Chapter 2

58.7K 2.1K 5
                                    


Author POV

Pagi yang cerah dan kicauan burung yang menyambut datangnya sinar mentari pagi terasa sangat serasi dan merdu. Dimana terang bersatu dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Saling menikmati dan saling melengkapi. Begitulah hidup.

Ivanna mengerjap-ngerjapkan matanya. Penglihatannya masih sangat buram karena baru saja Ivanna bangun dari tidurnya. Ia merasa ada yang aneh. Kamar yang di tempatinya saat ini bukanlah kamar yang ada di apartemennya. Dan anehnya lagi Ivanna merasakan ada yang memeluknya erat seakan tak ingin lepas.

Ivanna takut dengan kenyataan yang akan diterimanya. Perlahan ia membalikkan badannya dan melihat pria yang masih lelap dengan tidurnya berada tepat disampingnya saat ini. Sontak Ivanna kaget dan tak bisa berkata-kata. Ia membuka selimut yang membalut tubuhnya dan betapa terkejutnya Ivanna melihat keadaanya yang tak memakai pakaian apapun.

Ivanna menangis terisak-isak. Ia tak percaya pagi ini ia malah berakhir dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Melakukan hal yang tak ingin dilakukannya sama sekali. Kehormatan yang selalu dijaganya untuk tetap menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita.

Bahkan sekarang Ivanna merasa tak memiliki harga diri lagi. Mengingat hal yang terjadi tadi malam dengan keadaannya yang tak bisa menolak perbuatan pria ini.

"A-apa..yang ka..u laku..ka..nn pada..ku.." ucap Ivanna terbata-bata. Ia tak sanggup menghadapi semua kenyataan ini. Papanya yang baru saja meninggalkannya dan dia sekarang yang kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita.

Arnold terbangun karena mendengar suara isakan seseorang. Tidak jauh darinya. Bahkan sangat dekat. Kemudian Arnold melirik Ivanna yang menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang bertumpu diatas lututnya.

"Hei, mengapa kau menangis?" Arnold mengatakan seakan-akan ia tak melakukan apapun atau ia lupa dengan kejadian tadi malam.

Ivanna mengangkat wajahnya dan menatap Arnold dengan amarah yang menggebu-gebu. Tapi ia tau ia pasti takkan bisa melakukan apapun untuk melawan pria yang ada disampingnya saat ini.

Ivanna menyeka air matanya, "Setelah kejadian tadi malam yang kau lakukan padaku. Apa kau masih mau menanyakan mengapa aku menangis?"

"Kau melakukannya denganku yang sama sekali tidak mengenalmu. Kau membuat harga diriku sebagai wanita hilang! Aku tidak sama seperti bitch yang sering kau kencani, Tuan." sambung Ivanna dengan intonasi suaranya yang sedikit meninggi. Air matanya kembali mengalir dengan derasnya dan membasahi pipinya.

Arnold mengernyit bingung dan membalikkan badannya agar bisa berhadapan dengan Ivanna. Apa sebegitu berharganya hal yang menurut Arnold biasa itu? Para wanita murahan diluar sana juga tanpa diminta, sudah dengan sukarela memberikannya. Tapi tidak dengan wanita yang ada dihadapannya saat ini. Ia menangis bahkan sampai terisak.

Arnold berusaha menenangkan Ivanna. Walaupun ia tau usahanya akan sia-sia saja untuk membujuk wanita itu.

"Jadi apa yang kau inginkan dariku? Aku akan memberikan apapun itu."
Arnold masih menatap Ivanna yang kaget dengan jawaban yang terlontar dari mulutnya. Arnold bukanlah tipe orang yang suka dengan masalah yang berlarut-larut. Ia akan memberikan apapun untuk menyelesaikan masalahnya.

Ivanna memandang Arnold tak percaya. Segampang itukah pria yang ada di hadapannya saat ini untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Dasar pria gila, rutuk Ivanna dalam hatinya. Bisa-bisanya ia bertemu dengan pria seperti Arnold.

"Aku tak menginginkan apa-apa darimu, Tuan. Aku akan kembali ke apartemenku dan anggap saja kita tidak pernah bertemu. Kejadian yang terjadi ini, lupakan saja. Anggap saja tidak pernah terjadi dan tidak pernah kita lakukan." Ivanna berlalu pergi mencari dimana pakaiannya.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now