Chapter Thirty Five

26 1 0
                                    

Just Say It

Chaesya menatap ragu pintu kaca yang bertulisan open. Satu pertanyaan terlintas di kepalanya. Apakah Nugraha masih ada di dalam? Mengingat bagaimana Chaesya meninggalkan Nugraha tanpa menjelaskan kepergiannya lebih lanjut.

Sepanjang perjalan menuju restoran, Chaesya sadar kalau selama ini dia salah mengenai perasaannya. Memang pada awalnya ia yakin kalau ia mencintai Nugraha. Jantungnya yang berdetak saat berdekatan dengan Nugraha. Hatinya yang terasa tercubit saat melihat Nugraha bersama Vannia. Darahnya yang terbakar karena sentuhan Nugraha.

Sampai ia tidak menyadari, waktu demi waktu perasaan itu sirna karena kehadiran Rizal. Pertemuan yang memalukan di tempat karaoke itu menjadi awal kerunyaman dalam hidupnya. Ia yang selalu emosi dengan sikap menyebalkan Rizal namun akhir-akhir ini justru dia merindukan sikap menyebalkannya. Ia yang tidak pernah mau tau soal Rizal kini mulai penasaran dengannya. Ia yang tidak peduli dengan Rizal kini mulai mecemaskan sosok tersebut.

Dia menutupi pikirannya dengan meyakinkan bahwa Chaesya masih mencintai Nugraha. Ia mengesampingkan semua hal-hal kecil yang dilakukan Rizal. Dia menutup matanya untuk tidak melihat ke arah lain walaupun Rizal terkadang membuatnya melihat ke arahnya. Sebelum ia menyadari perasaannya, jantungnya sudah berdetak untuk Rizal. Kupu-kupu dalam perutnya bereaksi saat mendengar ucapan terus terang Rizal.

Chaesya telah mencintai Rizal sebelum ia menyadarinya.

Chaesya memejamkan matanya sesaat berusaha menyiapkan dirinya untuk menghadapi Nugraha. Dirasa telah cukup, ia mendorong pintu kaca tersebut lalu berjalan tanpa ada keraguan yang menyelimuti.

Laki-laki berkemeja biru itu masih berada di tempat yang sama. Menatap makanan yang terhidang tanpa ada niatan untuk menyentuhnya. Sampai Chaesya tiba di meja tersebut, Nugraha masih bergeming tidak menyadari kehadiran Chaesya.

"Nugraha,"panggil Chaesya pelan.

Sang pemilik nama menoleh. Sorot matanya terkejut namun segera ia sembunyikan. Ia tersenyum tipis tapi Chaesya sadar kalau senyuman itu tameng untuk menutupi perasaan sebenarnya.

"Kamu balik lagi,"sahut Nugraha tanpa benar-benar menatap Chaesya.

Chaesya menundukkan kepalanya dalam. "Maafin aku,"

Nugraha melirik sekilas. Chaesya dapat mendengar helaan napas pendek lalu merasakan kepalanya diusap.

"Emang gak baik ya memaksakan diri untuk mencintai orang?"

Chaesya mengangkat kepalanya. Mendapati sorot mata sendu pada Nugraha yang hanya bertahan satu detik. Nugraha pintar menyembunyikan suatu hal membuat Chaesya tidak pernah tau apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu.

"Maafin aku yang memaksa kamu untuk bersama aku. Aku memang berhasil untuk milikin kamu tapi aku gak berhasil milikin hati kamu,"lanjut Nugraha terdengar menyakitkan di telinga Chaesya.

Rasa bersalah kembali membanjiri dirinya. Namun, kali ini terasa lebih menyakitkan mengetahui sebuah fakta kalau Nugraha selama ini tau. Tau akan hati Chaesya yang telah berlabuh di pelabuhan lain.

"Aku tau kalau dari awal sebenernya kamu mulai suka dengan Rizal tapi kamu selalu mengelaknya. Kamu selalu berusaha lupain perasaan kamu dengan melakukan hal bersamaku," Ada jeda dalam kalimatnya, Nugraha seakan mempersiapkan diri untuk melanjutkan ucapannya, "karena sadar akan hal itu, aku berusaha untuk milikin kamu secepatnya tapi ternyata dari awal aku udah terlambat. Perasaan kamu saat itu udah teralihkan pada Rizal. Lagi-lagi aku terlambat, Sya."

Air mata menyembul di pelupuk mata Chaesya. Kalimat itu menyayat hatinya padahal memang itulah yang terjadi pada dirinya. Dirinya yang bimbang akan perasaannya. Dirinya yang selalu diselimuti rasa ragu. Dirinya yang baru menyadari akan perasaannya sendiri. Sementara orang lain menyadari lebih dulu darinya.

Main RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang