Chapter Ten

65 7 2
                                    

Invitation

Chaesya membaca judul yang tertera di halaman depan. Ia sudah membaca naskah dramanya sekilas. Menceritakan tentang sebuah persahabatan juga cinta. Namun, lebih cenderung condong ke kisah persahabatan. 

Chaesya menatap ke sekeliling ruang theater yang baru ia ketahui keberadaannya. Di sudut sekolah. Pantas saja banyak yang tidak tahu menahu eksistensi eskul theater. Matanya menangkap figur laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Senyuman lebar pun terbit dari wajahnya.

"Gue bertanya-tanya alasan lo ikut drama,"

Suara familiar membuat Chaesya terlonjak dan nyaris menjatuhkan naskah yang berada di tangannya. Ia menoleh ke samping, sesuai dugaannya Rizal tengah memandangnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Bibir Chaesya melengkung ke atas. "Dan gue pun bertanya-tanya apa yang membuat cowok kayak lo mengikuti drama ini,"

Rizal mengangkat kedua bahunya seolah tidak peduli dengan ejekan Chaesya. "Gak usah memperbalik pertanyaan,"

Chaesya menyipitkan matanya lalu mendengus. Ia kembali memandang ke depan, tempat di mana Nugraha berdiri. Jantungnya mencelos saat melihat Nugraha tidak sendiri, melainkan bersama Vannia yang berdiri di sampingnya.

Rizal yang menyadari perubahan ekspresi Chaesya pun mengikuti arah pandangnya. Ia memicingkan matanya begitu menyadari sosok yang tengah diperhatikan Chaesya. Matanya berpindah pada Chaesya lalu kembali ke Nugraha. Otaknya berpikir keras, seolah sedang memproses kejadian yang berlangsung. Refleks ia menjentikkan dirinya saat menemukan jawaban dibalik arti tatapan Chaesya.

"Biar gue tebak, alasan lo ikut drama yang padahal tadinya lo ogah untuk ikut,"

Rizal menyadari tubuh Chaesya yang menegang. Kalau saat ini ia melupakan imej menyebalkannya, mungkin ia sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Apa?" Chaeysa berusaha untuk menjaga suaranya agar terdengar wajar, berharap Rizal tidak menangkap suara lain yang berasal dari jantungnya.

"Karena dia?" Rizal menggantung suaranya, lantas mengangkat tangannya untuk menunjuk oknum yang dimaksud.

Chaesya mengikuti arah tunjuk Rizal, raut penuh waspada tercetak jelas di wajahnya. Chaesya tidak berkutik sama sekali. Perasaannya sudah diketaui oleh orang yang seharusnya tidak tau sama sekali mengenal hal ini. Chaesya menghela napas tanpa kentara.

Entah kenapa, sesuatu yang aneh seperti mencubit Rizal. Ia seharusnya senang karena list untuk menggoda Chaesya bertambah satu. 

"Kenapa? Gue benar?"tanya Rizal.

Chaesya tersenyum samar. "Walaupun lo benar, lo bisa apa?"

Rizal berpikir sejenak. "Mungkin gue bisa bilang ke Nugraha kalau lo suka sama dia,"

Chaesya setengah mendengus, setengah tertawa mendengar ucapan Rizal. "Lo tau? Lo gak perlu nyusahin diri lo untuk ngasih tau hal itu ke dia. Karena dia sendiri udah tau gimana perasaan gue,"

Rizal menatap Chaesya, yang Chaesya artikan tatapan penuh keterkejutan. Chaesya seolah tidak memedulikannya dan mulai berjalan meninggalkan Rizal dengan sejuta pertanyaan.

[-]

"Chaesya!"

Teriakan dari arah bawah terdengar hingga kamar Chaesya. Chaesya yang tengah nonton sambil ngemil merasa terusik dan berpura-pura tidak mendengarnya.

"Chaesya!"

"Astaga, tumben amat sih Mama manggil-manggil mulu,"gerutu Chaesya sembari berjalan menuju pintu.

Main RoleWhere stories live. Discover now