Bagian 4

2.7K 145 0
                                    

"Ninda? Lo ngapain kesini?" tanya Diandra.

Benar, cewek berambut pendek itu Ninda.

Ninda nampak terkejut melihat kedatangan teman-temannya ke makam Tasya juga. "Eh.. Ini gue nganterin Devani, dia kangen sama Tasya katanya,"

Gadis di sebelah Ninda, yang menangis tado mendongak. "Hah? Oh.. Hai.." ucapnya gugup

"Hai, Dev," sapa Diandra. Devani tersenyum kikuk.

"Lo kenapa disini?" tanya Yoga.

"Gue... Gue... Mm.."

"Apa?"

"Gue kesini minta maaf sama Tasya, karena.. permintaan terakhir dia nggak gue turutin."

"HA?!"

***

"Jadi, sebenernya Tasya punya dua permintaan? Yang pertama Abi dan Diandra jadian. Yang kedua apa?"

Devani menghela nafas kasar. "Akhir-akhir ini gue depresi, merasa bersalah atas kematian Tasya. Kalian tau? Gue nggak pernah masuk sekolah. Kalian boleh tanya Riko sama Abi."

Riko membelalakan matanya. "Jadi?? Selama ini lo kabur gitu? Lo bolos?"

"Gila, Dev! Lo udah tiga kali alpa! Bisa-bisa lo langsung dapet surat peringatan!"

Devani tersenyum dan mengangguk. "Gue tau, Bi. Tapi, lebih baik gue bolos daripada gue sekolah tapi meracau-racau gak jelas dan gak konsentrasi, kan?"

Abi dan Riko bertatapan mengerti.

Riko menghembuskan nafas. "Kalo gitu, gue suruh Nisa buat nulisin lo sakit. Syukur deh lo, ketua kelas lo itu gue."

Wajah Devani merekah, lalu tertawa begitu saja.

"Trus, Dev," lanjut Chiara. "Apa permintaan terakhir Tasya?"

Devani sepertinya sudah agak tenang. "Oh, itu. Dia minta tolong ke gue, buat bantuin kalian, apapun yang gue bisa bantu."

"Jadi pembawa barang boleh, dong?" celetuk Yoga, lalu mendapat delikan ganas dari teman-temannya.

Namun Devani hanya tersenyum. "Kalo itu mau kalian, gue mau. Demi Tasya."

Ninda menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ih, jangan, Dev! Ada juga ntar lo dijadiin kacung pribadinya Yoga!"

Semua tertawa mendengar itu, tak terkecuali Devani.

Lalu terbesit di benak Ninda, suatu bantuan yang dapat diberikan oleh Devani untuk kelasnya, 9A.

"Dev, lo sekelas sama Sintya, kan? Sintya Kharisa?"

Devani mengangguk. "Sekelas. Kenapa?"

"Nah, kalo gitu gue perlu bantuan lo,"

"Iya. Apa?"

Ninda pun memberitahukan rencananya pada Devani.

***

Keesokan harinya, Ninda berjalan ceria menuju ke kelasnya. Meskipun, hari ini dia akan melihat wajah tampan tapi berandal itu, namun entah kenapa dirinya tetap ceria.

Itu karena dia sudah menemukan cara agar Dikta terperangkap kalau-kalau dia mencoba kabur. Bahkan Yoga saja sangat setuju dengan usulannya.

Btw, tumben lho, Yoga satu pendapat sama Ninda :D.

Ninda meletakkan tas ransel hitam polkadotnya di samping tas ransel hitam milik Dikta. Hoodie hitam milik Dikta ada di meja, berantakan dan tidak terlipat rapi.

Chiara datang dan meletakkan ranselnya di bangkunya, lalu menghampiri Ninda yang sedang membaca buku.

"Nin, lo yakin rencana lo bakal berhasil?" ucap Chiara.

Ninda mengangguk antusias. "Yakin, lah! Gue yakin seyakin-yakinnya. Devani udah cerita ke gue."

"Kemarin gimana ceritanya lo bisa ketemu sama dia?"

Ninda mengalihkan pandangannya pada Chiara sepenuhnya. Kelopak matanya menyendu.

"Mama gue sama Papa Devani, ternyata sahabat deket dulu, waktu SMP. Sama-sama ikut kegiatan yoga sekolah, bahkan satu grup untuk dikirim ke perlombaan."

"Kemarin, gue baru tau soal itu. Devani sama Papanya dateng ke rumah gue, buat silahturahmi. Dan begitu Devani liat gue, dia langsung meluk gue dan ngajak gue ke suatu tempat."

"Di jalan, dia mulai cerita ke gue kalau dia itu udah tiga hari bolos sekolah. Papanya ngajak Devani ke rumah gue, biar ada temen curhat trus beban Devani keangkat dikit gitu. Dan ternyata dia bawa gue ke makamnya Tasya,"

Chiara manggut-manggut paham. "Eh, ngomong-ngomong Dikta kemana?"

Ninda tersenyum miring. "Ntar pasti bakal ada notif dari Devani."

Dan benar saja, Devani mengirimkan pesan LINE pada Ninda, sepuluh menit kemudian.

Devani : Nin, Sintya sama Dikta, tadi keluar. Gue ikutin, kayaknya mereka mau ke gedung depan sekolah.

Ninda melongo. Dikta gila?! Ngajak cewek ke gedung depan sekolah bukan hal yang bagus.

Karena disitu, banyak sekali cowok-cowok yang telah menikmati tubuh wanita lajang.

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα