Chapter 31

17.8K 700 15
                                    

Lalu Arnold berjalan menghampiri Ivanna yang sedang tiduran di kasur. Arnold menempelkan pistolnya tepat di dahi Ivanna.

"Aaarrr-nnolddd... Aa-pa yang k-a-u la-ku-kan?! Ucap Ivanna terbata.

Arnold tersenyum sinis.

"Kau bisa tanyakan itu pada Sean," ucapnya tanpa ada perasaan bersalah.

Ivanna merasa jantungnya sebentar lagi akan lepas dari tempatnya.

"Tapi aku tidak mengenalnya Arnold?!"

Ivanna menatap Arnold dengan memelas.

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik, kumohon." Sambungnya.

Arnold menyunggingkan senyum manis dibibir merahnya. Ia meletakkan jari telunjuk di pelatuknya, lalu... menariknya dan langsung membuat Ivanna berteriak histeris.

"Arnolllddd!!! Aaaaaaaaaa!!!!" Ivanna berteriak keras hingga membuatnya tersungkur dilantai.

-----------

"Hai," sapa Sean sambil mengulum senyum manisnya.

Ivanna mengusap matanya berulang kali. Kepalanya terasa begitu berat. Ia kembali mengingat kejadian kemarin, dan langsung membuat Ivanna memeriksa kepalanya dan melihat seluruh tubuhnya apa benar ia masih hidup, atau ia hanya sedang bermimpi sekarang. Akhirnya Ivanna bisa bernapas lega karena benar ia masih hidup dan keadaannya baik-baik saja.

Ivanna mengambil posisi duduk dan menyenderkan punggungnya di senderan king size itu dan menatap Sean yang sejak tadi memandanginya.

Ivanna mengernyitkan dahinya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ivanna menyelidik.

Sean tertawa pelan.

"Apa kau tidak diajarkan untuk membalas sapaan dari seseorang dulu baru bertanya nona?" Ucap Sean lalu duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Ivanna.

"Tidak," jawab Ivanna singkat.

"Ternyata kau semakin cantik jika sedang marah," ucap Sean sambil terus tersenyum melihat Ivanna.

Ivanna hanya diam dan membuang mukanya.

Arnold membuka pintu kamar dan masuk kedalam dengan nampan yang diatasnya ada piring dan gelas yang berisikan sandwich dan susu segar.

Arnold meletakkan nampan yang ia bawa tadi di atas nakas.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Arnold

"Dia baik-baik saja, ia hanya kaget lalu pingsan," ucap Sean lalu berdiri menghampiri Arnold.

"Apa dia perlu diresepkan obat?" Tanya Arnold khawatir.

"Tidak perlu, istirahat yang cukup saja pasti akan membuatnya cepat pulih," jelas Sean.

Ivanna akhirnya tahu kalau Sean adalah seorang dokter. Tapi ia terlalu tampan untuk menjadi seorang dokter. Para pasiennya pasti ingin sakit berulang kali agar bisa bertemu dengan Sean.

Arnold menghela napasnya lega. Ia sangat beruntung karena tidak ada hal buruk yang menimpa Ivanna.

"Kalau begitu, kau bisa meninggalkan kami," ucap Arnold

"Hanya itu saja?" Jawab Sean dengan cepat

"Jangan cari masalah denganku lagi Sean," ucap Arnold memperingati.

"Baiklah, Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai bertemu lagi nona manis," ucap Sean lalu menatap Ivanna dengan senyuman yang tidak hilang dari bibirnya sejak melihat Ivanna. Lalu Sean keluar dari kamar Arnold dan meninggalkan mereka berdua dikamar itu.

Arnold duduk di tepi ranjang.

"Aku tidak suka dengan Sean saat ia melihatmu," ucap Arnold

"Kau berkata seolah aku ini orang terdekatmu," balas Ivanna cuek tanpa menatap Arnold.

Arnold menarik ujung siku Ivanna, lalu menatapnya dengan intens.

"Aku serius, Ivanna."

"Aku juga serius, Arnold." Balas Ivanna tidak mau kalah.

Arnold menekan bahu Ivanna ke penyangga kasur itu dengan erat hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Bisakah kau tidak membantahku sekali saja?" Ucap Arnold dengan dingin.

"Sakit Arnold!" Ringis Ivanna.

Lalu Arnold melepaskan bahu Ivanna dan menatapnya lagi dengan ekspresi yang tidak bisa terbaca.

"Kau melakukannya seperti lelaki yang sedang cemburu!" Ucap Ivanna kesal.

"Aku memang cemburu Ivanna! Aku cemburu melihatmu diperhatikan oleh lelaki lain!" Ucap Arnold dengan intonasi sedikit meninggi hingga membuat Ivanna terdiam.

"Harusnya kau sadar Arnold, kita ini hanya orang asing yang bertemu dan terikat hanya karena kejadian yang tidak disengaja." Balas Ivanna

"Apa kau lupa juga? Kemarin kau ingin sekali membunuhku!" Sambung Ivanna lagi.

"Apa katamu? Tidak disengaja? Jelas-jelas kau sudah tidur denganku Ivanna. Dan kemarin itu aku tidak benar-benar ingin membunuhmu. Pistol itu tidak ada pelurunya, kau saja yang terlalu kaget hingga pingsan," ucap Arnold dengan santai.

"Jika pada saat itu aku sadar, mungkin aku sudah menendang kemaluanmu hingga kau tidak bisa menggunakannya lagi!" Pekik Ivanna lalu bangkit dari tempat tidur itu meninggalkan Arnold. Belum jauh ia berdiri pergelangan tangannya dicekal oleh Arnold. Lalu Arnold mendudukkan Ivanna di pangkuannya. Arnold memeluk pinggang Ivanna dengan kuat, karena Ivanna berusaha melepaskan dirinya dari Arnold.

"Bagaimana jika kemaluan yang ingin kau tendang ini malah akan membuatmu mendesah siang dan malam, nona Ivanna?" Bisik Arnold ditelinga Ivanna dengan suara yang terdengar seksi dan berat.

Ivanna bergidik ngeri saat Arnold berbisik di telinganya. Ia merasa seperti ada aliran listrik saat Arnold mengucapkan kata demi kata.

"Lepaskan aku Arnold!"

"Tidak akan pernah," ucap Arnold tegas.

"Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku? Tubuhku? Kecantikanku? Atau apa?" Tanya Ivanna yang merasa kesal karena ke-posesifan Arnold pada dirinya.

Arnold memegang tengkuk Ivanna dan langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Ivanna. Ivanna melotot melihat Arnold yang menciuminya. Tapi Ivanna tidak bisa berbuat apa-apa karena Arnold benar-benar memeluknya sangat erat.

Arnold melepas ciumannya dibibir Ivanna lalu berbisik di telinganya sekali lagi, "Aku menginginkan semua yang ada padamu Ivanna. Jadi aku tidak suka, apa yang sudah kuinginkan, diinginkan juga oleh orang lain," ucap Arnold lalu mengecup daun telinga Ivanna.

Tanpa sadar Ivanna memejamkan matanya merasakan kecupan basah Arnold yang menggairahkan disekitar daun telinganya.


TO BE CONTINUED....

-------------
JANGAN LUPA TINGGALIN KOMEN & VOTE KALIAN YA!

THANK YOU! :)

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now