Chapter 21

20.9K 765 17
                                    


Setiap pagi, matahari tak pernah lupa akan tugasnya. Memberi setitik cahaya yang  mampu mengubah suasana hari ini dari kemarin. Suara burung bersiul juga ikut mengawali pagi, dan udara segar yang tak bisa ditemukan dengan mudahnya di perkotaan.

Arnold berdiri di teras rumah Ivanna, yang mana disekitarnya banyak pepohonan rindang dan bunga-bunga cantik yang siap sedia menyapa pemiliknya. Ia berdiri dan menyangga kedua tangannya di pagar yang menjadi batas antara teras dan halaman rumah Ivanna, dengan secangkir kopi hangat yang ia seduh sendiri.  Arnold memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Seakan benar-benar menikmati apa yang ada di hadapannya saat ini.

"Ekhhm!" Sapa Ivanna dan menghampiri Arnold yang sedang asyik sendiri.

Arnold diam dan tidak menghiraukan Ivanna yang sekarang tepat berada di sebelahnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan? Hingga kau tak sadar bahwa yang disebelah mu ini juga seorang manusia?" Celetuk Ivanna dan mengikuti tatapan Arnold.

Arnold menghela napas panjang dan kembali menyeruput kopi yang ada di genggamannya. Ia menatap Ivanna yang juga menatap dirinya. Entah apa yang ada dipikiran mereka berdua, seakan pikiran mereka beradu namun tak bisa dijelaskan dan diungkapkan dengan kata-kata.

Arnold merapikan rambut Ivanna dan menyelipkan nya di daun telinga Ivanna, sembari berkata ditelinga nya, "Aku tau kau ini juga manusia Ivanna. Manusia yang paling ingin aku buat tidak berdaya setiap hari di ranjang kamarku." Balas Arnold dengan senyuman nakalnya.

Ivanna memutar bola matanya jengah. "Ya ya ya, terserah kau saja tuan muda," Ivanna membalikkan badannya seakan malas untuk memulai perdebatan dengan Arnold lagi. Ini masih sangat pagi untuk berdebat dengan pria gila yang taunya hanya tentang kenikmatan di ranjang.. Oh Gosh!

Arnold langsung mencekal tangan Ivanna sebelum ia membalikkan badannya dan segera berpaling dari Arnold. Ia memegang tengkuk leher Ivanna dari belakang dan menatap manik matanya, mencari apa sebenarnya yang ia dapatkan dari Ivanna. Ia menelusuri dan meneliti dengan seksama, tapi tidak ada. Hanya rasa nyaman. Nyaman berada dekat dengan Ivanna. Itu saja.

"Eekhhmm..." 

Seketika suasana menjadi tegang bercampur malu. Lebih tepatnya Arnold. Ia langsung  melepas tengkuk Ivanna dan menatap Carine malu. Begitu juga dengan Ivanna, seakan ia tak mampu menatap wajah ibunya yang sedang meneliti mereka berdua.

Ivanna hanya tersenyum kikuk dan terus menundukkan kepalanya.  Carine memandangi kedua insan yang sedang berdiri tepat di depannya. Ia melihat sambil tersenyum geli.

Carine melenggang masuk ke dalam rumah, seakan mengisyaratkan Ivanna dan Arnold menyusulnya dari belakang. Tanpa pikir panjang Ivanna menyusul ibunya dari belakang, begitu juga Arnold.

Carine menarik kursi dan mengambil posisi duduk, "Ibu sudah masak sejak pagi. Saat kalian masih sangat terlelap," ucap Carine sembari mengulas senyum hangatnya.

Ivanna tersenyum melihat ibunya. Carine menyajikan makanan kesukaan Ivanna, yang tidak mudah ia dapatkan saat tinggal di Los Angeles.

Mereka makan dengan bersukacita. Carine memecah keheningan di antara mereka dengan memulai percakapan yang hangat. Carine tidak marah atas apa yang di lihatnya pagi ini, ia maklum karena Ivanna dan Arnold masih muda. Toh ia juga begitu saat belum menikah dengan ayahnya Ivanna.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now