Chapter 12

39K 1.7K 114
                                    


Author POV

Sean memeriksa paru hingga perut Ivanna menggunakan stetoskop miliknya. Memastikan detak jantung, usus dan lambung wanita itu tetap dalam keadaaan baik-baik saja. Tak lupa juga Sean memberikan termometer yang dijepitkan diketiak Ivanna agar ia tahu berapa suhu tubuh wanita itu saat ini.

Ia juga mengecek mata dan rongga mulut Ivanna dengan penlight. Sean mengambil kembali termometer yang ia jepitkan tadi. Ia menaikkan sebelah alisnya, melihat angka yang tertera di termometer itu--39 derajat Celcius, "Ia demam tinggi." gumamnya. Terlihat jelas dari wajah pucat dan bibir yang biasanya merona namun saat ini sedikit membiru dan kering.

"Apa yang kau lakukan padanya, dude?" tanya Sean curiga.

"Apa maksudmu?" balas Arnold tak mengerti.

"Jangan berpura-pura bodoh, Arl. Aku tau bagaimana kelakuanmu terhadap wanita. Sudah katakan saja padaku."

"Hanya kesalahan kecil."

"Jika hanya kesalahan kecil, tidak mungkin ia sampai seperti ini. Apa kau juga tak memberikan dia makan satu harian ini?"

"Apa-apaan kau ini! Dia baru saja pulang menemui ibunya. Ya mana aku tau dia sudah makan apa tidak." balas Arnold tak terima penuturan Sean.

"Aku harap kau tidak melakukan hal yang sama lagi, Arl. Kasihan wanita ini." Sean menatap Ivanna yang masih belum sadarkan diri itu.

"Aku juga berharap kau tidak memiliki maksud dan tujuan yang tidak ingin kudengar, Sean." balas Arnold menyeledik.

"Jika ya, bagaimana?"

"Akan kuhabisi kau!"

"Hahaha... Kau memang tidak ada berubahnya, dude! Tenanglah, aku tidak akan mengganggunya." Sean membereskan semua peralatannya tadi dan langsung memasukkannya kedalam tas.

"Ya sudah. Aku akan berikan resep obat untuknya. Dia hanya demam tinggi karena tidak ada asupan makanan selama seharian. Setelah dia sadar, kau bisa menyuruhnya makan." Sean mendongakkan kepalanya menatap Arnold yang hanya mengangguk menyetujui perkataannya.

"Mana?" Arnold menyodorkan tangannya.

"Apanya?"

"Kau pura-pura bodoh atau kau memang benar bodoh?"

"Apa-apaan kau ini, aku tidak mengerti!" pekik Sean setengah suara. Benar ia tak mengerti apa maksud Arnold.

"Resep obatnya!" pekik Arnold tak kalah kuat. Entah apa yang membuat Arnold bersikap seperti itu pada Sean. Yang jelas ia tak menyukai tatapan yang diberikan Sean saat melihat Ivanna.

"Dasar kau." Sean lalu mengambil secarik kertas dan menuliskan obat-obat yang harus di beli Arnold untuk Ivanna.

"Kuharap kau lebih memperhatikan kesehatannya, dude." Sean memberikan kertas yang sudah ia tuliskan tadi. Ia kembali beranjak dari kursi.

"Aku tau." balasnya cuek.

"Kau terlalu berlebihan, Arl."

"Terserah."

Sean berlalu pergi, disusul Arnold yang berjalan dibelakang Sean. "Besok Nathan mengundang kita untuk berpesta dirumahnya. Dia mengharapkan kau dan aku datang." ucap Sean sembari berjalan menuruni anak tangga, Sean tak suka menaiki lift milik Arnold.

Arnold menyamakan posisi mereka. "Apa perusahaannya mendapat keuntungan yang besar sehingga dia mengadakan pesta?"

"Aku juga tidak tau. Kalau memang begitu, bukankah lebih baik? Dia juga teman kita kan."

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang