Chapter Twenty Three

34 4 0
                                    

Group Task

Chaesya memandangi langit-langit kamarnya dengan pikiran yang bercabang-cabang. Sampai pikirannya menyatu membentuk sebuah pertanyaan yang sedari tadi tidak kunjung mendapat jawaban. Rizal, cowok itu berhasil membuatnya geram sendiri. Padahal hari itu dia menyatakan perasaannya padanya. Namun, hari ini Rizal seolah tidak membuktikan ucapannya. Ia malah bersikap dingin dan memperlakukan Chaesya seperti orang asing.

Kini, pikirannya berpindah pada Kahla. Sejak kapan hubungan mereka sedekat itu? Selama ini Chaesya ketinggalan apa? Kahla juga tidak pernah membahas soal kedekatannya dengan Rizal, seolah memang bukan suatu hal yang penting untuk dibicarakan. TAPI, Chaesya merasa aneh dengan hubungan mereka.

Chaesya membalik tubuhnya menghadap tembok yang penuh dengan poster idolanya. Ia mengacak-ngacak rambutnya gemas. Kenapa pikirannya jadi serumit ini, sih? Ia pun mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Lalu, membuka aplikasi LINE. Ternyata ada satu pesan dari Nugraha yang belum ia baca.

Nugraha : sya udah tidur ya?

Dengan lihai, ia mengetikkan balasan. 

Chaesya : belom kok. kenapa?

Tak harus menunggu lama, notif kembali masuk. Ia pun membukanya.

Nugraha : boleh telpon?

Senyum tipis tersungging di bibirnya. Ia pun langsung menelpon Nugraha. Malam itu ia habiskan bersama Nugraha. Melupakan sesaat tentang Rizal dan Kahla yang telah menganggu waktu tidurnya.

[-]

Tulisan latin yang tertera di papan tulis membuat mata Chaesya terpejam. Pikirannya sudah melayang entah kemana. Namun matanya masih tertuju pada papan tulis dan sesekali tertutup. Sampai guru yang dari tadi berkomat-kamit dengan bahasa neptunus keluar kelas, mengundang sorakan dalam hati. Baru saja kepalanya ingin ia jatuhkan ke meja, namun suara sebuah kursi ditarik membuat aktivitasnya tertunda. Ditolehkan kepalanya ingin protes dengan suara mengilukan itu.

Kenapa gak diangkat aja sih kursinya? pikirnya. 

Matanya membulat saat mendapati sosok yang sejak kemarin berenang dalam pikirannya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Rizal. Rizal tengah memandanginya dengan tatapan datar. Chaesya menelan saliva dengan gugup. Apa yang dilakukan cowok itu sampai menarik kursi di sampingnya?

"Tidur mulu ya kerjaan lo. Kapan pinter?"sindir Rizal tiba-tiba begitu ia duduk di kursi yang ia tarik.

Chaesya menegakkan badannya. Memandangi wajah Rizal penuh selidik. Merasa risih ditatap sedemikian rupa, ia pun memukul kepala Chaesya dengan buku yang ia pegang. Chaesya mengaduh kesakitan sebelum mengelus kepalanya. Matanya semakin melotot hendak keluar. Dapat Rizal rasakan, dirinya terasa senang melihat respon gadis itu. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya. 

"Dasar iblis. Ngapain lo ke meja gue?"tanya Chaesya galak. 

Rizal mendengus mendengar pertanyaan Chaesya. "Lo emang gak dengerin apa-apa ya sepanjang pelajaran?"

Chaesya terdiam memasang wajah berpikir. Lalu menggeleng dengan wajah tanpa dosa. Rizal kembali memukul kepala Chaesya dengan buku, kali ini lebih kencang dari sebelumnya.

"APAAN SIH?! SAKIT WOI!" Seolah tidak bisa mengontrol suaranya, Chaesya berteriak. Mengundang perhatian dari seisi kelas. Dan yang dapat ia lakukan hanya tertawa malu, lalu menundukkan kepalanya. 

Main RoleWhere stories live. Discover now