Chapter Thirty Four

24 2 0
                                    

Anxious

Kahla sudah puas dengan sarapan di sore harinya hanya dengan soto dan segelas es teh manis. Nampaknya Rizal juga berpikiran hal yang sama jikalau melihat wajahnya yang terlihat puas. Kahla mengeluarkan ponselnya, matanya melotot begitu melihat nama Chaesya di layar ponselnya. Ia menelan ludah gugup lalu memberanikan diri untuk mengetikkan pesan ke padanya.

"Kenapa?"tanya Rizal menyadari perubahan kontras wajah Kahla.

Kahla menoleh dengan kaku lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam. "Oh, temen,"

Rizal hanya mengangguk sebagai jawaban dan dia mengecek ponselnya yang terdapat satu notif pesan dari Vannia. Ia membacanya sekilas lantas menoleh pada Kahla. "Gue ke nyokap dulu ya,"

"Gue ikut?"tanya Kahla.

Rizal tampak berpikir sejenak. Di ruangannya itu terdapat Vannia dan Bundanya, ia berani bertaruh jika ia membawa Kahla akan membuat Kahla tidak nyaman karena atmosfer di antara mereka masih dalam keadaan bersitegang. 

"Gak perlu gak apa-apa kok. Lo tunggu di ruang tunggu aja, gue juga cuman sebentar,"jawab Rizal pada akhirnya.

Kahla pun mengangguk tidak ingin memaksa juga. Selepas Rizal pergi, ia pun beranjak menuju ruang tunggu. Ia duduk di salah satu kursi yang terdapat sepasang suami istri muda dan menyesal karena sudah memilih spot yang membuatnya harus mendengar percakapan 'manis' di antara mereka. Tapi, untunglah sebuah telepon menyelamatkannya dari situasi tidak mengenakkan. 

"Lo di mana?"

Kahla langsung mengecek caller id dan meringis ngeri saat mendapati nama Chaesya. Tampaknya orang itu akan menerkamnya hidup-hidup sampai menanyakan keberadaannya.

"Rumah sakit,"

Chaesya mendengus. "Gue tau maksudnya rumah sakit mana?"

"Rumah sakit Harapan. Btw Cha, sorry gue gak bantuin lo abisnya tadi gue pan--,"

"Gue ke sana,"

Dan sambungan telepon pun dimatikan secara sepihak, Kahla mencak-mencak sendiri menatap layar ponselnya. Lantas ia kembali diam dan mendengar percakapan pasutri itu dengan tampang nelangsa. 

Lima belas menit sudah ia lalui dengan bermain game Snack vs Block, kabar baiknya dia sudah melampaui high score dan kabar buruknya Rizal belum kembali juga sementara dirinya sudah terserang bosan. Matanya kembali melotot saat mendapati Chaesya kembali menelponnya. Tanpa banyak cincong, ia langsung mengangkatnya.

"Gue udah sampe di lobby. Lo di mana?"

Mata Kahla langsung bergerak mencari keberadaan sahabatnya itu di lobby. "Gue di ruang tunggu deket lobby. Oh itu dia gue liat elo, nih gue angkat tangan liat gak?"

"Iya, gue liat. Tunggu situ,"

Sambungan kembali dimatikan bersamaan dengan kedatangan Chaesya yang berjalan menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. "Lo udah ke Rizal? Gimana keadaan dia? Kok bisa di rumah sakit? Emang parah banget penyakitnya?"

"Astaga Chaesya pelan-pelan! Gue pusing pertanyaan lo banyak banget!"

"Gue panik Kah! Di mana dia?! Di ruangan mana?"cerocos Chaesya tampak tidak memedulikan komentar Kahla.

Kahla menghela napas pendek lalu kedua tangannya ia taruh ke bahu Chaesya agar perhatian gadis itu tertuju padanya. Benar saja, Chaesya kini menatap langsung ke matanya. 

"Tenang Cha, lo dengerin gue dulu ish, dari tadi gue mau ngomong sama lo di potong terus. Oke, denger ya, Rizal baik-baik aja dia gak sakit seperti yang lo kira,"

Main RoleOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz