Chapter Four

90 11 7
                                    

Annoying Boy&Regret

Hujan dan sekarang Chaesya tidak membawa payung. Ia lupa tadi pagi sudah diperingati ibunya untuk membawa payung karena berhubung cuaca yang kondisinya berubah-ubah sama seperti kondisi hatinya yang sekarang suka berubah-ubah. 

Kahla baru saja pulang, biasanya mereka tidak langsung pulang saat bel pulang berbunyi melainkan pergi keluar terlebih dahulu atau menetap di sekolah lantaran Chaesya ingin menonton futsal Nugraha. 

Tapi, karena hari ini Kahla ada less mereka dengan terpaksa harus pulang lebih cepat. Tampaknya pulang cepat hari ini hanya berlaku pada Kahla, namun tidak baginya. Lima belas menit sejak bel pulang berbunyi, Chaesya menunggu di lobby memperhatikan hujan yang senantiasa turun. Menanti hujan reda yang tidak tau kapan habisnya.

Ini mah namanya gue digantungin ama hujan, pikir Chaesya lemas. 

Tak jauh dari tempat ia berdiri, ia melihat sosok tak asing yang berjalan ke arahnya. Saat mengetahui siapa sosok itu, ia segera mengambil ponselnya dan menempelkannya ke telinga. Berpura-pura bicara dengan seseorang di sebrang sana. 

Tiba-tiba ponselnya ditarik, ia pun terkesiap lalu menoleh ke kanan. Sesuai dugaannya. Anak baru itu kembali melakukan ulah. 

"Balikkin ponsel gue,"pinta Chaesya datar. 

Rizal tersenyum hingga deretan giginya terlihat. "Gue tau lo pura-pura nelpon orang untuk menghindari gue, kan?"

Sial. Dia memang benar. 

"Bukan urusan lo,"

"Kalau lo mau ambil ponsel lo, ambil sendiri,"

Rizal dengan sengaja mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Chaesya yang tingginya hanya sampai telinga Rizal berusaha keras untuk menggapainya. 

Dikit lagi.

Saat tangannya berhasil menggenggam ponselnya, Rizal menarik ponsel itu sehingga Chaesya kehilangan keseimbangan dan tangan satunya lagi dengan otomatis memegang bahu Rizal. 

Mata Chaesya membulat saat menyadari posisi mereka yang terbilang cukup dekat bahkan hidung mereka bersentuhan. Masing-masing dari mereka seolah terhipnotis dengan tatapan satu sama lain hingga tidak beranjak dari posisinya. Chaesya bahkan baru menyadari tangan Rizal yang berada di pinggangnya.

Chaesya seolah menyelami mata cokelat Rizal yang sedang menatapnya. Hingga Rizal bersuara, barulah Chaesya tersadar pada kenyataan.

"Pertama, lo yang mundur duluan. Kedua, gue yang mundur duluan. Ketiga, karena posisi kita udah seperti ini kenapa kita gak lanjutkan aja?"

Cowok gila itu semakin membuang jarak pada Chaesya. Rasa takut mulai menyelimuti Chaesya. Hingga bibir mereka hampir bersentuhan, deheman seseorang menginterupsi mereka. 

Chaesya yang bergerak duluan untuk mundur dan berhasil mengambil ponselnya kembali. Satu hal lagi yang tak terduga, suara yang menginterupsi mereka tadi adalah suara milik Nugraha.

Gawat apa yang dipikirkan Nugraha nanti tentangnya? Seorang perempuan yang suka memamerkan kemesraan di depan publik? Dan hey kemesraan? Memangnya tadi ia sedang bermesraan dengan Rizal?

"Ah, sorry gak bermaksud ganggu tapi apa harus ngelakuinnya di lobby sekolah?" 

Perkataan Nugraha seakan menohok ulu hatinya. Yang benar saja! Dia tidak memikirkan perasaan Chaesya. Mana mungkin dia bisa melakukan hal sedemikian rupa sementara hatinya masih mencintai Nugraha. 

"Hahaha, maaf Kak gak bermaksud membuat iri orang-orang,"canda Rizal dengan kekehan kecil.

Chaesya memandang Rizal penuh kekesalan. Semua karena cowok itu! Saat itu juga Chaesya berlari menerobos hujan. Ia sempat mendengar teriakan memanggil dari Rizal namun ia tidak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana cara mengatasi rasa sakit di hatinya?

Main RoleWhere stories live. Discover now