Chapter 9

35.8K 1.8K 56
                                    


"Mengapa kalian lama sekali? Apa yang kalian lakukan?" tanya Kevin memecah keheningan diantara mereka.

"Hanya mengobrol saja. Semua masalah bisnis." ucap Arnold santai.

"Apa sudah bisa kita mulai?" sambung Arnold lagi.

"Baik, tuan." Kevin beranjak dari duduknya dan langsung memimpin pertemuan mereka.

Ivanna sudah menyiapkan semua keperluan Kevin untuk menjalankan persentasi laporannya. Ia duduk tepat didepan Arnold. Sebenarnya Arnold tak begitu menarik perhatiannya. Tapi, pertanyaan yang terlintas tadilah yang membuatnya terus berpikir. Pertanyaan yang tak bisa ia pastikan jawabannya. Pertanyaan yang entah itu menimbulkan risiko buruk atau tidak.

Arnold setia dengan pandangannya. Pandangan yang tetap terarah pada Ivanna. Pandangan yang tak ingin ia lepas walau hanya sedetik. Wanita yang mampu membuat hatinya berdesir walau sering kali ia tepis. Wanita yang penuh dengan tebakan. Wanita yang terkadang bersikap biasa namun, juga bisa bersikap sangat kasar.

Mia dan Kevin merasa ada yang aneh. Aneh melihat reaksi kedua insan yang saling duduk berhadapan itu. Di satu sisi Ivanna yang masih setia dengan lamunannya. Di sisi yang lain Arnold terus memandangi Ivanna. Tapi, mereka tak mau ikut campur kedalam urusan pribadi kedua insan itu.

"Ekhem!" Kevin berdehem. Menyadarkan Ivanna dari lamunannya dan melihat Arnold yang tak malu-malu memandanginya. Walau sudah dilihat oleh yang lainnya. Seakan tak ada yang bisa mencegah matanya untuk melihat siapapun dan apapun.

"Tuan, Arnold?"

"Jika kau sudah selesai, kau dan yang lainnya bisa keluar." Kevin terperangah kaget karena ucapan Arnold. Bagaimana bisa ia disuruh keluar diruang meetingnya sendiri. Bagaimana bisa ia diperintah di perusahaannya sendiri? Tak ada cara lain Kevin tetap harus menurut. Karena ia tau siapa yang dihadapinya saat ini.

"Ayo, Mia." ajak Kevin dan melirik Mia. Ivanna berusaha mencegah Kevin dan Mia keluar dari ruangan itu dengan ekspresi wajah yang memohon. Tapi, Kevin juga tak mau ceroboh dengan tetap berada diruangan itu untuk menemani Ivanna. Bisa mati dia.

"Apa yang ingin kau bicarakan tadi? Katakan padaku." Arnold berjalan dan menuju kursi kosong yang ada disebelah Ivanna. Ia tak tahan jika menunggu lebih lama lagi cerita yang sempat tertahan itu. Yang mampu membuat seorang Arnold penasaran.

"Apa-apaan kau! Itu namanya memaksa!" pekik Ivanna tak suka. Jadi ini alasan mengapa ia menyuruh Mia dan Kevin pergi.

"Aku tidak terima penolakan."

"Tapi aku juga tidak suka dipaksa!" ucap Ivanna tak mau kalah.

"Jadi apa yang harus aku lakukan agar kau mau menceritakannya padaku?"

"Ini bukan seperti cerita dongeng atau cerpen, bodoh. Kau kira dengan mudah aku memberitahukannya padamu ha?"

"Jadi apa?"

"Ini masalah, sebuah masalah. Yang aku kira membeberkannya sedikit padamu akan membuatku lega."

"Jadi mengapa sulit sekali kau menceritakannya?"

"Ah sudahlah. Aku bisa gila jika lawan bicaraku orang sepertimu." Ivanna beranjak dari kursinya dan hendak berlalu pergi namun, dengan cepat ia dihadang oleh Arnold.

"Apa kau sedang datang bulan ha? Sejak tadi kau terlihat sangat sensitif sekali."

"Apa-apaan kau! Aku sensitif karena aku selalu bertemu denganmu."

"Ah benarkah? Tapi kita akan selalu bertemu, bagaimana itu?" Arnold terkekeh pelan.

"Dasar kau memang benar-benar gila." Ivanna memalingkan wajahnya tak suka.

Arnold melepaskan tangannya dari pinggang Ivanna. "Apa sekarang kau sudah mau menceritakannya?"

"Aku butuh uangmu." ucap Ivanna tegas dan menatap manik mata Arnold.

Arnold menaikkan sebelah alisnya. Ia tak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Ivanna padanya. Apa gaji yang diberikan Kevin kurang untuk biaya kehidupannya?

"Untuk ibuku. Untuk biaya pengobatannya. Kumohon." Ivanna tak sungkan lagi. Walau yang ada dihadapannya saat ini adalah orang yang ingin sekali ia hindari.

Arnold semakin heran dibuat Ivanna. Apa katanya? Ibunya? Biaya pengobatan? Apa ibunya sedang sakit? Berbagi macam pertanyaan terlintas dibenak Arnold. Tapi, seperti ada yang menahan agar pertanyaan itu tak keluar dari mulutnya.

"Berapa banyak?"

"Apa kau tidak keberatan?" Ivanna merasa sangat malu. Tapi, tak ada salahnya jika ia mencoba.

"Katakan padaku, berapa banyak yang kau butuhkan?"

"Arnold aku tak ada maksud apa-apa. Aku hanya meminjam saja padamu dan pasti akan kukembalikan."

"Apa kau tidak bisa mencerna pertanyaan seseorang, Nona Ivanna?" aura dingin Arnold terpancar jelas dari sorot mata dan ekspresi wajahnya.

"Berapa banyak biaya yang kau butuhkan?" sambung Arnold lagi.

Apa-apaan sigila ini? Tadi ekspresi dan sorot matanya tidak setajam saat ini. Jika tak mau memberikan, kau bisa mengatakannya saja bodoh! Kau membuatku takut saja.

"10000 USD."

Arnold tetap memasang wajah biasa saja. Walau dalam hatinya sedikit kaget mendengar biaya sebanyak itu hanya untuk sebuah pengobatan.

Arnold mengeluarkan sebuah kertas yang biasa ia lakukan sebagai bukti transaksi atau pengambilan dana atas namanya sendiri. Ia menulis nominal yang dibutuhkan Ivanna untuk biaya pengobatan ibunya itu.

"Tapi aku punya sebuah syarat." cek yang harusnya sudah digapai oleh tangan mulus Ivanna harus ditahan lagi dengan sebuah syarat yang ingin diajukan Arnold.

"Apa? Aku harap kau tidak memberikan syarat yang aneh-aneh."

"Aku hanya mau kau tinggal di mansionku dan menemaniku disana."

Ivanna membelalakkan matanya kaget mendengar syarat aneh itu.

"Aku tidak mau tinggal bersama denganmu." ucapnya kesal dan menyilangkan kedua tangannya didada.

"Kalau begitu aku juga tidak mau membantumu." Arnold memasukkan kembali cek yang sudah ia tulis tadi kedalam saku celana miliknya. Ekspresi datar dan sorot mata yang tajam hanya akal-akalan Arnold saja. Supaya bisa menjebak Ivanna dan mengajukan syarat aneh itu.

Tidak, tidak. Ivanna tak mau menyiakan kesempatan yang sudah ada didepan matanya. Tapi, bagaimana jika yang lain tau jika ia tinggal serumah dengan Arnold? Orang lain pasti mengira dia adalah perempuan yang tidak benar. Tapi, bagaimanapun ia hidup bukan dari apa kata orang, kan? Toh hanya tinggal serumah saja dan tidak melakukan apapun. Jadi apa salahnya?

"Baiklah, baik. Aku mau tinggal denganmu. Tapi dengan satu syarat juga." ucap Ivanna menawar.

"Apa itu?" tanya Arnold.

"Walau kita tinggal bersama namun, kita memiliki privasi. Tidak saling mengurusi dan tidak melakukan hal yang aneh-aneh."

"Aneh-aneh seperti apa maksudmu?"

"Ah lupakan. Berikan cek nya." Ivanna menarik kertas yang ada ditangan Arnold itu.

"Besok Pedro akan menjemputmu tepat didepan apartemen milikmu. Aku harap kau sudah menyiapkan semua keperluanmu. Kau mengerti?"

"Ya ya. Aku mengerti."

"Aku pergi dulu. Aku harus segera membayar biaya pengobatan ibuku. Sebelum semuanya terlambat." Ivanna berlalu pergi dari Arnold. Arnold hanya memandang punggung Ivanna yang semakin menjauh darinya itu. Ya setidaknya rencananya berhasil. Membuat Ivanna tertunduk menurut pada Arnold.

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT
Tbc.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now