Chapter Three

102 10 7
                                    

Fortuneless

"Hai, teman-teman. Nama gue Rizal Adrian Pratama. Cukup panggil gue Rizal. Gue murid pindahan dari Bandung. So, salam kenal,"

Rizal memamerkan senyum yang biasa ia tunjukkan dengan percaya diri. Seperti yang kerap terjadi, kelas yang berisi dominan anak perempuan berteriak histeris. Pujian dan kekaguman mereka katakan secara terang-terangan. Kecuali gadis yang duduk paling belakang, berusaha untuk menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sya!"

"Bisa gak sih lo gak usah teriak?!"protes Chaesya sembari menundukkan wajahnya karena Rizal sedang menuju ke arahnya.

Kebetulan yang amat sangat menyebalkan, Rizal akan duduk di sebelahnya. Sial.

"Dia! Cowok yang ngomelin gue!"seru Kahla tanpa bisa menyembunyikan rasa paniknya.

"Dia! Cowok yang gue muntahin!"balas Chaesya sengit.

Kahla mencebikkan bibirnya. "Mau ditaruh di dimana muka gue, hah?!"

Chaesya memukul lengan Kahla dengan kesal. "Eh, itu harusnya kalimat gue!"

Kahla tidak peduli dengan jawaban Chaesya, kini ia terlalu malu untuk melihat anak baru yang sudah membuat kesan pertama di matanya hancur.

"Heh, gak nyangka dunia sempit banget. Gue malah sekelas sama lo dan duduk di sebelah lo," 

Entah itu menyindir apa bukan, Chaesya berjanji tidak akan menoleh ke arahnya. Janji seorang wanita harus ditepati!

"Loh, ternyata gue duduk gak jauh dari temen lo juga ya,"

Sial. Chaesya beranggapan, anak baru itu tidak akan diam kecuali ia menyumpal mulutnya dengan sesuatu. Chaesya dengan spontan melirik ke arah Kahla yang duduknya tampak gelisah.

"Jadi, pertemuan kedua kita ini gak berjalan mulus ya. Padahal gue kira, lo bakal melakukan sesuatu atas perbuatan lo kemari-"

"Iya iya iya iya iya! Gue minta maaf! Kemarin itu diluar kendali gue! Puas, hah?!"

Tanpa ia sadari, Chaesya sudah berdiri dan menuding wajah Rizal dengan kesal. Kesabarannya sudah habis karena harus mendengar ocehan Rizal yang tidak ada habisnya. Wajah Rizal tampak speechless. Bagus ia berhasil membungkam mulutnya. Kini gantian Chaesya yang tersenyum jahat.

"Perzsike Chaesya Maharani!"

Mampus.

Dia lupa! Sekarang jam pelajaran masih berlangsung. Jadi, saat dia membentak Rizal berarti...

Chaesya menelan ludah gugup lalu menoleh takut-takut dengan senyuman paksa. "I-iya Bu,"

"Bagus! Berteriak saat pelajaran saya sedang berlangsung. Di mana etikamu?"

Aish, untuk saat ini lebih baik diam daripada menjawab pertanyaan seorang guru yang sedang diamuk amarah. 

"Jawab pertanyaan, Ibu!"

"Iya Bu. Maaf saya bersalah. Tapi, bukan saya saja Bu yang salah, dia ju-,"

"Dibilangin malah ngejawab,"

Lah, nih guru maunya apaan sih?

"Sudah sana keluar kelas dan lari tiga putaran di lapangan!"

Ada perasaan lega juga malu karena diberi hukuman. Lega karena dia tidak harus mendengarkan ocehan Rizal lagi. Malu karena kini ia dipermalukan di depan kelas dan lebih parahnya lagi di depan anak baru tadi. 

Tunggu. Hari ini bukannya jam olahraga kelas Nugraha? Itu berarti saat ia berlari, mau tak mau dia akan bertemu Nugraha juga Vannia!

"Ibu!"

Main RoleWhere stories live. Discover now