Chapter Sixteen

59 5 4
                                    

A Chance 

Chaesya jelas-jelas tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat Nugraha berada di hadapannya dan sedari tadi menjaganya hingga ia terbangun. Senyum sampai mata itu tak luput dari wajahnya.

"Chaesya,"

Setelah keheningan yang cukup lama, namun Chaesya tidak menganggapnya terlalu lama karena berdekatan dengan seniornya itu selalu terasa sebentar.

"Ya?"

Nugraha menyugar rambutnya lalu mengangkat wajahnya. Membuat mata mereka bertemu. Chaesya merasa terintimidasi dengan mata almond milik Nugraha.

"Mengenai perasaan lo ke gue, apa gue masih ada kesempatan?"

Chaesya merasakan degup jantungnya berdetak melebihi ritme. Ia mengernyitkan dahinya heran, untuk pertama kalinya Nugraha menyinggung perihal perasaannya.

"Kesempatan untuk?"

"Untuk milikin elo,"

Chaesya terdiam. Untuk beberapa saat dia tidak bisa berpikir jernih. Tanpa ia sadari, tangannya terkepal kuat. Nugraha menyadari pergerakan Chaesya, ia tersenyum. Lalu mengamit tangan gadis itu dengan perlahan, mengelus punggung tangannya dengan lembut.

Chaesya lagi-lagi hanya bisa terdiam, memandangi laki-laki di hadapannya dengan wajah yang terasa menghangat. Lalu, melirik tangannya yang saat ini sudah berada di dalam genggaman Nugraha.

"Gimana? Kalau lo ragu karena Vannia, soal itu gue akan menanganinya. Karena...,"

Ucapan Nugraha yang menggantung membuat Chaesya menatap Nugraha lamat-lamat. Menanti kalimat selanjutnya dengan perasaan bimbang. Ya, dia hampir saja melupakan soal Vannia yang selalu berada di sisi Nugraha dan memang memiliki hubungan yang terikat. 

"Karena sebenernya gue gak ada hubungan spesial dengannya," 

Entah kenapa, pernyataan Nugraha itu tidak sama sekali membuatnya bahagia. Karena selama ini, laki-laki yang ia suka tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Vannia. Tapi, kenapa ia tidak pernah menyangkalnya kalau seantero sekolah mengatakan mereka berpacaran? Seolah ia memang menganggapnya itu benar.

"Bisa kasih gue waktu untuk menjawab perasaan lo tempo hari? Emang ini keinginan egois, tapi ada sesuatu yang harus gue selesain. Gue akan menemui lo besok,"pintanya bersamaan dengan tangannya yang terlepas dari genggamannya.

Dia berdiri, masih dengan pandangan yang tertuju pada Chaesya. Ia menatap Chaesya lamat-lamat, tapi Chaesya merasa tatapannya itu kosong. Seolah jiwanya sedang tidak bersama dengannya. 

Tangan Nugraha terulur, lalu mengusap rambut Chaesya dengan gerakan perlahan. Chaesya menikmati itu dan tidak memedulikan rambutnya yang akan berantakan. 

"Gue pergi dulu ya. Tetep disini, lagipula latihannya juga udah selesai,"nasihat Nugraha, dan Chaesya hanya mengangguk.

Lalu ia pergi, menyisakan punggungnya yang hanya dapat Chaesya lihat dalam keheningan ruang UKS. Chaesya tidak banyak berharap dengan Nugraha. Karena ia tau rasanya, jika ia menaruh harapan pada laki-laki itu. Pada akhirnya, hanya rasa sakit yang ia rasakan.

[-]

Rizal menyusuri koridor dengan tatapan yang terus teruju ke lantai. Seolah lantai adalah sesuatu yang berharga hingga pandangannya tak luput darinya. Hingga ia berada di ujung koridor, ia menghentikan langkahnya. Di sebelah kanannya, terdapat tangga menuju ke atas. Ia bertanya-tanya, tangga itu akan membawanya ke mana kalau ia menaikinya.

Tanpa berpikir panjang, ia pun memutuskan untuk menaikinya. Langkahnya membawanya ke rooftop sekolah yang sudah agak bobrok. Pagarnya yang agak rapuh dan lantainya yang kotor. Dia tidak pernah tau ada rooftop seperti ini di sekolah. Namun, ia mengesampingkan keadaan tersebut karena kini pandangannya sudah teralih ke langit. 

Main RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang