Chapter Twenty Five

30 3 3
                                    

Small Talk

Jam kosong adalah hal yang paling ditunggu oleh kebanyakan siswa sekolah. Termasuk Chaesya dan Kahla yang tengah menikmati keriuhan kelasnya. Sudut kelasnya sudah menggelar konser tunggal dengan permainan gitar teman sekelasnya yang enak didengar, tengah kelas beberapa pencinta film sudah asyik menonton sembari mencicipi cemilan, dan depan kelas beberapa anak yang menyandang plakat murid kesayangan para guru sibuk dengan buku-buku tebal yang berisi bahasa alien.

"Kantin gak?"ajak Kahla sembari mengedikkan dagunya ke arah pintu.

Chaesya yang sudah jenuh pun hanya mengangguk. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke kantin. Tanpa ia sadari kepalanya celingukan mencari sosok yang tidak ada di kelasnya. Kahla yang menyadari gerak-gerak Chaesya pun menyikutnya.

"Nyariin siapa lo?"tanya Kahla tersirat nada menggoda. "Kalau nyariin Nugraha, dia mah di kelasnya. Ya kali, dia ngebandel cabut ke kantin."

Chaesya tersenyum aneh. "Kalau itu gue juga tau,"

Kahla mengangkat alisnya merasakan keganjilan dari diri sahabatnya. Namun, detik selanjutnya ia hanya mengangkat bahu tak acuh. 

Chaesya dan Kahla pun memilih untuk duduk di sudut kantin. Spot kesukaan mereka karena jauh dari keramaian para manusia kelaparan. Kahla langsung memesan satu mangkuk bakmie sementara Chaesya hanya membeli segelas es teh manis karena perutnya masih kenyang lantaran tadi pagi sarapan satu piring penuh. 

Dengan rakus, Kahla melahap bakmie miliknya dan Chaesya hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir. 

"Omong-omong gue gak lihat Rizal. Padahal tadi jam pertama dia ada,"kata Chaesya tanpa berpikir panjang. Barulah setelah mengatakan kalimat itu ia menyesali dirinya. 

Kahla sempat menghentikan gerakannya, namun kembali memasukkan bakmie ke dalam mulutnya. "Paling cabut ke UKS,"

"Sejak kapan lo deket sama dia?" Merasa sudah terlanjur membahas Rizal, Chaeysa pun melanjutkan pertanyaan yang sejak tadi sudah berada di pangkal lidahnya.

Kahla tertawa sembari mengibaskan tangannya. "Gue sama dia cuman suka istirahat bareng gara-gara kita sama-sama sendirian. Toh, daripada gue ngejones mending makan bareng sama dia,"

Merasa belum puas dengan jawabannya, Chaesya kembali bertanya. "Tapi, kalian kok kelihatan akrab?"

Kahla melirik ke arah Chaesya, merasa heran dengan sikapnya. "Kenapa lo bisa menyimpulkan kayak gitu?"

Chaesya terdiam untuk beberapa saat. "Karena gue sering ngeliat lo ngobrol sama dia pas istirahat,"

"Chaesya sayang, kan gue udah bilang. Pas istirahat gue sama dia sendirian, sesama orang menyendiri, kita jadi suka makan bareng. Gara-gara itu kita jadi suka ngobrol,"

"Lo suka sama Rizal?"tanya Chaesya melenceng sedikit dari topik. Chaesya sendiri juga tidak mengerti kenapa mulutnya tiba-tiba menanyakan hal tersebut. 

Tawa Kahla seketika pecah mendengar pertanyaan tersebut. Dia sendiri bahkan tidak pernah memikirkan hal seperti itu barang sedetik pun. Karena dia tau, kalau cowok itu hanya menyukai sahabatnya. 

"Cha, lo kan tau sendiri. Kalau tipe gue tuh bukan kayak dia. Lagian nih ya, kalau gue ngobrol sama dia. Yang dia omongin itu elo,"jawab Kahla secara gamblang. 

Kahla menyadari perubahan raut wajah Chaesya. "Dia udah cerita ke gue, kalau dia nembak lo. Kok lo gak cerita sama gue?"

Guratan penyesalan terlihat jelas dari wajah Chaeysa. "Gue bingung kapan harus cerita sama lo,"

Main RoleWhere stories live. Discover now