Chapter Seventeen

40 6 3
                                    

Is Waiting

Chaesya menggerakkan kakinya dengan gelisah. Sesekali ia melirik jam dinding yang berada di atas papan tulis. Ingin sekali merutuki jarum panjang yang bergerak dengan sangat amat lambat. Ditambah pelajaran yang membosankan. Yang sewaktu-waktu dapat membuat dia ambruk di atas meja dan berenang ke alam mimpi. 

"Lo cacingan ya? Dari tadi gak bisa diem," Suara bariton dari arah samping membuat Chaesya menoleh.

Rizal mengangkat satu alisnya seolah berkata 'am-i-right?'

Chaesya memilih untuk tidak menggubrisnya. Begitu ia melihat jam dinding senyum cerah terpancar dari wajahnya. Membuat Rizal yang tengah menatapnya meringis ngeri. 

Dengan gerakan cepat, Chaesya memasukkan semua barang di atas meja dengan asal sehingga tasnya menjadi tidak berbentuk sebagaimana mestinya. 

TET TET TET

Bel berdering nyaring beriringan dengan teriakan Chaesya dari arah pintu. "KAH GUE PULANG DULUAN YA,"

"Dasar gila,"umpat Kahla yang tidak abis pikir dengan sahabatnya. 

Padahal masih ada guru di dalam kelas, dan ia dengan seenak jidat pergi tanpa berpamitan. Dasar gak tau sopan santun! Untung saja guru yang mengajar tipe guru yang santai dan tidak pedulian. Tapi, mungkin untuk kasus Chaesya akan berbeda ceritanya. 

"Dia mau kemana emang?"tanya Rizal tanpa menatap Kahla.

Kahla melirik sosok bertubuh tinggi di sampingnya lalu kembali melanjutkan aktivitas membereskan peralatan tulisnya. 

"Ketemuan,"

"Sama siapa?"

Kahla menyampirkan ranselnya di bahu lalu berjalan melewati Rizal. Rizal mengekorinya karena pertanyaannya belum terjawab.

Tak suka diikuti, Kahla berbalik memandang Rizal tajam. "Gak usah ngikutin gue,"

"Lo belom jawab pertanyaan gue,"

Kahla menghela naPas secara berlebihan. "Dia ketemuan sama siapa bukan urusan lo. Buat apa lo tau,"

"Apa salahnya sih jawab doang?"

Kahla mempererat genggaman tangannya yang berada di tali ransel. Berurusan dengan cowok ini entah kenapa membuatnya kesal. 

"Nugraha,"

Rizal bergeming dan Kahla menyadari langkah itu tidak kembali mengikutinya. Bagus. Karena dia butuh sendiri. 

[-]

Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Namun, Nugraha masih duduk termenung di kursinya. Ia memandangi teman sekelasnya yang keluar satu persatu dengan pikiran yang kosong.

Vannia.

Nama itu terlintas dalam pikirannya. Ya, hari ini ia ingin menyelesaikan semuanya dengan Vannia. Menjelaskan segalanya dan meminta maaf. Namun, sialnya hari ini gadis itu tidak masuk tanpa kabar yang jelas. Dan dia sudah mencoba untuk menelponnya namun tak kunjung di angkat. Tidak ada option lain selain menghampirinya ke rumah. 

Nugraha : chaesya, gue ada keperluan mendadak. bisa gak ketemuannya satu jam lagi?

Chaesya : okee

Nugraha tersenyum samar lalu segera beranjak menuju rumah Vannia.

[-]

Chaesya berdecak kesal memandangi ponselnya. Berkali-kali ia mencoba untuk menembus high score games color switch namun tetap saja gagal. 

Main RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang