Chapter Thirty Nine

12 1 0
                                    

Accomplish

Rizal mengajak Chaesya untuk makan di restoran tadi. Ia juga merasa tidak enak sudah meninggalkan keponakannya sendirian. Awalnya Chaesya menolak merasa malu untuk menemui keponakan Rizal. Mengingat ucapannya bak seperti pelayan restoran membuat Chaesya semakin tidak mau menemuinya.

Tapi, pada akhirnya Rizal berhasil membujuk Chaesya atau lebih tepatnya menarik paksa Chaeya memasuki restoran. Perempuan yang dicemberui Chaesya itu masih berada di sana. Memakan pesanannya sembari memainkan ponsel.

Rizal pun memperkenalkan Chaesya ke hadapannya. Perempuan itu tersenyum mungkin teringat oleh ucapan Chaesya yang seperti pelayan restoran.

"Ini pacar aku," Rizal memperkenalkan Chaesya dengan bangga. Matanya berbinar-binar dengan senyuman lebar sampai mata. 

Chaesya tersenyum kikuk. "Chaesya,"

"Ghea,"jawabnya masih dengan senyuman. Mata Ghea tampak menyorotkan ketertarikan pada Chaesya membuat Chaesya semakin malu.

Ghea menopang dagunya bersamaan dengan Chaesya yang mengambil tempat di samping Rizal. "Jadi, udah berapa lama Kakak dengan Kak Rizal?"

Chaesya dan Rizal berpandangan lalu Rizal angkat bicara. "Hmm, empat bulan mungkin,"

Mendengar jawaban yang berbeda dengan bayangannya, Chaesya menyikut lengan Rizal. "Kok empat bulan,"

Rizal melirik sekilas, tangannya sibuk mengiris sirloin steak yang mendingin. "Loh, iya dong. Kan sukanya udah dari empat bulan, tapi baru beneran jadi hari ini,"

Ghea tertawa mendengar alasan yang sepenuhnya tidak salah. Pertanyaannya memang kurang spesifik. Di sampingnya, Chaesya mengiyakan, tapi gemas juga dengan jawaban Rizal.

"Kak Rizal dari kemarin ngomongin Kakak. Katanya ada orang yang cinta mati sama Kak Rizal, tapi orang itu gengsi buat akuin. Kak Rizal jadi harus mendesak orang itu terus. Aku jadi penasaran siapa orang yang sampai membuat Kak Rizal segitunya,"cerita Ghea seraya memperhatikan mereka berdua bergantian.

Chaesya menyikut lengan Rizal untuk kedua kalinya. "Asal ya lo kalau ngomong. Emang gue pernah bilang cinta mati sama lo?"

"Nanti lo juga bakal cinta mati sama gue. Nih," Rizal menyodorkan potongan steak berukuran sedang ke arah mulut Chaesya.

Refleks Chaesya membuka mulutnya, potongan steak itu berpindah ke dalam mulutnya. Ghea yang melihat adegan itu tersenyum. 

"Lo gak mau pesen aja?"tanya Rizal kembali mengiris steak.

Chaesya menggeleng dengan mulut penuh. "Gak ah,"

"Maunya kan di suapin ya, Kak?"goda Ghea membuat wajah Chaesya memerah setelah menyadari kalau ia baru saja disuapi Rizal. 

"ENGGAK!"serunya dengan suara naik dua oktaf. Rizal mati-matian menahan tawa. Chaesya yang malu-malu seperti ini selalu membuatnya gemas sendiri. 

"Bilang dong, Chae, kalau mau disuapin,"timpal Rizal, membuat Chaesya berkeinginan ingin mencubit bibir Rizal.

Ghea terkekeh pelan. Kekehannya terhenti dengan pandangan yang beralih pada Rizal. "Kakak udah baikan sama Kak Vannia?"

Gerakan Rizal terhenti lalu pada perpindahan detik ia kembali mengiris steak tanpa menoleh ke arah Ghea. 

Chaesya yang tidak menahu persoalan Rizal dan Vannia hanya dapat diam menyimak. Hal itu membuatnya sadar kalau ia masih belum tau banyak tentang Rizal. Dari arah depan, Ghea menghembuskan napas pendek.

"Aku harap Kakak bakal baikkan secepatnya,"tambah Ghea terdengar berharap di telinga Chaesya. 

Rizal tidak merespon. Chaesya sendiri juga tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan laki-laki di sampingnya. Ia hanya fokus dengan makanan di depannya. 

Main RoleWhere stories live. Discover now