Chapter Nineteen

33 5 1
                                    

Happy and Sad

D-Day

"Gue suka ama lo,"

Laki-laki berambut hitam itu menatap gadis di hadapannya terkejut. Tak menyangka dengan ungkapan mendadaknya.

"Tapi, kan lo tau kalau gue suka--"

"Iya tau. Tapi, gak masalah kan kalau gue tetep berada di dekat lo?"

Laki-laki itu terdiam. Lalu tersenyum lembut. "Tentu,"

[-]

Ya, Chaesya sudah melakukan tindakan yang benar. Dengan menjadi tokoh sampingan yang menyukai tokoh yang diperankan Nugraha. Dan Nugraha sendiri memainkan peran laki-laki yang menyukai seorang perempuan yang tak lain adalah Vannia.

Sehari setelah Chaesya meminta untuk mengundurkan diri. Ia kembali menghadap Nugraha dan meminta untuk menukar perannya. Tidak ada alasan khusus hanya saja ia tidak mau mengambil tindakan yang salah. Ya, Rizal benar. Kalau tindakan mengundurkan diri adalah tindakan yang sangat kekanak-kanakan. 

Dan dia memutuskan untuk menjadi tokoh sampingan. Yang sejujurnya ia merasa cocok menjadi peran itu. Peran seorang gadis yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Walaupun Nugraha sendiri sudah berencana untuk memiliki Chaesya dan secara tak langsung berarti Nugraha juga menyukainya kan?

Ah, tampaknya dia terlalu naif. Padahal belum tentu seseorang yang ingin memilikinya sudah pasti memiliki perasaan juga dengannya. Bisa saja dia terpaksa? Setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Chaesya semakin yakin, kalau sampai sekarang pun cintanya masih bertepuk sebelah tangan. Dan Nugraha sebenarnya menyukai Vannia namun ia sendiri tidak tau dengan hal itu. 

Setelah drama selesai ditutup dengan instrumen yang mengalun lembut. Semua orang yang berpartisipasi dengan drama tersebut berkumpul di belakang panggung. Nugraha selaku pemimpin jalannya drama mengucapkan terima kasih karena sudah melaksanakan drama tersebut dengan baik. Chaesya akui drama tadi berjalan dengan sangat baik jikalau melihat reaksi penonton. 

Chaesya kira sehabis ini mereka akan langsung pulang. Namun, Kahla tiba-tiba mengatakan kalau mereka akan makan siang bersama. Chaesya sempat menolak, namun setelah dipikir-pikir ia akan terlihat seperti menghindari Nugraha walaupun kenyataannya memang seperti itu. Lagipula, acara makan tersebut tidak akan mengeluarkan uang sepeserpun karena mereka ditraktir!

Perjalan ke restoran membutuhkan waktu tiga puluh menit karena letaknya yang agak jauh dari wilayah sekolah mereka dan mereka menaiki mobil milik Nugraha yang hanya dapat menampung sepuluh orang--itu pun harus duduk berpangku-pangkuan. 

Dan sisanya harus naik mobil lain. Chaesya dan Kahla memutuskan untuk naik grabcar. Rizal yang entah baru muncul juga menumpang bersama mereka. Kini mereka sudah berada di dalam mobil. Rizal duduk di samping supir, Chaesya dan Kahla duduk di belakang.

Hening menyergap mereka namun tak sampai lima menit, sang supir memutuskan untuk menyalakan radio. Lantunan musik mengalun ke telinga mereka masing-masing dan mereka mulai menikmatinya sembari bersenandung.

"Sya," 

Chaesya menoleh dan mendapati Kahla yang tengah memandangnya dari dekat. 

"Anjir, lo kenapa jadi deket-deket gini?!"seru Chaesya terkejut karena posisi Kahla yang begitu dekat.

"Gue mau nanya," Kahla mengecilkan suaranya dengan matanya yang bergerak liar seolah sedang mengecek keadaan sekitar.

Main RoleWhere stories live. Discover now