Chapter 26

17.2K 747 16
                                    


Arnold tiba di mansion malam hari dan langsung disambut oleh Sasha dan para pelayan lainnya. Mereka kaget melihat mobil Arnold yang sudah rusak dan juga darah yang ada di pelipisnya.

"Tuan, biar aku bantu untuk mengobati lukamu," ucap Sasha khawatir.

"Aku bisa mengobatinya sendiri, Sasha. Ini hanya luka biasa. Kau siapkan saja makan malam." Ucapnya datar.

Sasha mengangguk dan meninggalkan Arnold.

Arnold langsung masuk ke lift dan menuju lantai tiga, tepat dimana kamarnya dan juga kamar yang ditempati Ivanna berada.

Arnold masuk kedalam kamar yang ditempati Ivanna tanpa mengetuknya.

Ivanna tertidur dengan hanya memakai tank top dan juga hot pants. Arnold duduk ditepi ranjang dan mengusap lembut rambut dan pipi Ivanna. Ia terpukau akan kecantikan Ivanna. Seperti seorang bidadari yang sedang menumpang tinggal di mansionnya.

Arnold mencium lembut pipi Ivanna dan Ivanna pun langsung terbangun dan mengerjapkan matanya. Ia merasa sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh pipinya itu mengganggu tidurnya pulasnya.

"Hei, apa yang kau lakukan disini!" Ivanna langsung duduk dan mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.

Arnold tertawa pelan melihat tingkah lucu Ivanna. Ia masih berlaku seperti perawan, padahal Arnold sudah jelas melihat tubuh Ivanna dimalam mereka tidur satu ranjang.

"Apa kau lupa, aku pernah melihat sangat jelas lebih dari ini?" Ucap Arnold sambil tersenyum simpul.

Ivanna tampak menerawang kejadian saat mereka melakukannya, ia tidak ingat jelas apa saja yang terjadi karena pada saat itu Ivanna sangat mabuk berat, jadi yang ia ingat hanya saat bertemu dengan Arnold di club pada malam hari dan pagi harinya berakhir di ranjang king size milik Arnold tanpa sehelai benangpun.

"Aku tahu, tapi pada saat itu kau mengambil kesempatan saat aku tidak berdaya. Itu artinya apa?" Balas Ivanna sinis.

Arnold mengangkat sebelah alisnya.

"Itu artinya aku berhasil menidurimu," balas Arnold terkekeh.

Ivanna mencubit pergelangan tangan Arnold hingga membuatnya meringis kesakitan dan membuat Ivanna tersenyum kemenangan.

"Berani sekali kau! Apa kau mau mendapat hukuman dariku ha?" Arnold terus mengusap bekas cubitan Ivanna. Baru kali ini ada wanita yang berani padanya.

Ivanna menjulurkan lidahnya dan meledek Arnold, Arnold memegang pergelangan tangan Ivanna dan memeluknya erat. Arnold menenggelamkan kepalanya disisi leher Ivanna. Ivanna terkejut dan berusaha melepaskan pelukan Arnold yang membuat dadanya sesak.

"Aaa-kku...tidak bisa bernapas Arnold!" Ucap Ivanna yang terus memukul punggung besar Arnold.

Arnold memeluk Ivanna seolah bau tubuhnya sudah menjadi candu tersendiri bagi Arnold. Wangi rambut Ivanna membuatnya semakin nyaman memeluk Ivanna lebih lama lagi.

Ivanna mendorong Arnold hingga membuat pelukannya terlepas. Mereka berhadapan dan saling melihat dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Ivanna kaget melihat pelipis Arnold yang berdarah. Ivanna memegang pelipis Arnold hingga membuatnya meringis.

"Jika kau tidak mau mengobatinya, setidaknya jangan memperparah!" Ringis Arnold.

"Apa kau berkelahi?" Tanya Ivanna dan menatap Arnold tajam.

Arnold mengerutkan dahinya.

"Apa kau mengira aku ini masih bocah?"

"Berkelahi bukanlah kegiatan yang biasa aku lakukan. Jika aku berjumpa dengan musuhku, aku akan langsung membunuhnya." Balas Arnold

"Ya..ya..ya.." Ivanna berdecak kesal.

"Jadi apa yang membuat pelipis mu itu terluka? Tanyanya lagi.

Arnold membuang napasnya dengan berat.

"Aku bertemu dengan orang yang ingin membunuhku.. Ia menembak kaca mobilku hingga pecah, tapi aku berhasil menghindar dari tembakan pertamanya. Saat aku ingin menembaknya, ia terlebih dulu melihat dan menembakku, tapi aku berhasil menghindar dan peluru itu hanya menggores pelipis ku.."

"Aku tidak pernah berhadapan dengan musuhku hingga sekacau ini. Bodohnya Pedro tidak memakai mobil anti-peluru yang biasa digunakan, dan bodohnya aku tidak mengikutsertakan para bodyguard ku." Jelas Arnold.

Ivanna hanya ber oh ria saja. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya seperti Arnold. Selalu di intai dan diburu nyawanya.

"Tapi.." ucap Arnold terjeda

"Kenapa?" Tanya Ivanna penasaran.

"Bagaimana ia tahu kalau hari ini aku tidak membawa mobil anti-peluru dan juga bodyguard ku?"

Ivanna mengernyitkan dahinya.

"Maksudnya?" Tanya Ivanna penasaran.

"Ini hari Kamis.." ucap Arnold sambil terus mengingat sesuatu.

Ivanna semakin bingung.

"Kau ini kenapa? Apa karena pelipismu terluka dan membuatmu hilang ingatan dan bingung seperti orang gila?"

"Ya! Ini hari Kamis!" Ucap Arnold seolah mendapat sebuah hadiah.

"Iya, aku tahu ini hari Kamis! Jadi apa hubungannya?" Tanya Ivanna dengan sabar. Benar-benar saat ini Arnold sangat menguji kesabarannya.

"Ivanna, yang berusaha membunuhku itu bukanlah orang lain. Melainkan orang yang ada ditempat ini." Ucap Arnold datar dan dingin. Raut wajah yang tadinya hangat seolah berubah menjadi dingin dan marah.

"Siapa?"

Ivanna menatap Arnold penasaran.

Arnold mendekatkan tubuhnya dan menatap Ivanna tajam.

"Kau, Ivanna.."

TO BE CONTINUED..

------
BUAT YANG UDAH SINGGAH DAN BACA CERITA AKU, TERIMAKASIH BANYAK ATAS ANTUSIAS KALIAN :)

DOUBLE PART?

TINGGALKAN COMMENT DAN VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA WKWK :D

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now