"Aku tunggu mas bilang sendiri sama aku. Aku memang sudah tahu, tapi aku mau mas bilang sendiri sama aku, itu jadi salah satu bukti Mas untuk aku."

"Jadi kamu ngak marah sama Mas?"

"Tentang Mas pernah bercerai aku ngak marah. Tapi soal Mas sama Jesica, aku marah tapi sadar diri, akukan bukan siapa-siapanya Mas."

"Alexa mau jadi pacar sekaligus calon istrinya Mas?" Tanya Teddy yang membuat Alexa membulatkan mata.

"Mak..." Perkataan Alexa dipotong oleh pertanyaan Teddy.

"Terima tidak?"

"Mas ini kayak minta beli cilok aja."

"Alexa mau terima Mas tidak?" Teddy masih terfokus dengan pertanyaannya.

Alexa menarik napas panjangnya.

"Dibilang mau sih...." Lagi-lagi perkataan Alexa terputus karena Teddy.

"Terima kasih sayang!" Ucap Teddy lalu memeluk Alexa kembali.

"He! Belum Mas. Ucapan aku belum selesai nih!" Pekik Alexa yang dipeluk tiba-tiba.

"Tadi udah di bilang 'mau' kan?"

"Tapi kan masih ada lanjutannya. 'Di bilang mau sih, tapi bilangnya mau dijadiin calon istri tapi ngak pake apa-apa', mau bilang itu aku Mas!" Jelas Alexa.

"Mau ketemu keluarga besar aku kan? Setelah balik dari dinas luar negeri, mas ajak kamu ke acara keluarga Mas yah? Boleh?"

"Mas inget pas aku bilang itu?" Tanya Alexa yang tidak percaya jika Teddy mengingat gumanannya saat mereka membahas tentang hubungan mereka tempo hari.

"Hmm, semua yang kamu ucapin mas inget. Jadi gimana bisa ngak?"

"Aku harus nyiapin apa Mas?"

"Ngak harus nyiapin apa-apa, kamu sudah sempurna."

"Itu sih di mata mas, di mata keluarga mas lain lagi."

"Tetap saja, pilihan mas itu sempurna dan keluarga mas juga pasti bilangnya gitu."

"Yaudah deh, ntar aku tanya tante Patris aja. Nanya ke mas ngak ada hasilnya." Gerutu Alexa membuat Teddy tersenyum.

"Mas, ini pelukannya ngak dilepas-lepas? Pengap nih." Protes Alexa.

"Pengap soalnya yang meluk cuma mas, kamu ngak balas pelukan mas kan?"

"Alasan banget! Eh iya, aku mau minta pertanggungjawabannya!" Teddy melepaskan pelukannya.

"Ha? Mas cuma meluk kok, emangnya bisa buat kamu hamil?" Alexa langsung mencubit lengan Teddy mendengar pertanyaan itu.

"Bukan itu maksud aku!"

TraumaWhere stories live. Discover now