Chapter Twenty Seven

24 5 4
                                    

Strange

Kahla mencomot snack yang berada di rak makanan lalu memasukkannya ke dalam keranjang belanjaan. Kakinya bergerak menuju rak-rak berisi cokelat. Matanya berbinar saat melihat cokelat kesukaannya. Dengan sigap, ia memasukkannya ke keranjang. Lalu kembali berjalan sembari bersenandung senang. Minimarket dan makanan adalah kombinasi yang ia sukai.

Dirasa telah puas belanja snack, ia pun pergi ke cashier. Lalu, membayar sesuai dengan nominal yang tertera. Kedua tangannya penuh dengan kantung belanjaan yang hanya berisi snack untuknya. Kahla pun memutuskan untuk duduk di bangku yang menghadap ke jalanan langsung. Lantas mengeluarkan cokelat yang ia beli tadi. 

Ia menikmati setiap gigitan layaknya artis yang mengiklankan sebuah produk. Sampai-sampai ia tidak menyadari, tidak jauh dari tempat ia duduk seseorang tengah memperhatikannya.

Matanya terbelalak kaget saat mendapati pipinya yang terasa dingin. Ia menoleh ke samping kiri dan matanya kembali melebar saat melihat Rizal yang menempelkan minuman dingin ke pipinya. Tanpa diperintah, ia duduk di samping Kahla sembari meminum minuman yang ia pegang.

"Lo bukannya seharusnya pergi sama Chaesya?"tanya Kahla menatap cowok itu bingung. Seolah cowok itu setan di siang bolong. 

"Tadi udah,"

"Terus, lo udah bilang kalau lo akan menerima penolakan dia?"

Rizal mengangguk. Hal itu kembali membangkitkan rasa penasaran Kahla.

"Terus, dia nolak lo?"

Rizal menggeleng. Lalu, mengangguk namun kembali menggeleng lagi. Ia mengerang frustasi.

"Hah? Jadi, apaan sih maksudnya?" Dahi Kahla berlipat-lipat heran. 

Rizal menatap Kahla. Dapat Kahla liat guratan wajah kelelahan pada Rizal. Ia jadi merasa tidak enak karena sudah mendesaknya untuk menjawab pertanyaannya.

"Dia gak nolak ataupun nerima gue. Karena dia cuman bilang maaf tanpa penjelasan lebih lanjut,"jelas Rizal pada akhirnya.

Namun, penjelasannya tidak membuat dahi Kahla kembali normal. Justru semakin membuatnya penasaran. Apa yang terjadi sebenarnya pada sahabatnya?

Kahla pun berusaha untuk menahan pertanyaan yang hendak keluar dari mulutnya. Akhirnya, dia menepuk punggung Rizal dua kali. Memberi semangat secara tidak langsung.

"Cinta pertama emang suka gak berjalan mulus,"ujar Kahla diplomatis.

Rizal tertawa. "Lo tau darimana kalau dia cinta pertama gue?"

Kahla bergumam. "Just guessing,"

"Thanks udah ngasih kata-kata penyemangat,"kata Rizal dengan senyuman tulus.

Kahla hanya mengangguk. Mereka pun menghabiskan waktu bersama di minimarket diselingi dengan obrolan kecil tanpa membahas percintaan. 

[-]

Dari kejauhan, Nugraha melambaikan tangannya ke arah Chaesya. Chaesya langsung berlari menghampirinya. Napasnya terengah-engah. Peluhnya berjatuhan efek berjalan dari rumah ke taman.

"Capek ya? Maaf ya aku gak jemput kamu,"sesal Nugraha sembari memberikan botol aqua ke arah Chaesya.

Chaesya menerimanya lalu menenggaknya sampai tersisa setengah. Nugraha pun mengajak Chaesya untuk duduk di tempat mereka tidak jauh berdiri. 

"Kenapa kok tiba-tiba kamu minta aku ke sini?"tanya Chaesya setelah mengelap peluh di dahinya.

Nugraha hanya tersenyum memandangi Chaesya. "Cuman pengen ketemu aja,"

Main RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang