Chapter 8

40.2K 1.8K 30
                                    


Author POV

Ivanna kembali dengan rutinitas biasanya. Menekuni pekerjaan yang sudah lama ia tekuni. Tersisa 5 hari lagi untuknya mencari biaya pengobatan itu. Gaji yang ia dapat dari Kevin pastinya tak cukup untuk memenuhi semuanya.

Semua pekerja yang ada disitu sibuk dengan semua laporan yang harus diselesaikan dan masih setia berkutat dengan komputer yang ada didepannya.

Tapi, seorang wanita yang menggunakan kemeja berwarna biru gelap dan rambut yang digerai itu tampak lemas dan tak mau melakukan kegiatan apapun. Ia menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong.

Ivanna melamun dan merasa seperti orang yang tak berdaya dan berguna. Beban yang terus menumpuk serasa tak bisa ia selesaikan. Seperti merasa tak ada orang disekitanya, Ivanna sampai tak mendengar Kevin yang memanggilanya daritadi.

Ivanna tersadar dari lamunannya yang semakin dalam itu, karena Kevin menggedor pintu kerja Ivanna dengan kuat. Kevin hanya cemas jika hal buruk menimpa pekerjanya. Terlebih Ivanna yang notabenenya adalah sekretaris pribadi Kevin.

Ivanna lari dan membuka pintu untuk Kevin. Tampak raut cemas diwajah pimpinannya itu. "Apa yang kau lakukan didalam sana? Aku kira kau melakukan hal yang tidak-tidak dan membahayakan dirimu sendiri." ucap Kevin yang sedikit ngos-ngosan karena menggedor pintu kerja Ivanna kuat dan mengundang perhatian banyak pekerja lainnya.

"Aaaa... Aku.. Hmm.. maaf pak, tadi aku melamun didalam dan tak mendengarmu sama sekali." balasnya sesal. Ivanna menundukkan wajahnya.

Ia tau sebenarnya tak patut membawa masalah pribadi kedalam urusan pekerjaan, pasti akan mengganggu sekali. Tapi, Ivanna juga tak bisa jika tak memikirkan bagaimana nasib ibunya itu sekarang ini. Ia harus bisa mengumpulkan semua dana yang sangat besar baginya itu dalam waktu lima hari. 

Kevin mengatur napasnya. Bisa-bisa ia terkena penyakit serangan jantung jika terus melihat tingkah konyol pekerjanya yang satu ini. "Ya sudah. Mr.Arnold akan mengadakan meeting nanti siang. Ia akan datang dengan sekretaris pribadinya. Jadi kuharap sebelum ia datang kau sudah harus menyiapkan laporan persentasi kita."

Ivanna tampak lelah dan kesal mendengar nama itu lagi. Pria yang bagai parasit atau benalu yang tak mau lepas dari induknya. Menyusahkan dan menyebalkan. Begitulah deskripsi Arnold bagi Ivanna.

"Dia lagi.. Dia lagi.." kesal Ivanna. Kevin mengernyitkan dahinya mendengar penuturan Ivanna. Walau suaranya kecil namun masih bisa didengar Kevin dengan jelas.

"Apa kau punya masalah dengan Mr.Arnold?" tanya Kevin memastikan.

Ivanna canggung dan mengelus tengkuk lehernya. "T-ttiddakk, tuan! Buukann begitu.. Ma..ksudku... Ah tidak, aku hanya heran mengapa kita begitu sering mengadakan rapat dengan Mr.Arnold itu." Ivanna gugup dan canggung. Jika saja Kevin tau pasti risikonya jauh lebih besar lagi.

Kevin menaikkan sebelah alisnya. Ia heran melihat ekspresi Ivanna dan ucapannya yang terbata-bata itu. Tapi, Kevin berusaha menepis semua kecurigaannya itu. Bagaimanapun Arnold pasti tidak mungkin mengenal Ivanna. Dan lagipula itu bukan urusannya kan?

"Itu lebih baik, Ivanna. Jika kita mengadakan pertemuan dengan Mr.Arnold lebih sering, itu pasti lebih bagus. Berhubung juga Mr.Arnold adalah orang terpenting dan penyalur dana paling besar diperusahaan kita. Jadi jangan sampai kita mengecewakannya." ucap Kevin penuh harap.

"Baik kalau begitu. Aku akan kembali keruang kerjaku. Dan kau bisa menyelesaikan semuanya sebelum ia datang." sambung Kevin dan berlalu pergi.

Ivanna mau tak mau harus menyelesaikan semuanya. Ia tak mau jika Kevin marah dan kecewa terhadapnya. Walau dibenaknya ingin sekali menghindari Arnold. Tapi, semua perkataan pria itu seperti takdir dan masa depan yang memang benar akan terjadi.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now