Chapter 18

29.2K 1.2K 38
                                    


Arnold merasa ada yang kurang. Ia sama sekali tak menemukan ponsel yang diambil Ivanna tadi.

Arnold mencari disekitar meja makan dan kursi yang ditempati Ivanna tadi. Tapi ia juga tak menemukan ponselnya disitu. Apa mungkin Ivanna membawanya? Bagaimana jika Arnold tau? Bahwa Ivanna melihat-lihat apa yang seharusnya tak dilihat olehnya? Arnold pasti akan marah besar padanya.

Ivanna terus mengutak-atik ponsel Arnold. Ia melihat mulai dari aplikasi sosial media hingga ke galeri dan tempat penyimpanan video.

Ivanna merasa tak ada yang aneh diawal ia membuka foto dan penyimpanan video, hingga ia menemukan diurutan paling bawah ada sebuah foto dimana ada Arnold dan seorang wanita didalamnya.

Mereka tampak bahagia dan romantis. Mereka saling berpelukan dengan tawa yang menghiasi wajah mereka, diambil seperti candid. Ivanna tak menghiraukan foto yang ia lihat tadi, mungkin itu sahabat atau kekasih Arnold, toh semua juga tidak penting untuk Ivanna kan?

Ivanna kembali melihat video-video yang ada diponsel Arnold. Ia juga menemukan satu video dimana Arnold dan wanita yang sama seperti yang ada difoto sebelumnya, sedang berlari ditaman yang terdapat banyak bunga dan lalang. Arnold mengejar wanita itu sambil merekamnya, tawa mereka menggema satu sama lain. Divideo ini tampak lebih jelas Arnold sangat bahagia dan sangat hangat terhadap wanita.

Ivanna merasa kesal saat melihat wanita yang ada divideo itu. Entah apa yang membuatnya kesal, ia juga tidak tahu. Mungkin yang Ivanna kesalkan adalah saat dimana Arnold berlaku lembut dan layaknya seorang pria penyayang, tapi itu hanya divideo itu dan hanya pada gadis itu.

"Menyebalkan sekali sih!" rutuk Ivanna.

Ivanna lalu mematikan ponsel Arnold dan meletakkannya diatas nakas yang berada disamping ranjangnya.

Ivanna mengambil posisi tidurnya dan menutup tubuhnya dengan selimut. Tak salah kan jika ia melanjutkan tidurnya yang tertunda akibat ulah Arnold? Ivanna memejamkan matanya dan memeluk guling yang ada disebelahnya.

"Rasanya sangat nyaman ya jika sibrengsek itu tak mengganggu," ucap Ivanna pada dirinya sendiri dan tercipta seulas senyum dibibir ranumnya.

Tokk!! Tokk!! Tokk!!

Ivanna mengumpat lagi dan lagi. Baru saja ia ingin melanjutkan tidurnya, namun diganggu lagi oleh seseorang yang ada diluar sana dengan terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

Ivanna tak menghiraukan gedoran diluar pintu kamarnya, ia kembali memejamkan matanya lagi.

Tokk!!! Tokk!!! Tokk!!!

Kali ini gedoran dipintu kamarnya semakin kuat. Ivanna menutup telinganya dengan selimut dan menimpanya dengan bantal.

Tokk!!! Tokk!!! Tokk!!! Tokk!!!

Akhirnya Ivanna mengalah dan lebih memilih untuk membuka pintu kamarnya itu. Ia menghempaskan bantal dan selimut yang ia gunakan tadi.

Dengan ekspresi yang menahan amarahnya, Ivanna membuka pintu dengan harapan bahwa yang datang tidaklah seseorang yang akan mengusik tidurnya lagi.

"Ada ap--" belum sempat Ivanna mengakhiri kalimatnya, Arnold langsung mencium bibirnya tanpa izin.

Tubuh Ivanna menegang kaku dan seolah mulutnya seolah tak bisa mengeluarkan cacian pada Arnold.

Arnold tertawa melihat ekspresi terkejut Ivanna. Gadis itu tampak sangat berbeda saat terkejut oleh suatu hal. Mulutnya menganga dan matanya melotot kaget. Membuat Arnold tak bisa menahan tawanya dihadapan Ivanna.

Ivanna tersadar dan memukul dada bidang Arnold, "Dasar kau pengganggu!"

Arnold meredakan tawanya dan memegang perutnya yang terasa sakit akibat terus-menerus tertawa.

Ivanna merasa kekesalannya pada Arnold sudah menghilang, walaupun ya tidak semuanya. Apa mungkin karena Ivanna sudah terkena ciuman maut dari Arnold? Yang malah membuat jantungnya berdebar tak karuan dan membuat ia melongo kaget?

Ivanna meninggalkan Arnold didepan pintu kamarnya, ia langsung menuju ranjang dan membuat posisi tidur yang sama seperti tadi.

Arnold menyusul Ivanna hingga keranjang. Seperti biasa, Arnold hanya akan duduk ditepi ranjang, jika  ia tak mau melihat kemarahan Ivanna.

"Apa kau membawa ponselku?" tanya Arnold.

"Hm..ya, tadi aku tidak sengaja membawanya," balas Ivanna dengan mata yang sudah ia pejamkan. Bagaimanapun ia pasti tidak akan bisa tidur jika Arnold masih berada disekitarnya, walaupun ia sudah memejamkan matanya.

Arnold melihat-lihat dimana Ivanna meletakkan ponselnya. Ia mengambil ponselnya yang ternyata diletakkan Ivanna diatas nakas.

"Apa saja yang sudah kau lihat?" tanya Arnold dan membuka ponselnya yang sengaja tidak ia kunci.

"Tidak banyak..Aku hanya membuka aplikasi sosial mediamu, lalu membuka galeri dan tempat penyimpanan video. Itu saja," tutur Ivanna.

Sekarang Arnoldlah yang terkejut bukan main, apa Ivanna sudah melihat foto dan videonya dengan Carla? Ya walaupun Ivanna sudah melihatnya, itu juga tidak jadi masalah kan dengan Arnold. Toh Ivanna juga bukan siapa-siapanya Arnold.

"Hm...Aku juga melihat foto dan videomu dengan seorang wanita cantik. Di video dan foto itu kau tampak lebih ceria dan romantis, tidak seperti kau yang sekarang ini, menyebalkan dan berbahaya," sambung Ivanna lagi dengan mata yang masih setia ia pejamkan. Mungkin ia takut atau malu jika melihat Arnold.

Arnold mengerutkan dahinya, mungkin yang dimaksud Ivanna adalah Carla, " Darimana kau tau jika saat itu aku tidak menyebalkan dan berbahaya, seperti yang kau katakan tadi?" tanya Arnold.

"Ya jelas saja aku tau. Siapapun pasti bisa membedakannya. Ekspresi dan perkataan bisa dimanipulasi, tapi sorot matamu saat itu memang benar-benar menjelaskan bahwa kau sedang sangat berbahagia. Beruntung sekali wanita yang sedang bersamamu saat itu, ia bisa melihat sisi ceria dan romantis seorang CEO yang disegani dan ditakuti," papar Ivanna.

"Benarkah?" timpal Arnold.

Ivanna memutar bola matanya jengah, jangan sampai ia berdebat lagi dengan Arnold.

"Jika kau tidak percaya, itu tidak jadi masalah denganku. Tapi jika kau ingin mengembalikan dirimu seperti yang dulu, kau perlu sosok wanita yang memiliki sifat sama seperti yang ada difoto dan video itu." ucap Ivanna acuh.

"Oh begitu.."

Ivanna menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya, ia duduk dan melipat kedua kakinya. Sembari menatap Arnold, " Ah hampir saja aku lupa, bagaimana dengan menjenguk ibuku? Kau memberiku izin kan?" ucap Ivanna dengan ekspresi antusias.

"Apa kau lupa yang aku katakan kemarin ha?" balas Arnold.

"Apa? Memangnya kau berkata apa kemarin? Yang aku tahu kau hanya mencari keributan setiap hari denganku."

"Jangan pura-pura tidak tahu Nona," Arnold menatap manik mata Ivanna.

Ivanna mengingat-ngingat kembali apa yang dikatakan Arnold kemarin padanya.

"Apa yang kau maksud, kau akan ikut denganku jika memang aku ingin pergi?" tanya Ivanna dan mengernyitkan dahinya.

"Tak perlu kujelaskan lagi,"

"T-tapi tidak mungkin, ibuku pasti akan curiga. Dia pasti mengira kau dan aku memiliki suatu hubungan dan pasti dia akan memberi banyak pertanyaan yang membuat kepalaku pusing," papar Ivanna .

Arnold berdiri dan menatap Ivanna, "Besok kita berangkat. Jika kau tidak mau pergi bersamaku, maka kau tidak boleh pergi kemanapun," Arnold berlalu pergi dan meninggalkan Ivanna yang masih tidak terima dengan keputusan yang diberikan Arnold. Apa-apaan dia? Berani sekali memutuskan suatu hal tanpa persetujuan Ivanna.

Tanpa banyak berpikir lagi, sepertinya Ivanna lebih memilih untuk pergi bersama Arnold daripada tidak sama sekali. Bagaimana jika nanti ibunya bertanya yang aneh-aneh? Mungkin Ivanna akan memutar otak dari sekarang, untuk mempersiapkan jawaban dan alasan apa yang akan diberikannya demi menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari ibunya itu.

Tbc.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now