Chapter 30

18.1K 689 25
                                    

Happy reading!

Arnold menggeram karena Sean menganggu kegiatan panasnya dengan Ivanna. Sedikit lagi ia bisa memuaskan nafsunya yang sudah lama ia tahan. Tapi sahabat brengseknya ini dengan terang-terangan telah mengusiknya dan datang ke kamarnya tanpa perasaan bersalah.

"Kau mau apa?!" Ucap Arnold yang terlihat kesal lalu berjalan menghampiri Sean.

"Aku ingin menemui wanita yang ikut bersama denganmu itu," ucap Sean tersenyum manis.

-------

Arnold mengangkat sebelah alisnya, "Apa kau sadar yang kau ucapkan tadi?" Tanyanya menyelidik.

Sean tertawa pelan.

"Tentu saja tuan Arnold yang mulia."

Arnold menarik Sean keluar dari kamarnya, "Ivanna, tetap disini," ucapnya lalu mengunci pintu kamar itu dari luar.

Sean melepaskan tangan Arnold yang menariknya dengan kasar.

"Kau ini tidak pernah berubah, dude!" Ucap Sean.

"Katakan apa yang sebenarnya kau inginkan?!" Tanya Arnold to the point.

Sean hanya tersenyum sambil terus melihat Arnold.

"Kan aku sudah bilang, kalau aku ingin bertemu dengan wanita yang kau bawa itu," ucap Sean

Arnold menarik kerah kemeja Sean dengan tiba-tiba, awalnya Sean kaget, tapi kemudian ia bersikap biasa saja.

"Aku tidak mau kau mengusik kehidupanku lagi, Sean!" Balas Arnold

Lalu Arnold melepaskan kemeja Sean dan Sean merapikan kemejanya yang berantakan karena ulah Arnold.

"Kau ini sensitif sekali," ucap Sean tersenyum miring.

"Aku kesini hanya ingin melihat keadaanmu, apa kau baik-baik saja setelah kembali lagi ketempat penuh kenangan ini," sambungnya lagi.

"Aku kesini sekalipun, itu tidak ada urusannya denganmu," balas Arnold singkat.

Sean tertawa pelan lagi.

"Apa ingatan tentang 'dia' tidak menganggu waktu berdua dengan kekasih barumu itu?" Tanya Sean sambil tersenyum kemenangan.

Arnold tersenyum simpul.

"Sepertinya kau senang sekali melihatku tidak bahagia ya?" Tanya Arnold

"Bukan begitu, aku hanya tidak mau kau mengorbankan orang yang tidak bersalah hanya karena masa lalumu."

Arnold memukul dinding dengan tangannya yang terkepal.

"Sudah berapa kali aku katakan, itu bukan urusanmu!" Pekik Arnold

Arnold menunjuk Sean dan menatapnya tajam.

"Dan jangan katakan apapun lagi tentang 'dia'," ucap Arnold lalu pergi meninggalkan Sean di koridor mansion itu.

Belum jauh Arnold pergi meninggalkan Sean.

"Aku hanya mau kau belajar mencintai wanita dan melupakan masa lalumu Arnold! Jika kau hanya menjadikan wanita sebagai pelampiasan tapi tidak mencintainya, itu sama saja kau seperti manusia hidup tapi tidak memiliki hati," ucap Sean setengah berteriak. Sean yakin Arnold masih mendengar dengan jelas ucapan Sean tadi.

--------

Disisi lain

Ivanna merasa sangat kesal bercampur malu. Mungkin sekarang pipinya sudah memerah seperti tomat. Ia tidak tahu Sean itu siapa, tapi Ivanna bisa melihat dari pembicaraan mereka, kalau Sean adalah orang terdekat Arnold. Tidak mungkin orang asing begitu berani berbicara seperti itu pada Arnold. Bisa-bisa ia langsung mati ditempat.

Ivanna akhirnya memutuskan untuk mencuci mukanya dengan air dari wastafel. Ia menatap wajahnya di kaca dan Ivanna kaget melihat bercak kemerahan memenuhi leher mulusnya. Ia yakin besok pasti sudah berubah warna menjadi kebiruan.

Lalu Ivanna mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil yang ada di gantungan. Ia tiduran di kasur sambil menonton film. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh kedua pria gila itu.

Tak lama kemudian Arnold masuk ke kamar dengan ekspresi wajah yang terlihat marah dan kesal. Arnold menutup pintu kamar itu dengan kuat lalu mengunci lagi dengan sidik jarinya.

Ivanna hanya diam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia masih sedikit malu mengingat hal yang mereka lakukan tadi. Yang membuat Ivanna semakin merasa malu, karena ia membalas perlakuan Arnold dan menerimanya. Padahal dari awal sudah jelas Ivanna menolaknya. Benar-benar memalukan, bukan?

Arnold langsung menuju kamar mandi dan langsung membasahi tubuhnya dengan air yang mengalir di shower. Sean sungguh membuat kepala Arnold terasa panas akan amarah. Arnold harus menghentikannya, jika tidak ia akan melampiaskan dengan orang terdekatnya.

Satu jam kemudian Arnold keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Arnold berjalan ke sofa yang menghadap ke  pantai, ia memegang pistol dengan posisi berdiri.

(Author note: penampakan Arnold ya wankawan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Author note: penampakan Arnold ya wankawan. Anggap aja yang lagi dilihat Arnold itu pantai hehe)

Arnold tampak tidak mempedulikan Ivanna yang terus melihatnya. Arnold benar-benar pria idaman. Siapapun wanita yang ada didekatnya, sangat tidak mungkin untuk tidak tergoda dengan Arnold. Arnold sungguh memabukkan kaum hawa.

Arnold meneguk anggur yang ia tuang digelas, sambil terus menggenggam pistolnya.

"Apa kau tidak bisa berpakaian dulu?" Tanya Ivanna memulai percakapan.

"Dan pistol itu, untuk apa kau genggam terus?" Tanyanya lagi.

Arnold tidak menjawab pertanyaan Ivanna, ia masih terus memperhatikan pantai yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong.

"Arnold," panggil Ivanna dengan nada pelan.

"Aku ingin membunuhmu, Ivanna."

Lalu Arnold berjalan menghampiri Ivanna yang sedang tiduran di kasur. Arnold menempelkan pistolnya tepat di dahi Ivanna.

"Aaarrr-nnolddd... Aa-pa yang k-a-u la-ku-kan?! Ucap Ivanna terbata.

Arnold tersenyum sinis.

"Kau bisa tanyakan itu pada Sean," ucapnya tanpa ada perasaan bersalah.

Ivanna merasa jantungnya sebentar lagi akan lepas dari tempatnya.

"Tapi aku tidak mengenalnya Arnold?!"

Ivanna menatap Arnold dengan memelas.

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik, kumohon." Sambungnya.

Arnold menyunggingkan senyum manis dibibir merahnya. Ia meletakkan jari telunjuk di pelatuknya, lalu... menariknya dan langsung membuat Ivanna berteriak histeris.

"Arnolllddd!!! Aaaaaaaaaa!!!!" Ivanna berteriak keras hingga membuatnya tersungkur dilantai.



TO BE CONTINUED....

----------
JANGAN LUPA TINGGALIN KOMEN & VOTE YA! BIAR AKU SEMANGAT TERUS!!!

BANYAKIN KOMEN JUGA DONG, AKU SUKA BANGET BACA-BACA KOMEN DARI KALIAN :D

THANK YOU! :)

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now