Chapter Thirty Eight

15 1 0
                                    

Jealous

Chaesya menatap layar ponselnya yang kosong tanpa notif. Semua notif yang masuk langsung ia buka berharap Rizal membalas pesannya yang telah ia kirim tiga jam yang lalu. Kalau begini terus, rasanya ia ingin mengunsent pesannya supaya tidak harus menunggu tak jelas begini.

Seperti tertampar oleh sebuah kenyataan, Chaesya terdiam. Padahal dia baru menunggu tiga jam tapi dirinya sudah merasa gelisah. Bagaimana Rizal yang telah menunggunya selama tiga hari? Selama tiga hari Rizal tidak pernah muncul di hadapannya ataupun mengganggunya lewat LINE.

Rizal benar-benar membiarkan Chaesya untuk berpikir.

"Kah, Rizal masih di rumah sakit kan, ya?"

Kahla tampak berpikir sejenak. "Mungkin. Soalnya dia bilang sih kemarin masih di sana,"

Lantas Chaesya bangkit dari posisi tidurnya. Mengambil hoodie yang tergantung lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Eh, mau kemana?"tanya Kahla bingung melihat temannya mendadak bergerak.

Chaesya menarik kenop pintu. "Gue ke rumah sakit. Terserah lo mau tetep di sini atau pulang. Gue pergi,"

Pintu tertutup meninggalkan Kahla yang tengah mencerna kejadian barusan.

"Kampret. Gak dia, gak Rizal, gue selalu ditinggal sendiri sama mereka," Kahla kembali menekuni tontonannya tanpa ada niat untuk pulang walaupun sang pemilik rumah pergi. Toh, anggap saja rumah sendiri begitu kata Chaesya saat pertama kali Kahla ke rumahnya.

[-]

Membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk tiba di rumah sakit dengan naik mobil. Padahal sebelumnya ia hanya membutuhkan waktu lima belas menit. Kemacetan di lampu merah tadi menjadi penyebab utamanya.

Chaesya langsung bergerak ke arah lobby, berharap Rizal berada di sana. Tapi, sejauh mata memandang ia tidak menemuinya. Ia pun memutuskan menunggu di kursi lantaran ia juga tidak tau di mana kamar rawat inap ibu Rizal.

Matanya tak lepas dari koridor yang dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang. Sesekali ia menemui sosok yang berpostur tubuh seperti Rizal dan nyaris memanggilnya. Menunggu memang tidak pernah terasa menyenangkan. Dirinya dihujam oleh rasa penasaran mengenai sosok perempuan yang ia lihat di foto tadi.

Chaesya tidak pernah melihatnya. Apa mungkin itu mantan Rizal? Kok dia bisa tau Rizal di sini? Kepalanya dikelilingi pertanyaan yang hendak ia tanyakan pada Rizal sampai ia hampir tidak menyadari sosok Rizal yang berjalan di koridor. Otaknya pun langsung memerintahnya untuk menghampiri Rizal. Mulutnya sudah terbuka untuk memanggil tapi terhenti saat melihat Rizal tidak sendiri.

Sosok perempuan yang tidak asing itu berada di sampingnya. Berbicara pada Rizal dengan wajah bahagia begitu juga dengan Rizal yang menanggapi perempuan itu dengan senyuman yang terpatri.

Chaesya mengurungkan niatnya untuk memanggil dan lebih memilih untuk mengikuti mereka. Mereka tidak akan pergi jauh dari sini, kan?

[-]

Mata gadis itu menatap papan nama pada sebuah bangunan berukuran sedang lalu melempar pandangan pada dua insan yang duduk di dekat kaca. Terlihat jelas dari jarak Chaesya berdiri.

Mereka makan di sebuah restoran agak jauh dari rumah sakit. Entah siapa yang mengusulkan makan di sini. Melihat bagaimana interior restoran itu tampaknya harganya pun akan mahal.

Chaesya memutuskan untuk memasuki restoran. Tetap berada di jarak aman supaya keberadaannya tidak diketahui mereka. Ia berusaha untuk bertindak sewaspada mungkin, tidak ingin orang mencurigainya.

Main RoleWhere stories live. Discover now