Lima Puluh Lima

812 90 5
                                    

"Mas udah dong ngambeknya. Tadi Karel cuma bercanda loh, ngak usah serius." Ucap Alexa sambil mengusap lengan Teddy.

Setelah pembicaraan mereka dengan Karel, Teddy hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepata kata pun hingga perjalanan mereka menuju rumah sakit.

"Kalau Mas diam kayak gini yaudah turunin aku sama Riko disini." Ancam Alexa karena sudah lelah membujuk Teddy.

Teddy segera meminggirkan mobilnya, membuat Alexa terkejut karena tidak menyangka Teddy lebih memilih menurunkannya dari mobil.

"Oke." Ucap Alexa lalu segera mengambil ancang-ancang ingin membuka pintu mobil tapi sayangnya pintu itu sudah dikunci oleh Teddy.

"Siapa yang nyuruh kamu keluar sayang?" Tanya Teddy dengan kening berkerut.

"Ini kamu minggirin mobil maksudnya apa?"

Teddy tersenyum lalu mengeluarkan kalung Dog Tag dari balik seragam yang digunakannya.

"Mas mau ngembaliin cincin ini, setelah mas pikir pikir Karel jadi suka sama kamu mungkin karena kamu dikira masih belum ada yang punya kali yah? Jadi mas kembaliin cincinnya biar ngak ada yang berani deketin kamu lagi." Jelas Teddy yang mulai memasangkan cincin pada jari manis tangan kiri Alexa.

"Mas masih nyimpen cincinnya? Aku kira udah di buang."

"Ngak mungkin mas buang, mas yakin cincin ini bakalan kembali sama kamu. See? Mas bener kan."

Tak bisa di pungkiri muka Alexa sangat terharu karena dia sudah banyak menyia-nyiakan Teddy, tapi Teddy tetap mencintainya.

"Mas, ngak mau lamar aku aja sekalian? Ngak bisa aku mas diginiin terus." Canda Alexa.

"Kan udah Mas ajak urus pengajuan, masih perlu lamaran emang?" Tanya Teddy polos.

Alexa menatap Teddy tajam.

"Baru juga terharu karena mas masih nyimpen cincinnya, sekarang di patahin lagi. Hmm." Ucap Alexa lalu membuang muka ke arah lain.

Teddy hanya tersenyum lalu kembali menjalankan mobilnya, sementara Riko sudah terlelap di jok belakang karena kecapean.

______________________

"Mbak Linda!" Pekik Alexa sambil memeluk pelan wanita yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.

"He loe! Kemana aja selama ini? Gue sakit baru loe muncul." Protes Layla dengan nada pelan karena tubuhnya masih belum 100% sembuh.

"Mbak, kalau lagi sakit marahnya di tahan dulu. Loe ngak tahu seminggu ini gue sampai puasa skincare demi loe." Balas Alexa sambil tersenyum, bercanda dengan Layla sudah lama dia rindukan.

"Hahaha. Bisa aja loe. Eh btw tengkiu yah, kata Axel, Riko selama gue sakit bareng loe terus. Tengkiu loh, tapi gue ngak mau loe ambil dia. Buat sendiri aja."

"Hmmmm."

"Eh tapi loe buatnya bareng siapa? Kan udah ngak bareng mayor lagi."

"Bunda!" Suara Riko membuat pertanyaan Layla menggantung. Riko yang digendong oleh Teddy memasuki kamar rawat inap itu.

"Sayang!" Pekik Layla ingin segera mengubah posisi menjadi duduk tetapi segera ditahan oleh Alexa.

"Jangan duduk dulu, masih belum bisa." Kata Alexa yang dijawab anggukan oleh Layla.

Alexa membantu Riko naik keranjang rumah sakit agar dia dapat memeluk Layla.

"Bunda kangen kamu, sayang!"

"Riko juga Bunda. Bunda lama banget tidurnya."

"Maafin bunda yah. Kamu jadi luka karena bunda."

"Ngak bunda, ini ngak sakit kok. Kan aku kuat, kayak Papi. Yakan Papi?" Tanya Riko menatap Teddy yang berdiri di sisi Alexa.

"Iya dong! Tenang aja Mbak, Riko lelaki kuat kok, ngak pernah nangis selama dirawat di rumah sakit." Ucap Teddy memuji Riko.

"Hmm, ini loe muji Riko atau mau cari muka sama dia biar bisa bantuin loe deket sama maminya?" Tanya Layla bercanda.

"Sekali dayung, dua pulau terlampaui Mbak. Hehehe."

"Kaum halo dek emang." Ejek Layla.

______________________

Setelah kembali dari rumah sakit, mereka akhirnya kembali ke rumah orang tua Alexa dengan Riko yang sudah tertidur pulang dalam gendongan Teddy.

Orang tua Alexa ingin malam ini Riko tinggal bersama mereka karena beberapa hari ini mereka berdua mempunyai waktu kosong untuk menemani Riko bermain.

"Adek ngak mau nginep juga?" Tanya Sinta setelah menyelimuti Riko.

"Ngak Mam, besok adek masih ada meeting gantiin Pap, dan berkasnya masih ada di apart. Pulang meeting baru adek kesini yah Mam."

"Hmm, resign buat kerja lebih sibuk kamu nih."

"Ini kerjaan bukan Alexa yang ngelamar, tapi Alexa yang dilamar. Jadi harus diseriusin, gimana Pap?" Canda Alexa.

"Nah bener tuh. Jadi gimana Ted? Mau ngelamar biar di seriusin juga ngak nih?" Ucap Rama pada Teddy yang sejak tadi hanya terdiam.

"Mau dong om, tunggu Axel kasih restu dulu tapi."

"Alasan tuh Pap. Pas awal-awal bilangnya mau ngelamar, ini udah hampir 2 tahun. Masih ngak ada tuh." Sindir Alexa.

"Pacarnya di belain dong." Ucap Sinta membantu Teddy.

"Hahahaha." Tawa mereka.

______________________

"Eh kok berhenti di barber sih Mas?" Tanya Alexa saat Teddy memarkirkan mobilnya di salah satu barbershop besar di Jakarta.

"Kan keinginan kamu nemenin aku potong rambut kan? Yuk turun." Ajak Teddy lalu segera turun dari mobil untuk membukakan Alexa pintu.

Alexa yang masih tak menyangka Teddy masih mengingat perkataannya itu hanya bisa tersenyum sekarang.

______________________

Setelah berbincang dengan barberman, akhirnya rambut Teddy mulai dicukur sesuai pembicaraan mereka tadi.

Sedangkan Alexa dengan senyumannya yang sejak tadi tidak berhenti duduk di salah satu kursi memandangi kegiatan itu.

"Tiktok emang ngak pernah salah! Damage hasil nyukur emang bener."
Batin Alexa.

"Kenapa senyam senyum daritadi?" Tanya Teddy yang sudah rapi dengan potongan rambut barunya.

"Damage mas nambah banget." Puji Alexa.

"Iya dong, pacarnya Alexa ini. Ngak kalah sama Karel kan?" Tanya Teddy.

"Sainganmu cuma Pap, Kak Axel dan Riko, Mas. Selain itu, ngak ada apa-apanya." Gombal Alexa.

"Siapa yang ngajarin gombal?"

"Kamulah..."

■■■■■■■■■■■■■■

Rate part ini berapaa guyys hehhe

Selamat membaca yah

Jangan lupa vote n komentnnya ihhh

See youu🥰

TraumaWhere stories live. Discover now