Dikta

4K 190 1
                                    

Kata siapa anak berandal itu nggak berpendidikan? Justru mereka lebih berpendidikan, walaupun nakal yang pasti banyak temennya. Pilih mana sama banyak ilmu atau banyak temen?
***

Dikta tertawa puas melihat Ninda kini dibully oleh teman sekelasnya, mencomblangkan Ninda dengan Indra. Ekspresi Ninda yang merah padam kini sudah menjadi hiburan bagi Dikta. Siapa suruh cari gara-gara dengan Dikta Aswarman?

Setelah bikin kekacauan di 9A, Dikta kembali pergi keluar kelas. Dia menuju ke tangga yang menghubungkan koridor 9D dan 9E dengan lantai bawah. By the way, ada dua tangga untuk menghubungkan kelas sembilan A sampai E dengan koridor bawah. Satu tangga untuk koridor kelas A sampai C, satu koridor lagi untuk D dan E. Sementara kelas F dan G memang terletak di lantai bawah.

"Oi bro!" sapa Dikta pada segerombolan anak berandal lainnya yang kebanyakan berasal dari kelas 9E. Gerombolan itu pun membalas sapaan Dikta.

"Tumben ngumpul lo? Udah izin ama pacar?" tanya Zafri. Zafri adalah anak kelas 9E. Oh, iya. Dikta itu punya pacar, lho! Berandal-berandal, dia juga punya tampang yang ganteng.

Tapi apa guna tampang layak kelakuan koyak.

"Dia mah nggak pernah tuh, larang gue ini-itu. Lagian, dia juga badgirl." kata Dikta enteng.

Zafri mengangguk-angguk. "Jadi, kenapa nih, kok lama banget nggak pernah ngumpul bolos kayak gini?"

"Gue dikrangkeng sama wakil ketua kelas gue." adu Dikta.

"Oh, si juara umum? Chiarani Devani?" tanya Wikan.

"Iya dia."

"Trus sekarang dia lagi nggak sekolah?"

"Bukan." bantah Dikta. "Lagi nggak mood dia. Tadi aja gue bikin rusuh di kelas yang sewot sekretarisnya."

"9A emang harus perfect, ya," cibir Zafri. Dikta mengangguk-angguk.

"So? Kita harus ngapain selama bolos?"
tanya satu-satunya berandal 9A itu. Cowok berambut keriting hitam dengan postur tubuh tinggi dan agak gemuk.

"Ya, ngapain lagi. Paling duduk-duduk disini. Atau lo mau keluar sekolah? Gedung depan tuh, banyak kakel tadi gue liat bolos."

Dikta menggeleng. "Senakal-nakalnya gue, gue nggak mau masuk geng sekolahan."

"Kenapa? Cemen lo," cibir Wikan.

"Ya, gimana. Males aja gue berhadapan sama perangkat kelas gue yang rata-rata cewek semua. Apalagi Chiara sama Ninda, duh, itu anak bakalan pantengin gue kalau sampe tau gue masuk geng." jelas Dikta. Teman-temannya tertawa.

"Lo mau aja sih diperbudak sama perangkat kelas? Lagian lo punya ketua kelas di pihak lo. Manfaatin kek, jangan sampe lo malah hilang jati diri gara-gara perangkat kelas bawel." kata Zafri. Dikta mengangkat bahu.

"Gak tau lah gue. Udah, ah! Gue mau nyari pacar gue!" seru Dikta lalu berlalu dari hadapan teman-temannya.

***

Syukur saja hari ini semua kelas sedang freeclass. Jadi, Dikta bisa dengan leluasa keluar-masuk kelas lain, terutama kelas pacarnya, Sintya.

Sekretaris VS Berandal [Completed]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ