Chapter Seven

72 7 2
                                    

Because of Blue Bottle

"Yakin gak mau bareng?"tanya Kahla untuk kesekian kalinya.

Chaesya berdecak kesal lalu menarik kedua pipinya dengan gemas. "Iya Kahla sayang, harus berapa kali sih gue jawab?"

Kahla mendengus lalu menepis tangan Chaesya yang berada di kedua pipinya. Dengan agak enggan, ia pun pamit meninggalkan Chaesya di lobby sekolah. Chaesya menghela napas pendek. Saat ini ia hanya ingin sendiri.

Chaesya memutuskan pulang dengan berjalan kaki. Merenung layaknya orang yang tertimpa masalah berat padahal faktanya ia hanya mengalami masalah percintaan. Chaesya berdiri di halte bus, biasanya kalau di dalam drama saat tokoh utama sedang menunggu di halte ataupun di stasiun, pasti pasangannya datang menghampiri.

Namun, sejak dua puluh menit ia berdiri di halte bus, tidak ada pangeran kuda putih yang menghampirinya. Tentu saja karena ia bukanlah tokoh utama dalam sebuah kisah percintaan. Jika ia menjadi tokoh utama dalam sebuah kisah percintaan, pasti genre tersebut akan menyimpang menjadi comedy.

Suara deru motor membuyarkan segala lamunan fantasinya, Chaesya mengerjapkan matanya. Matanya melihat motor besar terparkir di hadapannya. Chaesya tidak bisa melihat wajah sang pengemudi karena tertutup helm. Hingga kaca helm tersebut dibuka, Chaesya langsung mengenali sosok tersebut.

Mata cokelat dengan seringai menyebalkan yang kerap ditunjukkan.

"Dasar jomblo,"

Spontan Chaesya membuka mulutnya dengan lebar, belum sempat mengeluarkan segala sumpah serapah, pengendara motor itu sudah pergi. Chaesya terus merutuknya dengan emosi yang sudah naik ke permukaan. Cowok itu memang selalu membuatnya kesal.

[-]

Walaupun sudah ditolak, hati Chaesya masih mencintai Nugraha yang kini sedang melewati ruang kelasnya. Chaesya bebas memandangi Nugraha karena posisinya dekat dengan jendela. Waktu istirahat ia pergunakan dengan sebaik-baiknya, tidak harus merepotkan diri untuk pergi ke kantin berdesak-desakkan dengan banyak orang, walaupun memiliki kemungkinan akan bertemu dengan Nugraha tapi akan lebih buruk jika ia bertemu saat Nugraha sedang bersama Vannia.

Kelas saat waktu istirahat akan menjadi suatu hal yang berbeda dari sebelumnya. Sepi dan sunyi yang kini tengah dinikmati oleh Chaesya. Chaesya hanya sendiri di kelas menikmati pemandangan surga di sampingnya. Kebetulan yang membahagiakan karena Nugraha sedang berdiri tak jauh dari kelasnya, berbincang dengan ketua osis, yang tak kalah menariknya dari Nugraha.

Pintu kelas tiba-tiba terbuka menimbulkan sosok yang sempat ia temui kemarin saat pulang sekolah. Mereka sempat bertemu pandang namun Chaesya segera mengalihkannya. Ia teringat dengan botol biru milik Rizal yang ada bersamanya. Ia memang bermaksud ingin memberikannya hari ini tapi karena mengingat kejadian kemarin tiba-tiba saja rasanya enggan untuk memberikannya, bahkan untuk menatapnya saja malas. Seolah hal seperti itu akan membuang-buang waktu berharganya.

Tapi, jika Chaesya menyimpan lebih lama botol biru tersebut akan membuatnya terus mengingat cowok itu. Yang benar saja! Bagi Chaesya itu adalah hal paling merugikan yang tidak akan pernah ia lakukan.

Dengan keputusan final, Chaesya pun bergerak untuk mengambil botol biru tersebut dan berjalan menghampiri Rizal yang hanya dipisahkan oleh tiga ubin. Rizal tampak asyik dengan ponsel juga earphone yang sudah menempel di kedua telinganya.

"Ehem," Chaesya memberi kode pada Rizal, yang tentu saja tidak akan membuat Rizal berpaling.

Terpaksa, Chaesya pun menoel-noel bahu Rizal. Rizal menoleh tanpa berkata apa-apa namun raut wajahnya seperti bertanya 'apa'.

Main RoleWhere stories live. Discover now